Indo Komoditi Korpora

perusahaan asal Indonesia

PT Indo Komoditi Korpora Tbk adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: INCF) yang bergerak sebagai perusahaan investasi, terutama di anak usahanya, PT Sampit International yang bergerak di bidang produksi dan perdagangan karet. Berkantor pusat di Centennial Center, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Selatan,[1] perusahaan ini telah beberapa kali mengganti nama dan bidang usaha yang digelutinya.

PT Indo Komoditi Korpora Tbk
Publik
Kode emitenIDX: INCF
IndustriInvestasi
Didirikan23 Februari 1982
Kantor pusatJakarta, Indonesia
ProdukKaret
Situs webindokomoditikorpora.com

Manajemen

sunting
  • Presiden Komisaris: Donny Janson Manua
  • Komisaris Independen: Arie Rinaldi
  • Presiden Direktur: Sujaka Lays
  • Direktur Independen: Alycius Hendry[2]

Pemegang saham

sunting

Saham perusahaan milik Indo Komoditi Korpora terbagi menjadi tiga kepemilikan, yaitu milik perusahaan Alam Tulus Abadi (Sujaka Lays), Harto dan Publik. Alam Tulus Abadi memiliki saham sebesar 40%. Harto memiliki saham sebesar 15,6%. Sedangkan Publik memiliki saham sebesar 44,4%.[3]

Anak perusahaan

sunting

PT Sampit International

sunting

PT Sampit International didirikan pada 25 Januari 1955 dengan wilayah domisili di Jl. Ketapang Hilir, Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. PT Sampit bergerak di bidang perdagangan dan perindustrian karet, dalam hal ini crumb rubber TSR SIR-20 dan Dry Jelutung. Crumb rubber merupakan karet siap olah yang dipergunakan untuk membuat ban, sedangkan jelutung dapat digunakan untuk membuat ban, selang mesin, isolator, dan lain-lain. PT Sampit memiliki pabrik karet dengan luas tanah kurang lebih 7 hektar yang berlokasi di Kota Sampit, dengan produksi 20.000 ton/tahun.[1]

Sejarah

sunting

Indocitra Finance

sunting

Indo Komoditi Korpora awalnya merupakan sebuah perusahaan pembiayaan, didirikan pada 23 Februari 1982 dengan nama PT Indo Ayala Leasing Corporation.[1] Indo Ayala merupakan perusahaan patungan antara Ayala International Finance, Hong Kong (anak usaha konglomerasi Filipina Ayala Corporation) dan PT Indo Sanggar Pacific (milik Grup Gunung Sewu, Dasuki Angkosubroto).[4][5] Awalnya, perusahaan ini sempat ingin diberi nama PT Indo Sanggar Pacific Leasing Corporation.[6] Ayala dan PT Indo Sanggar sendiri memiliki saham 50-50% dengan modal awal Rp 1,5 miliar, dan kantor pusatnya saat itu ada di Wisma Antara, Jakarta.[7] Pada 2 September 1986[8] nama perusahaan diubah lagi menjadi PT Indocitra Leasing Corporation dan kemudian menjadi PT Indocitra Finance pada 27 September 1989.[9] Perubahan nama ini seiring akuisisi yang dilakukan oleh Annie Arifin (anak Bustanil Arifin) dengan menggunakan PT Citra Sari Makmur,[10] yang diduga pada awal 2000-an menggunakan dana Koperasi Pegawai dan Pensiunan Logistik (KOPEL) Bulog.[11][12] Belakangan, dua koperasi yaitu Koperasi Bulog dan Koperasi Karyawan Bukopin juga memiliki saham di perusahaan ini.[13]

Tidak lama setelah berganti nama, Indocitra Finance melepas sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada 18 Desember 1989[14] dengan harga penawaran Rp 8.000/lembar saham.[15] Kode emitennya adalah INCF yang berasal dari singkatan namanya saat itu, dan masih dipergunakan sampai saat ini. Dengan slogan "Citra Usaha Pembiayaan",[16] bisnis yang dijalankan oleh Indocitra Finance sendiri terdiri dari sewa guna usaha (leasing), modal ventura, pembiayaan, kartu kredit dan jasa-jasa lainnya yang berkaitan, khususnya yang berskala besar dan menengah.[14][17] Indocitra juga mempelopori jasa leverage leasing facility di Indonesia.[14] Selain itu, Indocitra Finance juga sempat memiliki anak usaha di bidang sekuritas, yaitu PT Indocitra Securities yang dilepas ke PT Citra Sari Investama pada 4 Mei 1993.[8] Indocitra merupakan salah satu perusahaan pembiayaan papan atas pada awal 1990-an, dengan memiliki aset Rp 137 miliar dan keuntungan Rp 3 miliar.[18][19] Memasuki tahun 1997, pendapatan perusahaan antara lain didapat dari jasa piutang senilai Rp 20,5 miliar dan leasing senilai Rp 2,6 miliar.[20]

Indocitra sendiri sempat terdampak dengan adanya krisis moneter tahun 1997-1998 di Indonesia. Akibat krisis tersebut, pada tahun 1999, kondisi keuangannya merugi Rp 652 juta dan tahun 2000 menjadi Rp 455 juta, dan pendapatannya menurun pada periode yang sama menjadi Rp 5,3 miliar ke Rp 4,1 miliar. Tidak hanya itu, Indocitra juga terjerat hutang Rp 36 miliar dengan Rp 13 miliarnya berada di BPPN. Kondisi keuangan yang buruk ini diperparah dengan bank yang dahulu rajin memberi modal ke Indocitra, harus masuk ke perawatan BPPN maupun dilikuidasi sehingga akhirnya perusahaan ini sulit mengembangkan bisnisnya. Guna menyelesaikan masalah tersebut, PT Indocitra Finance pun mengeksplorasi berbagai peluang, seperti melepas bisnis pembiayaannya dan menjadi perusahaan investasi, rencana rights issue, restrukturisasi kredit, dan lainnya.[21][22] Perusahaan saat itu dimiliki oleh PT Citra Sari Abadi (83,89%), Koperasi Bukopin 3,16% dan sisanya saham publik.[23] Nyatanya, meskipun kemudian tidak lagi menjadi perusahaan pembiayaan papan atas, Indocitra Finance tetap bertahan dalam bisnis awalnya, dan PT Citra Sari Abadi tetap bertahan sebagai pemegang saham mayoritas, meskipun kali ini tidak lagi mutlak.[24]

Dalam perkembangannya, kondisi keuangan Indocitra memasuki akhir 2000-an sendiri memburuk. Tercatat, perusahaan ini sempat terlambat melaporkan laporan keuangannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI),[25] dan sahamnya stagnan di harga Rp 500 sejak 12 Agustus 2008.[26] Rugi di tahun 2009 mencapai Rp 779 juta, dan tahun selanjutnya melonjak drastis menjadi Rp 35,4 miliar, walaupun pendapatan juga naik dari Rp 374,9 juta menjadi Rp 7 miliar.[27] Pemegang saham utamanya, PT Citra Sari Abadi, kemudian melepas seluruh sahamnya kepada PT Inkapita Partners di 20 September 2010, dan kemudian masuk juga Mador Investments Ltd sebagai pemegang 30% sahamnya.[26][28] Akhirnya, pada 30 Desember 2010, Bapepam-LK mencabut izin usaha Indocitra Finance di bidang pembiayaan,[29] sehingga perdagangan sahamnya sempat disuspensi oleh BEI pada 20 Januari 2011.[30]

Amstelco Indonesia

sunting

Ketika Indocitra sedang mengalami masalah, muncullah nama Amco plc, sebuah perusahaan yang berbasis di Jersey, Britania Raya. Pada Oktober 2010, diumumkan bahwa Indocitra akan melakukan rights issue sebesar Rp 3,6 triliun, untuk akuisisi PT Amstelco Energy Resources dan Amstelco plc sebanyak 99,65% yang keduanya adalah anak usaha Amco plc.[31] Untuk memuluskan rencana ini, bidang usaha Indocitra diubah dari pembiayaan menjadi perdagangan, keagenan, perwakilan, kontraktor, jasa, angkutan, percetakan, pertanian, pertambangan, real estate, dan industri.[32] Nama perusahaan juga sejak 22 Oktober 2010 berganti dari PT Indocitra Finance Tbk menjadi PT Amstelco Indonesia Tbk.[33] Fokus utama dari Amstelco adalah bisnis pertambangan dan migas. Selain akuisisi tersebut, Amco plc (dimiliki oleh Christopher Peter dan Richard Anthony) akan menjadi pengendali saham Amstelco Indonesia Tbk sebesar 94,1%. Maka, bisa dikatakan, Amstelco telah masuk ke bursa dengan metode backdoor listing.[26]

Meskipun demikian, proses tersebut tidak berjalan dengan mulus. Sejak 20 Januari 2011, saham Amstelco di BEI disuspensi, terakhir pada harga Rp 3.150/lembar. Suspensi tersebut membuat rencana rights issue yang direncanakan menjadi macet, dengan sempat ditunda pada 2012 dan 2013.[34] Hal ini diduga karena perizinan usaha baru Amstelco belum selesai. Kepemilikan saham pun tetap dikuasai pemilik lama (bukan Amco plc seperti rencana sebelumnya), meliputi PT Inkapita Partners (38%), Presidio Capital Holdings Limited (23%), Bliss Century Investments (22%), dan sisanya masyarakat/publik. Bliss sendiri masuk salah satunya dengan konversi hutang menjadi saham.[35][36] Amstelco sendiri tidak membuat rencana yang berarti, selain terus menyatakan rencana rights issue mereka yang tertunda, sehingga membuat BEI kurang puas.[37] Akibatnya, Amstelco sendiri terus merugi, tanpa bisnis atau anak usaha yang jelas.[38] Rapat Umum Pemegang sahamnya pun sempat dibatalkan karena tidak kuorum.[39] Akhirnya, setelah dua tahun disuspensi, sesuai peraturan, PT Amstelco Indonesia resmi dihapuskan sahamnya (delisting) dari BEI pada 19 Februari 2013. Beberapa bulan kemudian, pada 17 Desember 2013, pemegang saham lama yaitu Presidio Capital Holdings Ltd dan PT Inkapita Partners menjual sahamnya kepada masing-masing Tapildo Investments Ltd dan Asia Net Life Pte. Ltd.[40]

MOM Investama dan Indo Komoditi Korpora

sunting

Pada 22 Agustus 2014, PT Amstelco Indonesia akhirnya baru dapat memiliki anak usaha, yaitu dengan mengonversi hutang menjadi saham di PT Sampit International, sebuah perusahaan karet di Sampit, Kalimantan Tengah. Tidak lama setelah itu, pada 12 September 2014, nama perusahaan berganti menjadi PT MOM Investama Tbk, meskipun masih dimiliki oleh pemegang saham lama.[41] Nama MOM Investama sendiri tidak bertahan lama, karena pada 10 Juni 2015, nama MOM Investama diganti menjadi PT Indo Komoditi Korpora Tbk, sampai saat ini. Bisnisnya pun tetap sama, dalam bidang perdagangan karet dengan anak usahanya.[42]

Pada 27 September 2016, BEI secara resmi kembali mencatatkan saham (relisting) Indo Komoditi Korpora di bursa saham,[43] dengan harga saham Rp 123.[44] Keuangan INCF pun membaik, dengan keuntungannya naik dari Rp 1,34 miliar ke Rp 3,63 miliar dari September 2015-2016.[45] Bahkan, sempat dikabarkan perusahaan ini akan terjun ke bisnis kelapa sawit,[46] dan kemudian merencanakan rights issue Rp 400 miliar untuk kebun sawitnya tersebut.[47] Pada tahun 2019, INCF telah menargetkan pendapatan Rp 750 miliar,[48] dan pada Januari-September 2021 mencatatkan pendapatan Rp 288 miliar.[49] Beberapa sumber pendapatan itu diklaim berasal dari perusahaan asing, seperti Michelin dan Hankook Tire.[50] Meskipun demikian, sahamnya sendiri cenderung tidak stabil, dengan sering naik-turun sehingga sempat diawasi BEI maupun pernah disuspensi.[51][52][53]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c LapTahunan INCF 2020
  2. ^ Website - Susunan Pengurus
  3. ^ Company Profile
  4. ^ ASEAN Financial Co-Operation: Developments in Banking, Finance and Insurance
  5. ^ Indonesian Financial Profile: A Profile of Indonesian Financial Services Featuring Banks, Insurance, and Financial Institutions in Indonesia
  6. ^ Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia
  7. ^ SAINGAN BARU BANK DAN LK
  8. ^ a b Moody's International Manual
  9. ^ Informasi, Volume 11,Masalah 119-123
  10. ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 2,Masalah 14-26
  11. ^ Gamma, Volume 2,Masalah 16-22
  12. ^ Sejarah Korupsi Yayasan Soeharto Jilid III
  13. ^ Koperasi, kewirausahaan, dan usaha kecil
  14. ^ a b c Emiten pasar modal Indonesia
  15. ^ Sejarah dan Profil Singkat INCF (Indo Komoditi Korpora Tbk)
  16. ^ Rupiah di tengah rentang sejarah: 45 tahun uang Republik Indonesia, 1946-1991
  17. ^ Corporate Handbook, Indonesia: The Definitive Guide to Listed Companies, Volume 2
  18. ^ Winarto & Wang's Indonesia Stock Market Handbook
  19. ^ Warta ekonomi: majalah berita ekonomi & bisnis, Volume 1,Masalah 9-17
  20. ^ METODE PENELITIAN
  21. ^ Bila Utang Beres, Indocitra Berencana Right Issue
  22. ^ Kapital, Volume 3,Masalah 9-16
  23. ^ JP/Indocitra Finance to change its core business focus
  24. ^ Indocitra Finance (INCF)
  25. ^ BEI Peringatkan Dua Emiten
  26. ^ a b c Mencermati Skema Backdoor Listing Amstelco di INCF
  27. ^ Indocitra Finance cetak rugi Rp 35,432 M
  28. ^ BEI Evaluasi Right Issue PT Indocitra Finance
  29. ^ Bapepam-LK cabut izin usaha Indocitra Finance
  30. ^ IDX suspends Indocitra Finance
  31. ^ US Dollar rebound tekan harga komoditas, Dow Jones kembali melemah.
  32. ^ Izin Multifinance Dicabut, Indocitra Ubah Usaha dan Ganti Nama
  33. ^ PT AMSTELCO INDONESIA TBK
  34. ^ Amstelco Tunda Right Issue Tahun Depan
  35. ^ Konversi Utang ke Bliss, Amstelco Terbitkan Saham Baru
  36. ^ AMSTELCO Rencanakan Rights Issue 2013
  37. ^ Amstelco membidik rights issue US$ 500 juta
  38. ^ AMSTELCO Q2 2012
  39. ^ Tak Kuorum, RUPS Amstelco Dibatalkan
  40. ^ Laptahunan Amstelco, 2013
  41. ^ PT MOM INVESTAMA TBK LAPORAN TAHUNAN
  42. ^ PT INDO KOMODITI KORPORA TBK (d/h PT MOM INVESTAMA TBK)
  43. ^ BEI Relisting Saham INCF
  44. ^ Relisting, Saham Indo Komoditi Korpora Langsung Naik Hampir 1%
  45. ^ KINERJA EMITEN: Laba Bersih INCF Naik 170,89%
  46. ^ Indo Komoditi Jajaki Akuisisi Kebun Sawit
  47. ^ INCF akan rights issue Rp 400 miliar
  48. ^ Pacu Produksi, Indo Komoditi Bidik Pendapatan Rp 750 Miliar
  49. ^ Naik 9,8 Persen, Pendapatan Indo Komoditi (INCF) Tembus Rp288 Miliar
  50. ^ Indo Komoditi Korpora (INCF) mendapatkan dua klien baru di tahun ini
  51. ^ Naik Tak Wajar, BEI Awasi Pergerakan Indo Komoditi Korpora
  52. ^ 'Longsor' Sebulan, Saham Emiten Karet Ini 'Ngamuk' 35%!
  53. ^ BEI Buka Suspensi Saham Indo Komoditi Korpora Lagi

Pranala luar

sunting