Heritiera

genus tumbuh-tumbuhan
Dungun; Mengkulang
Dungun kecil, Heritiera littoralis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Genus:
Heritiera

Aiton, 1789 [1]
Spesies

35 spesies, lihat teks.

Sinonim
  • Argyrodendron F.Muell.
  • Tarrietia Blume

Sumber: GRIN[2]

Heritiera adalah nama genus pepohonan penghasil kayu, tergolong ke dalam famili kapas-kapasan (Malvaceae). Marga ini menghasilkan dua jenis kayu yang keras dan berat, yang diperdagangkan sebagai kayu dungun, dan yang sedikit lebih ringan yang dikenal sebagai kayu mengkulang.[3] Nama marga ini diambilkan dari nama seorang ahli botani bangsa Prancis dari abad-18, Charles Louis L'Héritier de Brutelle.[4]

Dungun[5] dikenal pula dengan sebutan yang lain seperti dungon (Mly.); dungon atau dungon late (Fil.); duhun, ngonkai-thale (Thai); kanazo, pinle-kanazo (Burma). Sedangkan nama-nama lain mengkulang, di antaranya, palapi atau teraling[6] (Ind.); kembang (Mal., Brunei); lumbayau (Fil.); hao (Laos); kanazo (Burma).[3]

Pengenalan

sunting

Pohon, dengan perawakan sedang hingga besar, mencapai tinggi 50 m. Batang biasanya lurus dan tinggi, gemangnya hingga 100(-135) cm dan batang bebas cabang mencapai 20 m; kecuali pada H. littoralis yang sering kerdil dan bercabang rendah. Banir berkembang baik, rendah atau tinggi, dan biasanya tipis. Pepagan keabu-abuan hingga kemerahan-cokelat, memecah dangkal dan bersisik atau berbintik-bintik; pepagan dalam merah muda hingga merah, berlembaran.[3][4]

Ranting-ranting biasanya ramping dan membulat, biasanya dengan tonjolan parut luka bekas daun, sering dengan bintil rambut-rambut yang memberkas atau membintang dan bersisik. Sisi bawah daun dan bagian-bagian yang muda tertutupi oleh sisik-sisik yang rapat atau renggang. Daun-daun tersusun dalam spiral, tunggal atau majemuk menjari beranak daun 2-banyak; tangkai daun menggembung di kedua ujungnya; pertulangan daun sekunder menonjol di sisi bawah, pertulangan tersier berpola serupa tangga.[4]

Perbungaan dalam malai di ketiak; berambut banyak atau sedikit di pangkal, bersisik setidaknya dekat ujungnya. Bunga berkelamin satu, sangat kecil; kelopak kurang lebih bentuk lonceng, bertaju 4-5(-6); mahkota tidak ada. Buah geluk bentuk elipsoid (menjorong) atau bulat, tidak memecah, dengan dinding dalam mengayu, dan rigi memanjang di bagian luar yang acap membesar membentuk sayap (buah samara).[4]

Agihan dan ekologi

sunting

Heritiera terdiri dari sekitar 35 spesies, yang menyebar luas mulai dari kawasan Afrika tropis (2 spesies); Asia selatan (India) ke timur hingga Nugini; Australia tropis (3 spesies); dan Mikronesia (1 spesies). Pusat persebaran marga ini adalah Kawasan Malesia, dengan kekayaan hingga 20 spesies. Jenis-jenisnya ditemukan mulai dari ekosistem hutan bakau, hutan rawa air tawar, hingga ke hutan hujan dataran rendah di wilayah pedalaman hingga ketinggian sekitar 600 m dpl.[3]

Buah dungun kecil (H. littoralis) yang hidup di wilayah mangrove dipencarkan dengan bantuan aliran air (hidrokori). Sementara jenis-jenis seperti galumpit (H. javanica) dan teraling (H. simplicifolia) yang buahnya bersayap, pemencarannya dibantu oleh angin (anemokori).[3]

Jenis H. percoriacea menyebar terbatas (endemik) di Jawa; sejauh ini keberadaannya hanya diketahui pada Taman Nasional Ujung Kulon di Pandeglang, dan Cagar Alam Sukawayana di dekat Palabuhanratu, Sukabumi. IUCN menetapkan status populasinya sebagai Terancam (Endangered).[7]

Manfaat

sunting

Jenis-jenis Heritiera terutama dikenal karena menghasilkan kayu yang bermutu baik, yang dalam perdagangan digolongkan ke dalam kayu dungun dan kayu mengkulang. Pepagan dungun kecil menghasilkan tanin; sementara akarnya digunakan untuk meracun ikan atau sebagai pestisida alami.[3]

Kayu dungun adalah kayu yang keras, kuat dan berat; kerapatannya berkisar antara 830-1.040 kg/m³ pada kadar air 15%. Kayu terasnya berwarna gelap, cokelat, cokelat tua, kadang-kadang dengan noda keunguan; sertanya bertautan dan teksturnya cenderung halus. Kayu ini memiliki nilai penyusutan yang relatif tinggi; dari keadaan basah hingga kadar air 15%, kayu dungun menyusut sebanyak 2% pada arah radial dan 4,5% pada arah tangensial. Ia pun relatif sukar dikeringkan, dengan cacat yang kerap terjadi berupa pecah ujung dan retak permukaan. Kandungan silika yang tinggi dalam kayunya menjadikannya sukar dikerjakan karena lekas menumpulkan gergaji dan alat-alat lain; akan tetapi kayu dungun dapat dilengkungkan dengan penguapan (steamed bentwork) dengan hasil cukup baik. Keawetan kayu ini tergolong sedang dalam paparan cuaca; daya tahan bila digunakan langsung berhubungan dengan tanah di wilayah tropis mencapai 3 tahun. Cukup tahan terhadap serangan kumbang bubuk dan penggerek laut, kayu dungun tidak tahan terhadap serangan rayap.[3]

Kayu dungun tidak umum dipakai karena tidak banyak dihasilkan: batang utamanya acap terpilin, kerdil, atau bercabang rendah. Karena sifat-sifatnya, kayu dungun hanya digunakan untuk membuat peralatan rumah tangga, alu penumbuk, tiang pancang dan lain-lain. Eksemplar yang besar terkadang juga digunakan dalam pembuatan kapal dan jembatan. Sifatnya yang dapat dilengkungkan dengan hasil baik, diperlukan dalam pembuatan mebel.[3]

Kayu mengkulang merupakan kayu yang sedang (moderat) pada kekerasan dan beratnya; kerapatannya berkisar antara (520-)640-820(-990) kg/m³ pada kadar air 15%. Kayu terasnya berwarna kemerah-merahan-cokelat hingga cokelat pekat, kadang-kadang agak merah muda-cokelat; sedangkan gubalnya kuning-cokelat hingga kemerah-merahan. Serat kayunya lurus hingga bertaut dangkal, teksturnya kasar dan cukup rata.[3]

Penyusutan kayu mengkulang tergolong sedang hingga cukup tinggi; dari keadaan basah hingga kadar air 15%, kayu ini menyusut sebanyak 1,3-1,7% pada arah radial dan 3,0-3,8% pada arah tangensial. Kayu ini lekas mengering, tetapi cenderung agak melengkung dan terjadi retak permukaan; papan setebal 4 cm memerlukan waktu sekitar 3 bulan untuk mencapai kondisi kering udara. Sebagaimana pada kayu dungun, kayu ini pun banyak mengandung silika, sehingga agak sukar dikerjakan. Akan tetapi kayu mengkulang mudah dipelitur. Juga mudah dikupas untuk dijadikan venir dengan hasil memuaskan. Keawetan kayu ini termasuk rendah-sedang, penggunaan di wilayah tropis bila kontak langsung dengan tanah berkisar antara 2-2,5 tahun. Ia juga rentan terhadap serangan rayap dan penggerek laut, meskipun cukup tahan terhadap kumbang bubuk. Namun ia mudah diawetkan; misalnya dengan campuran kreosot dan minyak diesel.[3]

Kayu mengkulang termasuk cocok digunakan untuk berbagai keperluan konstruksi interior, lantai, plafon, rangka atap, kusen pintu dan jendela, tangga rumah, dan furnitur; juga untuk konstruksi kapal pada bagian-bagian di atas air. Juga untuk konstruksi berat dan pertukangan dalam rupa papan dan balok, tiang pancang atau fondasi (dengan pengawetan lebih dulu), bahkan tiang kapal.[3]

Spesies

sunting

Beberapa spesies beserta agihannya, di antaranya:

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Aiton, W. 1789. Hortus Kewensis; or, a Catalogue of the Plants Cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew, London 3: 546. London :Printed for George Nicol, Bookseller to his Majesty.
  2. ^ "Heritiera Aiton". Germplasm Resources Information Network. United States Department of Agriculture. 2003-06-05. Diakses tanggal 2010-02-16. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara, S.I. Wiselius, & P. Baas. 2002. Heritiera Aiton dalam I. Soerianegara & R.H.M.J. Lemmens (Eds.) Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1) Pohon penghasil kayu perdagangan utama: 244-53. Jakarta: Balai Pustaka.
  4. ^ a b c d Kochummen, K.M.. 1972. Sterculiaceae. in T.C. Whitmore (Ed.) Tree Flora of Malaya II:359-64 (Heritiera Dryand.). Kuala Lumpur: Longman.
  5. ^ KBBI: dungun
  6. ^ KBBI: teraling
  7. ^ World Conservation Monitoring Centre. 1998. Heritiera percoriacea. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.2. <www.iucnredlist.org>. Diakses 06 Oktober 2014.