Giganotosaurus carolinii (berarti "kadal raksasa dari selatan") adalah genus dinosaurus theropoda yang hidup di tempat yang sekarang dikenal dengan Argentina. Dari segi bentuk tubuh, jenis ini amat mirip dengan Tyrannosaurus rex, tetapi ukurannya sekitar 2 atau 4 meter lebih besar daripada Tyrannosaurus rex (sebagai acuan, panjang Tyrannosaurus rex ± 14 meter). Pemangsa yang ganas, bersifat sama dengan Tyrannosaurus Rex. Yang membedakan Giganotosaurus dengan yang lain hanyalah ukuran tubuhnya, 3 cakar berlengan besar (Tyrannosaurus rex hanya memiliki 2 cakar dan lengan sangat kecil), dan tulang-tulang seperti sirip pada seluruh permukaan atas tubuhnya, dari ujung moncongnya sampai ujung ekornya. Sirip ini pun tidak terlalu terlihat karena amat kecil dibandingkan dengan tubuhnya yang amat besar. Giganotosaurus disebut-sebut sebagai saingan raja kadal Tyrannosaurus karena besar tubuh dan keganasannya.

Giganotosaurus
Periode Kapur Akhir (Cenomanian), 99–97 jtyl
Taksonomi
KerajaanAnimalia
FilumChordata
KelasReptilia
OrdoSaurischia
FamiliCarcharodontosauridae
GenusGiganotosaurus
Coria & Salgado, 1995[1]

Ukuran sunting

 
Ukuran (hijau) dibandingkan dengan theropoda raksasa lainnya.

Giganotosaurus adalah Theropoda terbesar yang pernah hidup, kedua setelah Spinosaurus. Fosil yang ditemukan sejauh ini menunjukkan panjangnya sekitar 14 m. Para paleontolog belum sepakat mengenai ukuran Giganotosaurus sebab fosil tersebut berasal dari binatang yang belum tumbuh maksimal. Beberapa ahli menduga dinosaurus ini dapat mencapai 14 m, tingginya sekitar 4 m dan beratnya bisa mencapai 8 atau 9 ton. Itu 2 m lebih panjang daripada T.rex dan dua ton lebih berat. Ukuran mereka benar - benar besar, bahkan untuk jenisnya. Tengkorak Giganotosaurus panjangnya antara 1,5 - 2 m, paling besar dari semua tengkorak dinosaurus Theropoda, dengan gigi-gigi yang sangat banyak, masing-masing bisa mencapai 17 cm panjangnya. Giganotosaurus termasuk salah satu dari banyak dinosaurus yang mendapat pengaruh gigantisme di Amerika Selatan pada Pertengahan Kretaseus, yang menurut beberapa ilmuwan diduga disebabkan oleh sisa-sisa gen evolusi dari dinosaurus-dinosaurus raksasa dari Jurasik Akhir.

Cara Berburu sunting

Karnivora ini berburu sendirian. Mereka adalah pemangsa terbesar di zamannya. Namun, fosil Giganotosaurus pernah menunjukkan bahwa karnivora raksasa ini sering berburu bersama-sama untuk menyerang herbivora raksasa seperti Andesaurus, Limaysaurus, dan bahkan Argentinosaurus, yang merupakan salah satu hewan darat terbesar sepanjang masa.

Tengkorak Giganotosaurus cukup untuk menelan seorang manusia dewasa utuh-utuh, tetapi sebenarnya cukup ringan karena memiliki banyak rongga. Gigi Giganotosaurus lebih banyak jika dibandingkan gigi Tyrannosaurus, tetapi kurang bervariasi, lebih tipis dan lebih panjang, serta memiliki gerigi di bagian belakangnya, cocok untuk memotong daging dibandingkan meremukkan tulang mangsa. Otot leher Giganotosaurus sangat kuat, tetapi otot rahangnya tidak begitu berkembang. Karnivora ini lebih bagus dalam hal mencederai dan mengibas-ngibas daging daripada membunuh mangsa dengan gigitan yang sangat kuat. Giganotosaurus tidak harus berburu mangsa hidup, mereka dapat mengandalkan tubuh raksasa mereka untuk menakuti predator lain dan memaksa mengambil hasil buruan mereka.

Mata Giganotosaurus menghadap ke samping, jadi mereka punya medan pengelihatan yang luas. Akan tetapi dinosaurus ini mesti menggerakkan kepalanya ke berbagai arah untuk melihat sesuatu. Bubungan tulang tumbuh di depan dan di atas matanya, yang sampai sekarang belum diketahui secara pasti apa fungsinya, tetapi para ahli paleontologi berpendapat bubungan tulang tersebut berguna melindungi mata Giganotosaurus saat bertarung.

Referensi sunting

  1. ^ Coria, R. A.; Salgado, L. (1995). "A new giant carnivorous dinosaur from the Cretaceous of Patagonia". Nature. 377 (6546): 224–226. Bibcode:1995Natur.377..224C. doi:10.1038/377224a0.