Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Daerah Sumatera Kawasan Selatan

gereja di Indonesia


Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Daerah Sumatera Kawasan Selatan adalah denominasi Kristen Protestan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di daerah Sumatera Kawasan Selatan. Daerah ini, umum disingkat sebagai Sumkasel, adalah daerah di Indonesia yang meliputi lima provinsi: Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jambi, dan Kepulauan Babel (BangkaBelitung). Pada awal pekerjaan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia, daerah Sumatera Kawasan Selatan termasuk wilayah pelayanan Jawa Barat yang berpusat di Batavia. Kemudian daerah ini termasuk wilayah Sumatra yang berpusat di Padang dan diorganisasikan pada tahun 1913 dipimpin B.Judge.

Masa penjajahan

sunting

Pada rapat Gereja Advent Uni Malaysia tahun 1929 telah diterima rekomendasi Kantor Pusat Se-Dunia untuk membagi dua Uni Malaysia menjadi Uni Malaysia dan Uni Hindia Belanda pada tanggal 25 Desember 1928. Uni Malaysia berada di bawah pengawasan Divisi Timur Jauh yang berkantor pusat di Singapura. Dan Uni Hindia Belanda di bawah pengawasan Eropa Tengah yang berkantor pusat di Bandung.

Pada rapat Uni Hindia Belanda yang diadakan terpisah, telah menetakan pembagian daerah pelayanan Uni Hindia Belanda yang baru dan Sumatera Selatan menjadi satu daerah yang baru. Ketua daerah yang baru diangkat oleh Pdt S. Dittmar, yang menjadi teritori adalah Sumatera Selatan, Lampung (yang sebelumnya berada di bawah pengawasan Jawa Barat), Bengkulu, Jambi, Bangka, dan Belitung.

Gereja Advent berdasarkan tempat

sunting

Lampung

sunting

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh belum menyentuh daerah ini sampai tahun 1922. Baru kemudian pada tahun 1923 Pendeta Wood yang ditempatkan di Tanjung Karang (Lampung) mulai membawa pekabaran gereja, pada awalnya melalui Majalah Pertandaan Zaman. Akhirnya Pendeta Wood berhasil mendirikan Gereja Advent di Lampung. Merukh, Pada tahun 1923 oleh Pendeta Zimmermann penduduk asli Lampung dibaptis, merekalah yang menjadi buah sulung di Lampung.

Pekerjaan Advent meluas di Way Hui (Lampung) hingga diorganisasinya kumpulan di sana tahun 1926. Selanjutnya meluas ke Tambangbesi, Kedaton, Sereng dan Sabalang. Sementara di Sarirejo (Lampung Selatan) dimulai dengan masuknya Elias Subakir yang menjadi anggota Gereja Advent setelah mendengar gelombang siaran radio Advent dari Pulau Guam, dilanjutkan oleh FJ Wuysang hingga dibaptiskan. Sekitar tahun 1995 di Mesuji dibuka oleh FJ Wuysang dan Joko Utomo. Anggota-anggota pertama antara lain: Yohanes Suparlan, Yohanes Rubiman dan Yuswanto, mereka dibaptis pada tanggal 30 Desember 1995 oleh Pendeta Alex Henndriks.

Palembang

sunting

Sejarah Gereja Masehi Advent Hari ketujuh di Palembang dimulai dengan kedatangan misionaris pertama yaitu R.W Munson di tahun 1904. Pada awal kedatangannya ke Palembang hanya pesinggahannya dari Singapore ke Jakarta. Di Palembang, Munson diberitahu bahwa ada sekelompok orang yang belum percaya dan perlu bantuan dari missionari ini. Pada tahun berikutnya Munson datang kembali dan tempat yang ditunjukan adalah Daerah Muara Dua. D isana dia mendapatkan penolakan dari warga setempat dikarenakan warga tidak menerima missionaris. Pada tahun 1907 - 1908, seorang dari Singapura yang bernama C.M Lee datang ke Palembang untuk menjual buku-buku kebenaran. Dilanjutkan lagi oleh seorang pemuda dari Batak yang datang ke Sumatera Selatan, termasuk Palembang di tahun 1918. Kemudian secara resmi Gereja Advent masuk ke Palembang dimulai oleh Evangelist Literature (EL) yang datang dari Padang tahun 1927. Kemudian di tahun itu seorang guru Injil bernama Lauw Djoe Djim dikirim ke Palembang yang dibantu oleh Tjong Kam Tjoe. Mereka bekerja mengajarkan Injil ke tengah-tengah masyarakat Tionghoa. Usaha mereka berhasil untuk mengorganisasi kumpulan di sebuah kolong rumah Palembang milik seorang Tionghoa di 16 ilir, dekat Gudang Geo Wehry.

Penginjilan ini berhasil membaptiskan: HN Akip, Tahalea, Anna Mahantouw dan 2 orang Tionghoa. Baptisan dilaksanakan oleh pendeta yang datang dari Padang.

Bengkulu

sunting

Pusat tambang emas Muara Aman menarik perhatian penduduk disekitarnya untuk merantau ke Muara Aman, termasuk Lauw Djoe Djim yang datang dari Padang dan beberapa orang pegawai tambang emas itu juga menjadi bagian dari anggota Gereja Advent. Luther Panjaitan membantu Lauw mengadakan kebaktian kebangunan rohani di sana dan membaptiskan 6 jiwa.

Daftar pimpinan

sunting

Urutan Pimpinan Daerah ini sejak diorganisasi tahun 1929 adalah sebagai berikut:

Tahun Ketua Sekretaris Bendahara
1929 – 1933 Pdt S. Dittmar - -
1934 – 1935 Pdt K. Tilstra - -
1936 – 1938 Pdt Kolling - -
1938 – 1941 Pdt K. Mandias - -
1948 – 1952 Pdt K. Mandias - -
1952 – 1953 Pdt M. Siregar - -
1953 – 1954 Pdt SF. Sitompul - -
1955 Pdt UH. Manullang - -
1956 – 1961 Pdt S. Ritonga - -
1962 – 1966 Pdt S. Tamba Pdt T. Tambunan Pdt T. Tambunan
1967 – 1969 Pdt NG. Hutauruk M. Sitompul M. Sitompul
1970 – 1972 Pdt CG. Manurung M. Sitompul M. Sitompul
1973 – 1976 Pdt R. Tambunan M. Sitompul M. Sitompul
1977 – 1982 Pdt DP. Panjaitan E. Situmeang E. Situmeang
1983 – 1990 Pdt SH. Simbolon M. Doloksaribu M. Doloksaribu
1990 – 1993 Pdt AJ. Dompas Pdt LP. Simanjuntak S. Purba
1994 – 2000 Pdt LP. Simanjuntak Pdt SG. Manik Pdt ER. Pasaribu
2001 – 2003 Pdt LP. Simanjuntak Pdt S. Tamba Pdt ER. Pasaribu
2004 – Pdt S. Tamba

Pranala luar

sunting