Hubungan Israel dengan Korea Selatan
Hubungan Israel dengan Korea Selatan adalah hubungan diplomatik, komersial, dan budaya antara Israel dan Korea Selatan. Korea Selatan telah memelihara hubungan dengan Israel sejak tahun 1948, dan pada tahun 1962 kedua negara membuka hubungan diplomatik secara resmi. Israel dan Korea Selatan telah mengekspresikan ketertarikan mereka untuk memperkuat hubungan mereka dalam semua sektor, terutama pertahanan negara, tetapi juga termasuk energi terbarukan, sains dan teknologi, dan juga perdagangan bilateral.[1][2]
Israel |
Korea Selatan |
---|
Sejarah
suntingSebelum Perang Korea
suntingKorea Selatan dan Israel secara resmi membuka hubungan diplomatik mereka pada 10 April 1962.[3][4] Namun sebenarnya hubungan keduanya sudah dimulai langsung setelah pecahnya Perang Korea pada tahun 1950. David Ben-Gurion, perdana menteri Israel pada waktu itu mendukung pengiriman tentara Israel untuk berperang bersama Republik Korea. Tetapi partai politik Mapam(he) menentang keputusan tersebut karena lebih menyokong hubungan mereka dengan Korea Utara daripada Selatan. Sebagai jalan tengahnya, bukannya mengirim pasukan, pemerintah Israel mengirim $100.000 dalam bentuk obat-obatan dan makanan kepada pemerintah Korea Selatan.[1]
Hasil Perang Korea memperkuat hubungan antara Israel dan Korea Selatan. Israel menggeser kebijakan luar negerinya dari "tidak teridentifikasikan" menjadi berpihak dengan Amerika Serikat dan PBB. Hubungan keduanya dimulai dalam waktu kurang dari dua tahun setelah berdirinya kedua negara.[1]
Setelah Perang Korea
suntingIsrael membuka kedutaan besarnya di Seoul pada bulan April 1968. Israel membantu Korea Selatan dalam mendirikan infrastruktur dalam industri pertanian, pengairan, dan pertahanan. Angkatan Darat Korea Selatan membeli senjata buatan Israel dalam jumlah besar, termasuk Uzi. Pada tahun 1966, delegasi dari kedua negara saling mengunjungi masing-masing negara.[5]
Pada bulan Februari 1972, pemerintah Israel menutup kedutaan besarnya di Seoul. Krisis minyak 1973 dan Krisis Energi 1979 mempengaruhi kebijakan Korea Selatan terhadap Israel. Untuk sementara, Korea Selatan mulai mendukung negara-negara tetangga Israel dibandingkan dengan Israel.[3][5]
Presiden Korea Selatan Park Chung-hee meminta Moshe Dayan untuk mempertimbangkan kembali penutupan kedutaan besarnya, tetapi Dayan menolaknya. Namun, hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Israel tidak terputus, hubungan keduanya dilakukan lewat Tokyo. Duta besar Israel untuk Jepang bertindak sebagai duta besar bukan penduduk untuk Korea Selatan.[5]
Setelah masa normalisasi dan pendinginan situasi dan hubungan antara Israel dengan negara-negara tetangganya, Korea Selatan menyetujui pembukaan kembali kedutaan besar Israel pada tahun 1992. Kedua negara lalu menandatangani perjanjian untuk memperkuat kerjasama dalam industri pesawat udara dan Institut Sains Weizmann.[5]
Ekonomi
suntingPerdaganan di antara Israel dan Korea Selatan tumbuh dengan kelipatan enam, dari $148 juta menjadi sekitar $1 miliar di antara tahun 1990 hingga tahun 2000. Dalam satu dekade, Korea Selatan menguasai 15 persen dari pasar Israel untuk mobil impor dan 20 persen untuk telepon genggam. Ekspor Israel ke Korea Selatan juga berlipat ganda pada periode yang sama.[5]
Pada tahun 2001, Korea Selatan dan Israel menandatangani perjanjian untuk membentuk sebuah pendanaan Penelitian dan Pengembangan untuk pengembangan produk-produk baru.
Sejak musim panas tahun 2010 sebuah acara tahunan, Konferensi Bisnis Korea, yang ditujukan untuk menambah aktivitas bisnis antara Israel dan Korea, termasuk perdagangan, investasi, dan persekutuan bisnis. Konferensi ini dibentuk oleh Itzik Yona, CEO dari Yonaco Group, bekerja sama dengan Institut Ekspor Israel(he). Salah satu dampak besar dari konferensi tersebut adalah peningkatan kesadaran akan kemungkinan untuk saling berinvestasi antara kedua negara. Dampak langsung lainnya dari konferensi tersebut adalah untuk pertama kalinya sebuah dana modal ventura Korea diinvestasikan dalam perusahaan ventura Israel dari Rehovot.[6]
Pada bulan Agustus 2010, Korea Venture Investment Corp. (KVIC), sebuah perusahaan manajemen keuangan yang didukung negara, menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan Vertex Venture Capital (VVC) dari Israel untuk menggalang dana sebesar US$150 juta, yang akan digunakan untuk membiayai usaha patungan atau merger dan akuisisi perusahaan ventura kecil dan menengah di kedua negara.[7]
Pada tahun 2011, delegasi parlemen beranggotakan 11 orang bertemu dengan presiden Israel, Shimon Peres di Hotel King David(he) di Yerusalem. Delegasi tersebut dipimpin oleh Lee Byung-suk, mantan ketua Komite Majelis Nasional Transportasi dan Kelautan. Juga hadir Park Jin, mantan ketua Komite Luar Negeri dan Perdagangan.[2]
Pada 11 November 2013, duta besar Korea untuk Israel Kim Il-soo mengumumkan bahwa Israel dan Korea Selatan dapat menjadi lokomotif ekonomi, merujuk pada kerjasama teknologi tinggi di antara kedua negara.[8] Pengumuman tersebut dirilis saat Forum Ekonomi Kreatif Pertama antara Korea dan Israel yang digelar di Tel Aviv, yang menonjolkan Jaringan Teknologi Tinggi Korea-Israel—sebuah proyek yang ditujukan untuk meningkatkan kolaborasi industri di berbagai bidang teknologi tinggi.[9]
Referensi
sunting- ^ a b c Israel’s Role in the UN during the Korean War Diarsipkan 2012-01-17 di Wayback Machine..
- ^ a b South Korea sees Israel as partner in security and peace
- ^ a b Israeli Ministry of Foreign Affairs accessed May 4, 2010
- ^ RoK Ministry of Foreign Affairs and Trade Diarsipkan 2013-03-13 di Wayback Machine. accessed May 4, 2010
- ^ a b c d e http://www.jcpa.org/jpsr/jpsr-cohen-s06.htm
- ^ Hagit Bronsky, Channel 10 News
- ^ S. Korea, Israel ink US$150 mln venture fund deal
- ^ Shamah, D. Israel and South Korea could be an economic powerhouse.
- ^ KOILTECH.[pranala nonaktif permanen]