Iklim Indonesia secara keseluruhan adalah iklim tropis. Perairan yang hangat di wilayah Indonesia sangat berperan dalam menjaga suhu di darat tetap konstan, dengan rerata suhu 28 °C di wilayah pesisir, 26 °C di wilayah pedalaman dan dataran tinggi, serta 23 °C di wilayah pegunungan. Perubahan suhu antarmusim di Indonesia tidak begitu signifikan. Selain itu, perbedaan antara lama waktu siang dan malam juga tidak terlalu mencolok. Pada wilayah yang dilalui garis khatulistiwa, perbedaan waktu siang terpanjang dengan waktu siang terpendek adalah kurang dari 1 menit. Di wilayah paling selatan Indonesia yaitu Pulau Ndana, perbedaan waktu siang terpanjang dengan waktu siang terpendek adalah 78 menit (1 jam 18 menit).[1] Sedangkan di wilayah paling utara Indonesia yaitu Pulau Rondo, perbedaan waktu siang terpanjang dengan waktu siang terpendek adalah 42 menit.[2] Oleh karena lama durasi waktu siang yang cenderung sama sepanjang tahun, tetumbuhan dan tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun di wilayah Indonesia.[3]

Peta klasifikasi Iklim Köppen Indonesia.
Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Rinca, Kepulauan Nusa Tenggara
Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat
Pantai Gili Meno, Lombok
Puncak Jaya, Papua

Faktor utama yang mempengaruhi iklim Indonesia bukan merupakan suhu udara ataupun tekanan udara, melainkan curah hujan. Rerata kelembapan di wilayah Indonesia berkisar pada angka 65% hingga 90%. Kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia adalah sedang dengan arah angin yang dapat diprediksi sebagai akibat pergerakan angin muson, yaitu angin muson timur yang bertiup dari arah tenggara pada bulan Mei hingga September dan angin muson barat yang bertiup dari arah barat dan barat laut pada bulan November hingga Maret.

Terdapat beberapa jenis iklim yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu sebagian besar beriklim hutan hujan tropis yang mempunyai tingkat presipitasi atau curah hujan tertinggi, kemudian diikuti dengan iklim muson tropis, serta iklim sabana tropis yang mempunyai tingkat presipitasi atau curah hujan terendah.[a] Namun, selain iklim-iklim tersebut, Indonesia pun memiliki iklim laut dan iklim tanah tinggi subtropis di beberapa wilayah dataran tinggi di Indonesia, umumnya pada ketinggian 1500 hingga 3500 m di atas permukaan laut (mdpl). Selain itu, Indonesia juga memiliki iklim tundra yakni di wilayah pegunungan di Papua.[4]

Pergerakan angin muson sangat berpengaruh terhadap intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Pada umumnya, angin muson barat yang membawa banyak uap air bergerak dari arah barat dan barat laut Indonesia pada bulan November hingga Maret, sehingga terjadilah musim penghujan; angin muson timur yang bersifat kering bergerak dari arah tenggara Indonesia pada bulan Mei hingga September, sehingga terjadilah musim kemarau. Akan tetapi, pola angin muson ini juga dapat berubah sebagai akibat dari adanya pola arah angin lokal, terutama di wilayah kepulauan Maluku. Pola angin tahunan yang berosilasi ini berkaitan erat dengan posisi Indonesia yang merupakan isthmus atau tanah genting yang menjadi penghubung antara dua benua, yakni Asia dan Australia. Pada bulan Oktober hingga Maret, tekanan udara yang tinggi terjadi di Gurun Gobi dan menyebabkan pergerakan angin muson dari daratan Asia menuju arah Australia yang bertekanan udara rendah, karena melewati Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, angin muson ini membawa banyak uap air, sehingga terjadilah musim penghujan di Indonesia. Pada bulan April hingga September, tekanan udara yang tinggi terjadi di daratan Australia dan menyebabkan pergerakan angin muson menuju daratan Asia yang bertekanan udara rendah, dan angin muson ini bersifat kering dan dingin, sehingga terjadilah musim kemarau di Indonesia.[3]

Curah hujan

sunting
 
Peta pola curah hujan di Indonesia berdasarkan rata-rata curah hujan tahunan periode 1981-2010

Berdasarkan pola curah hujan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika membagi wilayah Indonesia ke dalam tiga tipe pola curah hujan, yakni tipe ekuatorial, monsunal, dan lokal.[5]

  1. Tipe ekuatorial: tipe pola curah hujan yang cenderung memiliki curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan memiliki dua puncak musim penghujan dengan periode kering di antara kedua puncaknya. Dua puncak musim penghujan di wilayah ini biasanya berlangsung sekitar waktu ekuinoks, yaitu sekitar bulan Maret dan April serta bulan September dan Oktober. Tipe pola curah hujan ini biasanya berada di wilayah yang dekat dengan garis khatulistiwa. Tipe pola curah hujan ekuatorial ini berada di wilayah pesisir barat Pulau Sumatera dan sekitar Pegunungan Bukit Barisan, sebagian besar Kepulauan Riau, sebagian besar Kalimantan Barat, wilayah utara Kalimantan Tengah, seluruh Kalimantan Utara, wilayah barat dan utara Kalimantan Timur, sebagian besar Sulawesi Barat, wilayah utara Sulawesi Selatan, wilayah utara Sulawesi Tenggara, wilayah timur dan utara Sulawesi Tengah, sebagian kecil Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian besar Maluku Utara, wilayah utara Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua, kepulauan di Teluk Cenderawasih, wilayah utara provinsi Papua, sebagian besar wilayah Papua Tengah, sebagian besar wilayah Papua Pegunungan, dan wilayah utara Papua Selatan.
  2. Tipe monsunal: tipe pola curah hujan dengan dua musim yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan berlangsung antara bulan November hingga bulan April ketika angin monsun Asia (baratan) berhembus dan periode puncak penghujan terjadi antara bulan Desember hingga bulan Februari, sedangkan musim kemarau terjadi antara periode Mei hingga Oktober ketika angin monsun Australia (timuran) berlangsung dan periode puncak kemarau terjadi pada periode Juni hingga September. Tipe pola curah hujan monsunal ini berada di sebagian besar pesisir timur Pulau Sumatera, seluruh wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara, wilayah selatan Kalimantan Barat, sebagian besar Kalimantan Tengah, seluruh wilayah Kalimantan Selatan, wilayah tengah dan pesisir timur Kalimantan Timur, wilayah tengah dan selatan Sulawesi Selatan, wilayah selatan dan tenggara Sulawesi Tenggara, sebagian besar Gorontalo dan Sulawesi Utara, wilayah timur dan selatan Kepulauan Maluku, wilayah selatan Papua Pegunungan, serta sebagian besar wilayah Papua Selatan.
  3. Tipe lokal: tipe pola curah hujan yang tidal dapat dimasukkan ke dalam dua tipe sebelumnya. Tipe lokal ini memiliki dua subtipe, yaitu:
    • Tipe lokal 1: tipe pola curah hujan ini punya dua musim yang cukup jelas antara musim kemarau dan musim penghujan seperti tipe monsunal. Namun, musim pada tipe pola curah hujan berlangsung secara terbalik dibandingkan dengan tipe monsunal. Pada tipe ini, musim penghujan justru berlangsung antara bulan April hingga September ketika angin monsun Australia (timuran) berlangsung dan musim kemarau terjadi pada periode Oktober hingga Maret ketika angin monsun Asia (baratan) berlangsung. Tipe ini berada di sebagian besar wilayah tengah Kepulauan Maluku, wilayah barat, tengah, dan selatan Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua, serta sebagian besar wilayah Semenanjung Onin di Papua Barat.
    • Tipe lokal 2: tipe pola curah hujan ini hanya memiliki satu musim, yakni musim kemarau dengan curah hujan yang rendah sepanjang tahunnya. Tipe ini berada di wilayah tengah Sulawesi Tengah.
 
Peta Rata-Rata Curah Hujan periode 1991-2020 di Indonesia

Berdasarkan rata-rata tahunannya, BMKG membagi wilayah Indonesia ke dalam empat kategori, yakni:[6]

  1. Curah Hujan Rendah: wilayah yang masuk ke dalam kategori ini memiliki curah hujan tahunan antara 0 hingga 1500 mm per tahunnya.
  2. Curah Hujan Menengah: wilayah yang terdapat pada kategori ini mempunyai curah hujan tahunan antara 1500 hingga 3000 mm per tahunnya.
  3. Curah Hujan Tinggi: wilayah yang berada dalam kategori ini memiliki curah hujan tahunan antara 3000 hingga 4500 mm per tahunnya.
  4. Curah Hujan Sangat Tinggi: wilayah yang masuk dalam kategori ini mempunyai curah hujan tahunan lebih dari ≥4500 mm per tahunnya.

Wilayah yang termasuk ke dalam kategori curah hujan tahunan yang rendah meliputi sebagian besar Kepulauan Nusa Tenggara, sebagian besar pulau-pulau di wilayah selatan Kepulauan Maluku, wilayah tengah dan timur Sulawesi Tengah, sebagian kecil Gorontalo, wilayah barat daya Sulawesi Tenggara, sebagian besar Pulau Madura, sebagian besar wilayah pesisir utara dan tenggara Jawa Timur, wilayah pesisir timur laut Jawa Tengah, serta sebagian besar wilayah pesisir utara Jawa Barat dan Banten.[6]

Wilayah yang berada dalam kategori curah hujan tahunan menengah meliputi pesisir timur Pulau Sumatera, sebagian besar Kepulauan Riau, sebagian besar Kepulauan Bangka Belitung, wilayah tengah dan selatan Banten dan Jawa Barat, sebagian besar wilayah DI Yogyakarta, wilayah timur Jawa Tengah, wilayah tengah dan selatan Jawa Timur, sebagian besar wilayah Bali, wilayah selatan Kalimantan Barat, wilayah selatan dan timur Kalimantan Tengah, sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan, wilayah tengah dan pesisir timur Kalimantan Timur, sebagian kecil Pulau Lombok, sebagian kecil wilayah dataran tinggi di barat Pulau Flores, sebagian besar wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo, sebagian kecil Sulawesi Tengah, sebagian besar wilayah Sulawesi Barat, wilayah tengah dan pesisir timur Sulawesi Selatan, sebagian besar Sulawesi Tenggara, sebagian besar Maluku Utara dan Maluku, pesisir timur Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua, sebagian besar pulau-pulau di Teluk Cenderawasih, wilayah pesisir utara Provinsi Papua, serta sebagian besar wilayah Papua Selatan.[6]

Wilayah yang berada dalam kategori curah hujan tahunan yang tinggi mencakup wilayah kepulauan di barat Pulau Sumatera, pesisir barat Sumatera, wilayah di sekitar Pegunungan Bukit Barisan, wilayah tenggara Banten, wilayah barat daya dan selatan Jawa Barat, wilayah pegunungan tengah Jawa Tengah, sebagian besar Kalimantan Barat, wilayah utara Kalimantan Tengah, wilayah barat Kalimantan Timur, seluruh wilayah Kalimantan Utara, wilayah barat daya, utara, dan timur laut Sulawesi Selatan, sebagian besar Pulau Seram, wilayah barat dan tengah Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua, sebagian besar wilayah Semenanjung Onin di Papua Barat, wilayah tengah dan pesisir selatan Papua Tengah, sebagian besar wilayah Papua Pegunungan, serta wilayah utara Papua Selatan.[6]

Wilayah yang berada dalam kategori curah hujan tahunan yang sangat tinggi biasanya berada di wilayah dataran tinggi atau pegunungan di seluruh kepulauan Indonesia seperti dataran tinggi wilayah Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera, Pegunungan Bayah di perbatasan Banten dan Jawa Barat, Pegunungan Serayu UtaraDieng di Jawa Tengah, wilayah Pegunungan MullerSchwaner di wilayah tengah-utara di Pulau Kalimantan, Pegunungan Arfak di Semananjung Kepala Burung Pulau Papua, dan Pegunungan Jayawijaya yang membentang antara provinsi Papua Pegunungan hingga Papua Tengah.[6]

Angin umum

sunting

Pola angin umum[7] yang berinteraksi dengan kondisi topografi lokal menghasilkan variasi curah hujan yang signifikan di seluruh kepulauan Indonesia. Umumnya, wilayah barat dan utara Indonesia mengalami tingkat presipitasi yang tinggi, karena wilayah tersebut merupakan wilayah pertama yang mendapatkan curah hujan akibat angin muson barat. Hal ini dapat diketahui dari rerata curah hujan sebesar 2000 milimeter per tahun serta tingkat kelembapan yang lebih tinggi di wilayah Sumatra, bagian barat Jawa, Kalimantan, bagian utara Sulawesi, Maluku Utara, dan bagian utara Papua. Sementara itu, bagian timur Jawa, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, serta bagian selatan Papua mengalami tingkat presipitasi yang lebih rendah yakni dengan rerata curah hujan di bawah 1200 milimeter per tahun.[3]

Suhu udara

sunting

Meskipun perubahan suhu tidak terlalu signifikan antarmusim di Indonesia, ketinggian permukaan daratan tetap mempengaruhi perubahan suhu udara yakni penurunan 1,2 derajat celsius setiap kali naik 100 meter di atas permukaan laut.[8] Oleh karena perubahan suhu yang disebabkan oleh ketinggian muka daratan, wilayah Pegunungan Jayawijaya tertutupi oleh salju atau es. Namun, jumlah sebaran es yang menutupi pegunungan tersebut terus menyusut akibat pemanasan global.[9]

Grafik iklim kota-kota Indonesia

sunting

Sumatra

sunting

Oleh karena wilayahnya yang dilalui oleh garis khatulistiwa, pulau Sumatera memiliki curah hujan yang cenderung tinggi hampir sepanjang tahunnya, terutama di wilayah bagian tengah dan pesisir barat pulau ini. Dalam aspek klimatologis, wilayah pulau Sumatera memiliki dua pola curah hujan, yakni pola ekuatorial yang mempunyai curah hujan yang cenderung tinggi sepanjang tahunnya dengan dua puncak hujan yang biasa terjadi sekitar bulan Maret dan bulan Oktober dan pola monsunal yang memiliki perbedaan musim yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau dengan satu puncak musim penghujan (biasa terjadi antara bulan Desember-Februari) dan satu puncak musim kemarau (biasa terjadi antara bulan Juni-Agustus).[5][6]

Medan, Sumatera Utara
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
114
 
29
22
 
 
83
 
31
22
 
 
104
 
31
22
 
 
119
 
32
23
 
 
182
 
32
23
 
 
142
 
32
23
 
 
154
 
32
22
 
 
183
 
32
22
 
 
273
 
31
22
 
 
278
 
30
22
 
 
230
 
30
22
 
 
223
 
29
22
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][10]
Padang, Sumatera Barat
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
304
 
31
23
 
 
242
 
32
24
 
 
288
 
32
24
 
 
321
 
32
24
 
 
226
 
32
24
 
 
241
 
32
24
 
 
247
 
32
23
 
 
228
 
32
23
 
 
290
 
32
24
 
 
347
 
32
24
 
 
442
 
31
24
 
 
396
 
31
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][11]
Pekanbaru, Riau
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
192
 
30
23
 
 
130
 
31
23
 
 
229
 
31
23
 
 
245
 
31
23
 
 
181
 
32
23
 
 
143
 
32
22
 
 
129
 
31
22
 
 
142
 
32
22
 
 
193
 
32
23
 
 
234
 
31
23
 
 
278
 
31
23
 
 
261
 
30
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][12]
Palembang, Sumatera Selatan
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
254
 
31
23
 
 
246
 
31
23
 
 
343
 
32
23
 
 
304
 
32
23
 
 
163
 
32
24
 
 
129
 
32
23
 
 
98
 
32
22
 
 
69
 
32
22
 
 
96
 
33
23
 
 
190
 
33
23
 
 
299
 
32
23
 
 
331
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][13]
Bandar Lampung, Lampung
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
325
 
30
23
 
 
264
 
31
23
 
 
252
 
32
23
 
 
187
 
32
24
 
 
159
 
32
24
 
 
107
 
31
23
 
 
108
 
31
23
 
 
77
 
31
23
 
 
72
 
32
23
 
 
102
 
33
23
 
 
146
 
33
23
 
 
254
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][14]

Seluruh wilayah Pulau Jawa termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering, karena pola curah hujan di hampir seluruh wilayah Pulau Jawa adalah tipe pola monsunal yang memiliki perbedaan musim yang kontras antara musim penghujan dan musim kemarau. Periode musim penghujan di wilayah pulau Jawa berlangsung antara bulan November hingga April dengan puncak penghujannya terjadi antara bulan Desember hingga Februari. Sementara itu, periode musim kemarau di pulau Jawa terjadi di pertengahan tahun antara bulan Mei hingga Oktober dengan puncak kemarau terjadi antara bulan Juli hingga September. Secara rata-rata curah hujan tahunan, wilayah barat daya dan pegunungan tengah-selatan pulau Jawa memiliki curah hujan yang lebih tinggi (2500-4000 mm/tahun) dibandingkan wilayah lainnya seperti pantai utara dan wilayah timur pulau ini (1000-2500 mm/tahun).[6][5]

Jakarta
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
339
 
29
23
 
 
372
 
30
23
 
 
207
 
30
23
 
 
173
 
31
24
 
 
119
 
32
24
 
 
86
 
31
23
 
 
73
 
31
23
 
 
50
 
32
23
 
 
61
 
32
23
 
 
114
 
32
23
 
 
154
 
32
23
 
 
196
 
30
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][15]
Bandung, Jawa Barat
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
186
 
27
20
 
 
193
 
27
19
 
 
264
 
28
19
 
 
220
 
28
19
 
 
135
 
28
19
 
 
66
 
28
18
 
 
46
 
28
17
 
 
31
 
29
17
 
 
61
 
29
17
 
 
129
 
29
18
 
 
252
 
28
19
 
 
236
 
28
19
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][16]
Semarang, Jawa Tengah
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
401
 
29
24
 
 
362
 
29
24
 
 
291
 
30
24
 
 
232
 
31
25
 
 
142
 
32
25
 
 
94
 
32
24
 
 
44
 
32
23
 
 
35
 
32
23
 
 
76
 
32
24
 
 
154
 
32
25
 
 
268
 
31
25
 
 
315
 
30
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][17]
Surabaya, Jawa Timur
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
339
 
34
25
 
 
313
 
34
25
 
 
306
 
34
25
 
 
195
 
34
26
 
 
104
 
35
25
 
 
56
 
34
23
 
 
24
 
33
22
 
 
5
 
34
22
 
 
10
 
34
23
 
 
49
 
35
24
 
 
133
 
35
26
 
 
285
 
34
26
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][18]

Kalimantan

sunting

Seperti pulau Sumatera, wilayah Pulau Kalimantan juga dilalui oleh garis khatulistiwa. Hal ini menyebabkan pulau Kalimantan memiliki dua pola curah hujan, yakni pola ekuatorial dan pola monsunal. Curah hujan pola ekuatorial terjadi di wilayah Kalimantan yang dekat dengan garis khatulistiwa seperti sebagian besar wilayah Kalimantan Barat, wilayah utara Kalimantan Tengah, wilayah barat laut Kalimantan Timur, dan seluruh wilayah Kalimantan Utara. Pola ekuatorial ini dicirikan dengan dua periode puncak penghujan dan rata-rata curah hujan tahunan yang tinggi, yakni antara 2500 hingga 4500 mm/tahun. Sementara itu, pola curah hujan monsunal terjadi di wilayah Kalimantan lainnya seperti wilayah selatan Kalimantan Barat, sebagian besar Kalimantan Tengah, seluruh wilayah Kalimantan Selatan, dan wilayah tengah dan pesisir timur Kalimantan Timur. Pola monsunal ini umumnya memiliki satu puncak penghujan dan satu puncak kemarau dan memiliki rata-rata curah hujan tahunan lebih rendah daripada pola ekuatorial, yakni berkisar antara 1500 hingga 2500 mm/tahun.[5][6]

Pontianak, Kalimantan Barat
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
281
 
31
23
 
 
200
 
32
24
 
 
214
 
32
24
 
 
264
 
32
24
 
 
281
 
32
24
 
 
222
 
32
24
 
 
198
 
32
23
 
 
180
 
32
24
 
 
217
 
33
24
 
 
317
 
32
24
 
 
350
 
31
24
 
 
316
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][19]
Palangkaraya, Kalimantan Tengah
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
337
 
29
22
 
 
304
 
30
23
 
 
341
 
30
23
 
 
331
 
31
23
 
 
257
 
31
23
 
 
197
 
31
22
 
 
131
 
31
22
 
 
107
 
32
23
 
 
133
 
32
23
 
 
214
 
32
23
 
 
328
 
31
23
 
 
338
 
30
22
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][20]
Banjarmasin, Kalimantan Selatan
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
365
 
29
22
 
 
297
 
30
23
 
 
298
 
31
24
 
 
240
 
32
24
 
 
145
 
31
23
 
 
135
 
31
22
 
 
91
 
32
22
 
 
61
 
32
22
 
 
69
 
34
23
 
 
157
 
34
24
 
 
263
 
32
24
 
 
358
 
30
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][21]
Samarinda, Kalimantan Timur
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
216
 
30
23
 
 
183
 
32
24
 
 
213
 
33
24
 
 
215
 
33
24
 
 
207
 
32
24
 
 
187
 
31
24
 
 
135
 
31
23
 
 
111
 
31
23
 
 
116
 
32
24
 
 
169
 
33
24
 
 
206
 
32
24
 
 
224
 
31
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][22]
Tarakan, Kalimantan Utara
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
284
 
30
23
 
 
217
 
30
23
 
 
311
 
30
23
 
 
310
 
30
23
 
 
332
 
31
23
 
 
292
 
30
23
 
 
273
 
31
23
 
 
253
 
31
23
 
 
265
 
31
24
 
 
309
 
31
24
 
 
352
 
31
24
 
 
319
 
30
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: [6][23]

Bali & Nusa Tenggara

sunting

Seperti wilayah Pulau Jawa, seluruh wilayah Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara beriklim tropis basah dan kering. Hal itu disebabkan oleh pola curah hujan di wilayah ini yang bertipe monsunal dengan perbedaan musim yang nyata antara musim penghujan dengan musim kemarau. Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, musim penghujan berlangsung pada periode bulan November hingga April dengan puncak penghujan antara bulan Desember hingga Februari dan musim kemarau terjadi antara bulan Mei hingga Oktober dengan puncak kemarau antara bulan Juli hingga September. Berdasarkan angka rata-rata curah hujan tahunannya, wilayah Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara cenderung lebih kering dibandingkan wilayah lain di Indonesia, yakni dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 1000-3000 mm/tahun.[6][5]

Denpasar, Bali
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
390
 
33
24
 
 
313
 
33
24
 
 
214
 
34
24
 
 
135
 
34
25
 
 
72
 
33
24
 
 
48
 
31
24
 
 
33
 
30
23
 
 
14
 
30
23
 
 
37
 
31
23
 
 
84
 
34
24
 
 
188
 
33
24
 
 
308
 
33
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][24]
Mataram, Nusa Tenggara Barat
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
234
 
31
23
 
 
232
 
31
23
 
 
184
 
31
23
 
 
160
 
31
22
 
 
102
 
31
22
 
 
52
 
30
21
 
 
34
 
30
20
 
 
11
 
30
20
 
 
50
 
30
21
 
 
128
 
31
22
 
 
237
 
32
23
 
 
230
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][25]
Kupang, Nusa Tenggara Timur
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
379
 
31
23
 
 
384
 
32
23
 
 
274
 
32
22
 
 
89
 
31
22
 
 
34
 
31
21
 
 
13
 
30
20
 
 
5
 
30
19
 
 
4
 
30
20
 
 
6
 
31
21
 
 
21
 
32
23
 
 
87
 
33
23
 
 
293
 
32
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][26]

Sulawesi

sunting

Tidak seperti pulau lainnya di wilayah barat Indonesia, Pulau Sulawesi mempunyai tiga pola curah hujan, yakni pola ekuatorial, pola monsunal, dan pola lokal. Pola lokal merupakan tipe pola curah hujan yang tidak dapat dimasukkan ke dalam kategori pola hujan monsunal atau ekuatorial, karena pola lokal ini memiliki keunikannya sendiri. Pola lokal ini dibedakan ke dalam dua jenis yaitu pola lokal dengan dua musim dan pola lokal dengan satu musim. Pola lokal dengan dua musim memiliki prinsip pola curah hujan yang mirip dengan tipe monsunal, tetapi hal yang membedakan adalah periode dari tiap-tiap musim. Dalam pola monsunal, musim penghujan terjadi pada periode November-April dan musim kemarau berlangsung pada periode Mei-Oktober. Sementara itu, perbedaan musim pada pola lokal dengan dua musim terjadi sebaliknya, yaitu musim penghujan terjadi di periode Mei-Oktober dan musim kemarau berlangsung di periode November-April. Di sisi lain, pola lokal dengan satu musim biasanya hanya memiliki satu musim tanpa ada puncak musim yang jelas, yakni musim kemarau sepanjang tahun atau musim penghujan sepanjang tahun.[5][27]

Makassar, Sulawesi Selatan
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
694
 
31
23
 
 
554
 
31
23
 
 
370
 
31
23
 
 
213
 
32
23
 
 
86
 
33
23
 
 
60
 
33
22
 
 
35
 
33
21
 
 
10
 
34
20
 
 
24
 
35
21
 
 
73
 
35
22
 
 
226
 
34
23
 
 
649
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][28][29]
Palu, Sulawesi Tengah
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
90
 
30
23
 
 
74
 
31
23
 
 
86
 
31
23
 
 
83
 
31
23
 
 
96
 
31
24
 
 
103
 
30
23
 
 
98
 
29
22
 
 
73
 
31
23
 
 
73
 
31
23
 
 
82
 
32
23
 
 
74
 
31
23
 
 
82
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][30]
Manado, Sulawesi Utara
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
364
 
30
24
 
 
296
 
30
24
 
 
242
 
31
24
 
 
208
 
31
25
 
 
196
 
31
25
 
 
193
 
31
25
 
 
140
 
32
25
 
 
94
 
32
25
 
 
102
 
32
25
 
 
165
 
31
24
 
 
246
 
31
24
 
 
298
 
30
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][31]
Kendari, Sulawesi Tenggara
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
208
 
33
24
 
 
213
 
33
24
 
 
239
 
33
25
 
 
212
 
32
25
 
 
223
 
32
24
 
 
233
 
31
23
 
 
171
 
29
23
 
 
71
 
30
23
 
 
48
 
32
24
 
 
59
 
33
25
 
 
110
 
34
25
 
 
201
 
32
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][32][33]

Kepulauan Maluku

sunting

Seperti wilayah Sulawesi, Kepulauan Maluku juga memiliki tiga pola curah hujan. Di utara yang dilalui garis khatulistiwa, pola curah hujannya adalah tipe pola ekuatorial. Sementara itu, wilayah tengah kepulauan ini memiliki pola curah hujan tipe lokal dengan dua musim yang berbeda dan wilayah selatan memiliki pola curah hujan monsunal seperti wilayah lain di selatan Indonesia.[5]

Ambon, Maluku
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
141
 
32
24
 
 
111
 
31
24
 
 
159
 
31
24
 
 
222
 
30
24
 
 
453
 
29
23
 
 
548
 
28
23
 
 
520
 
27
23
 
 
290
 
28
23
 
 
194
 
29
23
 
 
141
 
30
24
 
 
96
 
31
24
 
 
132
 
32
24
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][34]
Ternate, Maluku Utara
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
193
 
30
22
 
 
170
 
31
22
 
 
186
 
30
22
 
 
211
 
31
23
 
 
231
 
31
23
 
 
196
 
31
23
 
 
144
 
30
22
 
 
96
 
31
23
 
 
93
 
31
23
 
 
145
 
30
22
 
 
188
 
31
22
 
 
232
 
29
22
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][35]

Pulau Papua dari segi pola curah hujannya terbagi ke dalam tiga tipe, yakni pola ekuatorial, lokal, dan monsunal. Pola curah hujan ekuatorial di wilayah Papua tersebar di sebagian besar pulau ini yang meliputi sisi utara Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua, kepulauan di Teluk Cenderawasih, wilayah utara provinsi Papua, sebagian besar wilayah Papua Tengah, sebagian besar wilayah Papua Pegunungan, dan wilayah utara Papua Selatan. Pola curah hujan monsunal terletak di wilayah tengah dan selatan Papua Pegunungan dan sebagian besar wilayah Papua Selatan. Sementara itu, pola curah hujan lokal biasa terjadi di wilayah barat, tengah, dan selatan Semenanjung Kepala Burung Pulau Papua dan sebagian besar wilayah Semenanjung Onin.[5]

Sorong, Papua Barat
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
198
 
31
24
 
 
178
 
32
25
 
 
236
 
32
26
 
 
241
 
32
26
 
 
279
 
31
25
 
 
348
 
30
24
 
 
378
 
29
24
 
 
249
 
30
23
 
 
269
 
30
24
 
 
222
 
31
24
 
 
213
 
32
25
 
 
212
 
31
25
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][36]
Jayapura, Papua Barat
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
258
 
31
23
 
 
310
 
31
23
 
 
263
 
31
23
 
 
262
 
31
23
 
 
197
 
32
23
 
 
198
 
31
22
 
 
199
 
30
22
 
 
161
 
31
21
 
 
179
 
31
22
 
 
193
 
32
23
 
 
245
 
32
23
 
 
258
 
31
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][37]
Merauke, Indonesia
Tabel iklim (penjelasan)
JFMAMJJASOND
 
 
294
 
31
23
 
 
256
 
31
23
 
 
271
 
31
23
 
 
236
 
32
24
 
 
169
 
31
22
 
 
114
 
30
21
 
 
99
 
29
20
 
 
97
 
30
21
 
 
79
 
31
22
 
 
117
 
31
23
 
 
192
 
32
22
 
 
259
 
32
23
Suhu rata-rata maks. dan min. dalam °C
Total presipitasi dalam mm
Sumber: BMKG[6][38]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Iklim muson tropis tersebar di beberapa wilayah seperti pantai utara Jawa bagian barat hingga tengah dan pantai selatan Jawa bagian tengah hingga timur, pesisir selatan, tenggara, dan timur Sulawesi, pesisir barat daya dan wilayah tengah Bali, dan bagian barat Flores. Sementara itu, iklim sabana tropis berada pada beberapa wilayah, terutama di wilayah selatan dan tenggara Indonesia, seperti pesisir timur laut dan tenggara Jawa Tengah, sebagian besar pesisir utara dan wilayah tengah Jawa Timur, Madura, pesisir selatan dan tenggara Papua, pesisir utara dan tenggara Bali, seluruh wilayah Lombok dan Sumbawa, hampir seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur, dan sebagian besar pulau-pulau di selatan Maluku.

Referensi

sunting
  1. ^ Waktu terbit dan terbenam Matahari di Pulau Ndana
  2. ^ Waktu terbit dan terbenam Matahari di Pulau Rondo
  3. ^ a b c "Indonesia". Weatheronline. Diakses tanggal 2009-09-06. 
  4. ^ "Climate: Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 1 March 2016. 
  5. ^ a b c d e f g h "Buku Saku Klimatologi – Iklim dan Cuaca" (PDF). BMKG. hlm. 26–30. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai "Peta Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. 4 Januari 2022. 
  7. ^ "Kamus Istilah Klimatologi" (PDF). Diakses tanggal 26 Oktober 2019. 
  8. ^ https://treelinebackpacker.com/2013/05/06/calculate-temperature-change-with-elevation/
  9. ^ https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190103153719-274-358238/video-salju-abadi-jayawijaya-yang-semakin-tipis
  10. ^ "Stasiun Cuaca Polonia". 
  11. ^ "Tabel iklim Kota Padang". 
  12. ^ "Iklim Kota Pekanbaru". 
  13. ^ "Iklim Kota Palembang". 
  14. ^ "Kota Bandar Lampung". 
  15. ^ "Data Iklim DKI Jakarta". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2021. Diakses tanggal 26 Mei 2020. 
  16. ^ "Iklim Kota Bandung". 
  17. ^ "Data iklim Kota Semarang". 
  18. ^ "Iklim Kota Surabaya". 
  19. ^ "Tabel iklim Kota Pontianak". 
  20. ^ "Data iklim Kota Palangkaraya". 
  21. ^ "Info iklim Kota Banjarmasin". 
  22. ^ "Data iklim Kota Samarinda". 
  23. ^ "Tabel iklim Kota Tarakan". 
  24. ^ "Iklim Kota Denpasar". 
  25. ^ "Normal Suhu Udara". 
  26. ^ "Tabel iklim Kota Kupang" (PDF). 
  27. ^ "Update Prediksi Musim Kemarau 2024 di Indonesia" (PDF). BMKG. Juni 2024. Diakses tanggal 5 Agustus 2024. 
  28. ^ "Climate Data of Makassar, South Sulawesi". 
  29. ^ "Makassar Climate". 
  30. ^ "Informasi iklim Kota Palu". 
  31. ^ "Data iklim Kota Manado". 
  32. ^ "Climate of Kendari, Southeast Sulawesi". 
  33. ^ "Kendari Climate". 
  34. ^ "Data iklim Kota Ambon". 
  35. ^ "Tabel iklim Kota Ternate". 
  36. ^ "Data iklim Kota Sorong". 
  37. ^ "Informasi iklim Kota Jayapura". 
  38. ^ "Tabel Iklim Merauke" (PDF).