Ficus

genus tumbuh-tumbuhan
Ficus
Pohon ara sycamore, Ficus sycomorus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Tribus:
Ficeae[1]

Genus:
Ficus

Spesies

Sekitar 850

Ficus (/ˈfɪkʊs/[2]) adalah genus tumbuh-tumbuhan yang secara alamiah tumbuh di daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di zona ugahari. Terdiri dari sekitar 850 spesies, jenis-jenis Ficus ini dapat berupa pohon kayu, semak, tumbuhan menjalar dan epifit serta hemi-epifit dalam familia Moraceae. Secara umum jenis-jenisnya dikenal sebagai ara, pohon ara atau kayu ara (Mink. kayu aro; Sd. ki ara; Inggris: fig trees atau figs). Pohon tin (Common Fig; Ficus carica) adalah spesies yang banyak ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar Laut Tengah (dari Afganistan sampai Portugal), dan dibudidayakan sejak zaman purba karena buahnya. Buah yang dihasilkan kebanyakan spesies dapat dimakan, meskipun hanya mempunyai nilai ekonomi lokal. Namun, buah-buah ini umumnya merupakan sumber makanan yang penting bagi banyak hewan liar. Pohon-pohon ara juga berperan penting dalam kebudayaan baik karena nilai religinya, seperti halnya pohon beringin (F. benjamina) dan pohon bodhi (F. religiosa), maupun karena banyak kegunaan praktis yang dihasilkannya.

Deskripsi sunting

 
Irisan buah semu sejenis benying. Yang kanan buah masak dan kiri buah muda.
 
Daun penumpu sejenis jerakah, sepasang, bentuk kerucut memanjang, meninggalkan bekas serupa cincin.

Ara (Ficus) kebanyakan berupa tumbuhan tropis yang hijau sepanjang tahun dan menghuni berbagai relung ekologi, namun beberapa spesies yang menggugurkan daun tumbuh terbatas di daerah di luar wilayah tropis dan di dataran tinggi.[3] Jenis-jenis ara dikenali dari perbungaannya yang unik dan pola penyerbukannya (pollination syndrome) yang khas, yang melibatkan sejenis tawon dari familia Agaonidae untuk menyerbuki bunga-bunganya yang tertutup.

Identifikasi jenis dari banyak spesiesnya agak sukar dilakukan, akan tetapi sebagai suatu kelompok, ara relatif mudah terbedakan dari jenis-jenis tumbuhan lainnya.[4] Banyak di antaranya yang memiliki akar gantung atau akar udara, bentuk perawakan yang khas; serta bentuk buah yang unik, yang membedakan kelompok ini dari tetumbuhan yang lain. Buah ara sebetulnya adalah karangan bunga tertutup yang dikenal sebagai bunga periuk (syconium); disebut demikian karena bentuknya menyerupai periuk tertutup atau hampir tertutup, di mana pada dinding dalamnya berjejal-jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran amat kecil. Kelak, jika bunga-bunga ini telah berkembang menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun juga hanya buah semu.

Ciri-ciri vegetatif ara yang cukup khas, di antaranya, adalah adanya getah (lateks) putih hingga kekuningan, beberapa jenisnya dengan jumlah yang melimpah, yang keluar apabila bagian-bagian tumbuhan ara ini dilukai. Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi oleh sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang (tri-veined) yang khas. Getah putih dan sepasang daun penumpu yang meninggalkan bekas cincin juga merupakan ciri suku Moraceae.

Ekologi dan kegunaan sunting

 
Pertulangan di pangkal daun sejenis jerakah.
 
Akar-akar gantung yang kemudian juga memberi tunjangan secara struktural
 
Buah-buah Ficus exasperata

Buah ara merupakan sumber makanan penting bagi sejumlah hewan pemakan buah (frugivora), termasuk kelelawar buah (Megabat; fruit bats), monyet kapusin, monyet langur (Colobinae) dan lain-lain. Dengan demikian pohon-pohon ara merupakan spesies kunci (keystone species) di banyak ekosistem hutan hujan tropika. Terlebih lagi sangat penting untuk berjenis-jenis burung, seperti takur (Megalaimidae), punai, rangkong, perkici (Cyclopsittacini) dan merbah yang hampir sepenuhnya hidup dari buah ara pada musim buahnya. Sementara itu, banyak ulat berbagai jenis Lepidoptera yang makan daun-daun ara, misalnya beberapa spesies Euploea, Danaus chrysippus, Papilio cresphontes (kupu-kupu Giant Swallowtail), Badamia exclamationis, dan Chrysodeixis eriosoma, Choreutidae serta Copromorphidae. Larva sejenis kumbang tanduk Anoplophora chinensis, melubangi dan memakan kayu-kayuan, termasuk kayu pohon ara; kadang-kadang ia menjadi hama di perkebunan ara. Serupa dengannya, ngengat sejenis hama putih Bemisia tabaci acap didapati menjadi hama bagi ara hias yang ditanam dalam pot; hama ini kemudian tersebar ke pelbagai tempat bersama pengiriman tanaman hias ini.

Kayu pohon ara umumnya lunak dan getahnya digunakan untuk beberapa hal, termasuk untuk membuat tempat penyimpanan harta mumi di Mesir kuno. Beberapa jenis ara (terutama F. cotinifolia, F. insipida dan F. padifolia) digunakan secara tradisional di Amerika Tengah untuk membuat papel amate (Nahuatl: āmatl), yakni sejenis kertas lokal yang diproduksi sejak ratusan tahun yang silam. Mutuba (F. natalensis) digunakan untuk menghasilkan kain kulit kayu di Uganda. Pou, yang juga dikenal sebagai pohon bodhi (F. religiosa), bentuk daun-daunnya menginspirasi pola dekoratif kbach rachana di Kamboja. Sedangkan beringin india (F. benghalensis) dan rambung (F. elastica), sebagaimana juga beberapa jenis ara yang lain, digunakan dalam pengobatan herbal.

 
Selembar āmatl dari Meksiko berisikan Huexotzinco Codex

Di Indonesia, beberapa macam genus Ficus juga dipergunakan dan masuk ke dalam budaya Indonesia. Misalnya, beringin (Ficus benjamina) yang selalu ditanam dalam jumlah tertentu di alun-alun menurut tradisi Jawa. Tabat barito (Ficus deltoidea) diseduh seperti teh oleh masyarakat Gayo untuk afrodisiak. Begitu juga oleh masyarakat Sunda yang mempergunakan tumbuhan ini sebagai obat.[5] Uyah-uyahan (Ficus quercifolia) juga direbus dan air rebusannya diminum untuk mengobati kencing batu dan oleh masyarakat Bali Aga, tumbuhan ini dibalur bersamaan dengan garam untuk mengobati penyakit kulit. Ia juga dipakai untuk mengobati penyakit kembung.[6] Untuk mengobati teriris benda tajam, getah benying (Ficus fistulosa) dioles pada luka hingga kering 1-2 kali sehari. Sedangkan, di Sumba ara ditumbuk dan direbus untuk mengobati kecacingan.[7] Awar-awar (Ficus septica) digunakan pula oleh di Sumba untuk ibu yang baru saja melahirkan dan, di pihak lain, oleh masyarakat Tolaki digunakan untuk aborsi.[8]

Makna penting budaya dan agamawi sunting

 
Daun-daun pohon bodhi F. religiosa
Buah ara, segar
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi310 kJ (74 kcal)
19 g
Gula16 g
Serat pangan3 g
0.3 g
0.8 g
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central
Buah ara, dikeringkan
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi1.041 kJ (249 kcal)
64 g
Gula48 g
Serat pangan10 g
1 g
3 g
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Pohon-pohon ara sangat mepengaruhi kebudayaan melalui beberapa tradisi keagamaan. Antara lain yang sangat terkenal adalah "pohon bodhi" (Pipal, Bodhi, Bo, atau Po), yang merupakan spesies Ficus religiosa, ataupun pohon beringin india dari spesies Ficus benghalensis. Tumbuhan hidup tertua yang diketahui jelas tarikh penanamannya adalah sebatang pohon bodhi Ficus religiosa yang dikenal sebagai Sri Maha Bodhi, ditanam di sebuah kuil di Anuradhapura, Sri Lanka oleh raja Tissa pada tahun 288 SM.

Hindu/Buddha sunting

Di Asia Timur, pohon ara dianggap penting dalam Buddhisme, Hinduisme, dan Jainisme. Menurut tradisi, Buddha dikatakan mendapatkan bodhi (pencerahan) ketika bermeditasi di bawah pohon bodhi (F. religiosa).[9] Spesies yang sama disebut sebagai Ashvattha, yaitu "pohon dunia" dalam Hinduisme. Plaksa Pra-sravana disebut sebagai pohon ara yang akar-akarnya menjadi sumber Sungai Saraswati; pohon ini sering dianggap sebagai F. religiosa walaupun mungkin lebih tepat sebagai F. infectoria.

Yahudi/Kristen sunting

Pohon ara merupakan pohon ketiga yang disebutkan di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, setelah "pohon kehidupan" dan "pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat".[10] Adam dan Hawa menyemat daun pohon ara dan membuat cawat untuk menutupi tubuh mereka setelah mereka tahu, bahwa mereka telanjang.[9][11]

Buah ara juga termasuk daftar makanan yang ditemukan dalam Tanah Perjanjian menurut Taurat (Ulangan 8). Yesus Kristus mengutuk sebatang pohon ara karena tidak menghasilkan buah (Markus 11:12–14).

Islam sunting

Pohon ara adalah salah satu dari dua yang disebutkan didalam Quran, salah satu surah didalam Quran diberi nama Surah At-Tin (سوره تین) yang bermakna "pohon ara (tin)" karena diawali dengan sumpah Allah "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun" (QS. 95:1). Buah ara juga disebutkan dalam hadits sebagai buah yang menurut Nabi Muhammad turun dari surga serta dapat mengobati wasir dan encok.[9][12]

Kebudayaan lain sunting

Pohon ara dikeramatkan dalam budaya Siprus kuno di mana dijadikan lambang kesuburan.

Sistem reproduksi buah ara sunting

 
Buah periuk (syconium) dari tin (F. carica)
 
Irisan buah tin yang matang, dengan ostiole di ujungnya

Banyak spesies ara ditanam untuk buahnya, meskipun hanya Ficus carica yang dibudidayakan secara luas untuk tujuan ini. Buah ara, penting untuk makanan dan obat tradisional, mengandung bahan laksatif, flavonoid, gula, vitamin A dan C, asam-asam dan enzim-enzim. Namun, buah ara juga dapat menyebabkan alergi kulit, dan getahnya dapat menimbulkan iritasi mata yang serius. Buah ara digolongkan sebagai "buah semu" atau "buah majemuk", di mana bunga dan biji tumbuh bersama membentuk satu massa tunggal. Genus Dorstenia, yang termasuk ke dalam famili Moraceae yang sama dengan pohon ara, mempunyai struktur bunga-bunga yang serupa dengan ara: kecil-kecil dan tertata dalam suatu dasar bunga (receptaculum), tetapi dasar bunga ini lebih kurang rata dan terbuka permukaannya.

Pengembangbiakan ara dapat dilakukan dengan melalui biji, setek, pencangkokan, atau sambung pucuk (grafting). Namun, sebagaimana halnya tanaman lain, pohon ara yang dibiakkan dari biji tidak selalu menghasilkan tanaman yang bersifat sama dengan induknya; dan karena itu teknik ini hanya dilakukan untuk tujuan pembiakan dan pemuliaan. Tergantung dari spesiesnya, setiap buah ara dapat mengandung sampai beberapa ratus bahkan beberapa ribu biji.[13]

Telah disebutkan di atas, bahwa 'buah' ara (syconium) sesungguhnya adalah bunga majemuk, di mana dasar bunga bersamanya menggulung membentuk semacam periuk (karenanya, dikenal juga sebagai bunga atau buah periuk) yang hampir tertutup sama sekali. Bunga-bunganya yang berukuran amat kecil terletak di bagian dalam, berjejal-jejal pada dinding periuk tersebut. Dengan demikian bunga-bunga ini tiada tampak dari luar, kecuali apabila bunga periuk itu dibelah. Bunga-bunga periuk ini kebanyakan bersifat hermafrodit, berisi baik bunga jantan, betina, dan bunga mandul yang membesar (gal). Di ujung bunga periuk itu terdapat sebuah lubang kecil, yang disebut ostiole, yang setengah tertutup oleh semacam sekat-sekat atau kelopak.

Sistem penyerbukan ara yang unik melibatkan tawon khusus yang berukuran kecil pula, yang dikenal sebagai tawon ara, anggota suku Agaonidae. Tawon-tawon ara betina masuk ke dalam bunga periuk melalui celah ostiole tadi, dalam rangka mencari bunga-bunga mandul sebagai tempatnya meletakkan telur. Dalam pada itu, bunga-bunga betina ara akan terserbuki oleh serbuk sari yang melekat pada tubuh tawon ara, terbawa dari bunga periuk tempat asal tawon ara. Tanpa adanya tawon ara yang masuk ke ruang dalam periuk ini, bunga-bunga betina yang ada takkan dapat menjadi buah. Sedemikian jauhnya hubungan ko-evolutif di antara kedua jenis makhluk hidup itu, sehingga bunga-bunga ara hanya dapat diserbuki oleh tawon ara, dan tawon ara hanya dapat hidup dan berbiak di dalam buah periuk ara. Diketahui pula bahwa masing-masing spesies ara bersimbiosis dengan jenis-jenis tawon ara yang khas; yang berlainan dari spesies ke spesies.

Semua pohon ara asli di benua Amerika bersifat hermafrodit, sebagaimana halnya beringin india (F. benghalensis), beringin (F. benjamina), rambung (F. elastica), bodhi (F. religiosa), dan lain-lain.[14] Sementara itu, tin (Ficus carica), tabat barito (F. deltoidea), serta beberapa jenis yang lain termasuk berumah dua (dioesis); yakni ada pohon yang menghasilkan bunga periuk hermafrodit, dan ada pula pohon yang melulu menghasilkan bunga periuk betina (berisi hanya bunga betina, yang nantinya berkembang menjadi buah). Tawon ara tumbuh dan berkembang di dalam bunga periuk hermafrodit; namun karena kedua macam bunga periuk itu tidak terbedakan bentuknya dari luar, tawon ara tetap mengunjungi dan menyerbuki keduanya.

Sejumlah spesies sunting

Daftar pohon ara terkenal sunting

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Ficus L". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. 2009-01-16. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-22. Diakses tanggal 2009-03-11. 
  2. ^ Sunset Western Garden Book, 1995:606–607
  3. ^ Halevy, Abraham H. (1989), Handbook of Flowering Volume 6 of CRC Handbook of Flowering, CRC Press, hlm. 331, ISBN 978-0-8493-3916-5, diakses tanggal 2009-08-25 
  4. ^ Quigley's Plant identification 10:100
  5. ^ Hidayat, Syamsul (2005). Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. hal.62 & 208. Jakarta:Penebar Swadaya. ISBN 979-489-944-5.
  6. ^ Hidayat, Syamsul. "ibid". hal.36-37 & 223.
  7. ^ Hidayat, Syamsul. "ibid". hal.181 & 225.
  8. ^ Hidayat, Syamsul. "ibid". hal. 198 & 260.
  9. ^ a b c Roberts, E.B. (2012). The Parables of Jesus Christ: A Brief Analysis. Bloomington, IN: Booktango. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-20. Diakses tanggal 2013-07-26. 
  10. ^ Kejadian 2:9
  11. ^ Kejadian 3:7
  12. ^ M. Rusli Tsauri (2011). Studi Etnobotani Tumbuhan Yang Berpotensi Sebagai Obat Penyakit Pada Anak Di Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep Madura (Skripsi). Malang: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. [pranala nonaktif permanen]
  13. ^ "Figs4fun.com" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2021-03-01. Diakses tanggal 2012-01-05. 
  14. ^ Berg & Corner (2005)
  15. ^ Brazil. Described by Carauta & Diaz (2002): pp.38–39
  16. ^ Brazil, Paraguay and Argentina: Carauta & Diaz (2002): pp.64–66
  17. ^ Brazil: Carauta & Diaz (2002): pp.67–69
  18. ^ "Changitrees". Habitatnews.nus.edu.sg. 2002-09-12. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-10-19. Diakses tanggal 2012-01-05. 
  19. ^ Wu et al., 2003, Flora of China

Pustaka tambahan sunting

Pranala luar sunting

Video