Gempa bumi Jawa 1834

Gempa bumi Jawa 1834 atau Gempa bumi Bogor 1834 melanda pulau Jawa, di dekat kota Bogor, Hindia Belanda. Gempa tersebut terjadi pada pagi hari tanggal 11 Oktober 1834. Gempa ditetapkan pada skala VIII (Parah) hingga IX (Hebat) Skala intensitas Mercalli yang dimodifikasi, dirasakan sangat kuat di kota Batavia (kini Jakarta). Gempa itu didahului oleh serangkaian gempa ringan pada malam hari sebelum gempa utama datang. Gempa ini diduga akibat dari pergeseran Sesar Baribis.

Gempa bumi Bogor 1834
Ilustrasi kerusakan pada Istana Bogor setelah gempa.
Gempa bumi Jawa 1834 di Jawa
Jakarta
Jakarta
Bogor
Bogor
Bandung
Bandung
Gempa bumi Jawa 1834
Gempa bumi Jawa 1834 di Provinsi Jawa Barat
Jakarta
Jakarta
Bogor
Bogor
Bandung
Bandung
Gempa bumi Jawa 1834
Waktu setempat06:30 WIB
Lama48 detik
Kekuatan7.0 Mw[1]
Kedalaman12 km (7 mi)
Episentrum6°28′12″S 106°57′29″E / 6.470°S 106.958°E / -6.470; 106.958Koordinat: 6°28′12″S 106°57′29″E / 6.470°S 106.958°E / -6.470; 106.958
SesarSesar Baribis
JenisSesar naik
Wilayah bencanaJawa Barat
Batavia
Hindia Belanda
Intensitas maks.IX (Hebat)
TsunamiTidak
Korban5 tewas

Gempa utama terjadi pada pagi hari, berkekuatan 7,0 Mw dengan kedalaman sangat dangkal 12 km (7 mi) berpusat di 15 km dari Kota Bogor.

Getaran gempa dirasakan begitu kuat, di seluruh provinsi Jawa Barat, Banten, dan Jakarta, guncangan gempa diperkirakan berdurasi 48 detik lamanya. Di Kota Bogor guncangan gempa mencapai skala MMI IX (Hebat), sementara di Jakarta, Depok, dan Kota Bekasi mencapai skala MMI VIII (Parah), lalu di Tangerang, Sukabumi, dan Kota Bandung mencapai MMI VI–VII. Meskipun kerusakan yang sangat meluas, tetapi hanya lima orang yang dilaporkan tewas.

Gempa bumi sunting

Pemodelan gempa berkekuatan momen Mw sebesar 7,0 pada kedalaman 12 km sepanjang sesar terbalik sepanjang 45 km dengan gambaran sejarah gempa dan dampaknya. Pada simulasi gerakan tanah, Batavia, Buitenzorg, Tjanjor, danVTjiandjawar mengalami guncangan paling hebat, dengan intensitas (MMI IX). Simulasi tersebut juga memperkirakan terjadinya guncangan hebat hingga dahsyat di Banten, Karawang, dan Tegal, namun tidak ada laporan mengenai kerusakan besar yang dilaporkan di wilayah tersebut.

Kerusakan sunting

Gempa itu didahului oleh sejumlah gempa bumi berukuran sedang pada malam sebelumnya tanggal 11 Oktober. Ketika gempa utama melanda keesokan paginya, gempa itu sangat terasa. Getaran juga terdeteksi oleh orang-orang dari Tegal di Jawa Tengah hingga Lampung di pulau Sumatra.[2]

Meskipun gempa tersebut menyebabkan sangat sedikit korban jiwa dan luka-luka, bangunan banyak yang rusak parah dan beberapa runtuh. Kerusakan jalan seperti retak dilaporkan dari Bogor hingga Cianjur, dan Kabupaten Cianjur. Banyak gudang dan pabrik juga terkena dampak parah. Sebuah stasiun pos di kota terkubur tanah longsor, menewaskan lima orang dan sepuluh ekor kuda. Banyak rumah dan bangunan batu di Batavia yang rusak. Gudang pedesaan dan sejumlah townhouse juga rusak. Istana Bogor di kota itu, yang merupakan kediaman Jean Chrétien Baud, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, rusak parah sehingga Jean Chrétien Baud memerintahkannya untuk dibongkar. Istana ini dibangun kembali dengan gaya arsitektur Eropa abad ke-19 yang baru.[3]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "M 7.0 Earthquake - Java Bogor, Cinajur, on Friday, Oct 10, 1834". Volcanodicovery.com. Diakses tanggal 13 April 2024. 
  2. ^ Teddy Tri Setio Berty (3 August 2019). "3 Gempa Dahsyat yang Pernah Mengguncang Jakarta di Masa Lampau". Liputan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-26. Diakses tanggal 13 July 2021. 
  3. ^ adk, rus (March 1, 2015). "Kisah Jokowi, Istana Bogor, dan Ratu Pantai Selatan". Diarsipkan dari versi asli tanggal March 4, 2016. Diakses tanggal March 6, 2015.