Intervensi inokulasi

Pengguna ini adalah peserta Tantangan menulis Social Media 4 Peace


Teori inokulasi menggunakan ide vaksinasi untuk menjelaskan bagaimana orang dapat dilindungi dari bujukan misinformasi. Teori ini menyatakan bahwa memaparkan orang pada bentuk argumen persuasif yang lebih lemah dapat membantu mereka mengembangkan argumen balasan dan menolak untuk terpengaruh oleh argumen serupa yang lebih kuat di masa depan.[1][2] Dapat disimpulkan bahwa intervensi inokulasi mengacu pada membangun persiapan defensif melawan upaya persuasi di masa depan dengan memberikan informasi tentang taktik (pre-bunking) dan peringatan dini tentang ancaman (misalnya, upaya persuasi atau paparan misinformasi), mirip dengan mekanisme vaksinasi medis.[3]

Menggunakan Teori Inokulasi untuk Melawan Misinformasi

sunting

Intervensi inokulasi telah berhasil dalam mengurangi kerentanan orang terhadap misinformasi di berbagai bidang seperti kesehatan,[4] politik,[5] dan lingkungan.[6] Perlindungan yang diberikan oleh inokulasi tampaknya memiliki efek yang berlangsung lebih dari sebulan.[5]

Inokulasi terhadap Perubahan Iklim

sunting

Salah satu kemajuan besar dari teori inokulasi adalah penerapannya pada misinformasi tentang perubahan iklim.[6] Meskipun 97% ilmuwan iklim setuju bahwa manusia menyebabkan perubahan iklim, misinformasi dan kampanye menyesatkan telah membingungkan publik tentang konsensus ilmiah ini. Contoh nyata adalah "Petisi Oregon" yang palsu, yang secara keliru mengklaim 31.000 "ilmuwan" menyangkal perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Petisi ini, yang penuh dengan tanda tangan palsu, menjadi viral di media sosial pada tahun 2016.[6][7][8]

Dalam studi mereka, van der Linden dkk. (2017) ingin mengetahui apakah orang dapat "diinokulasi" terhadap misinformasi tertentu. Mereka membagi peserta menjadi lima kelompok. Beberapa kelompok hanya melihat informasi faktual tentang perubahan iklim, yang lain hanya melihat misinformasi (petisi palsu), dan beberapa melihat kombinasi keduanya. Mereka juga menguji efek dari pesan peringatan singkat dan pesan yang lebih rinci yang menjelaskan mengapa petisi itu palsu. Hasil studi menunjukkan bahwa meskipun misinformasi membuat orang cenderung tidak percaya pada konsensus ilmiah tentang perubahan iklim, intervensi inokulasi yang singkat dan rinci dapat membantu untuk melindungi dan bahkan memperkuat keyakinan orang pada konsensus tersebut, terlepas dari pendapat mereka sebelumnya tentang perubahan iklim.[6]

Inokulasi terhadap Berbagai Jenis Informasi Lain

sunting

Karena begitu banyak misinformasi daring, tidak realistis untuk "menginokulasi" orang terhadap setiap kebohongan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang seberapa praktis teori inokulasi untuk melawan misinformasi dalam skala besar.[5] Inokulasi telah terbukti efektif di berbagai lingkungan, termasuk simulasi media sosial yang realistis[9][10] dan bahkan di platform nyata seperti YouTube[11]. Karena  konsisten menunjukkan keberhasilan, para peneliti sekarang  menjajaki  apakah "kekebalan kelompok" terhadap misinformasi dapat dicapai jika cukup banyak orang yang diinokulasi.[12]

Rujukan

sunting
  1. ^ Compton, J.A; Pfau, M (2005). Inoculation theory of resistance to influence at maturity: Recent progress in theory development and application and suggestions for future research. In: Kalbfleisch PJ, editor. Communication Yearbook. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates. hlm. 97–146. 
  2. ^ McGuire, W.J (1964). Some contemporary approaches. In: Berkowitz L, editor. Advances in experimental social psychology. San Diego, California: Academic Press. hlm. 191–229. 
  3. ^ Lewandowsky, S; van der Linden, S (2021). "Countering misinformation and fake news through inoculation and prebunking". European Review of Social Psychology. 32 (2): 348–384. doi:https://doi.org/10.1080/10463283.2021.1876983 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  4. ^ Compton, J; Jackson, B; Dimmock, J.A (2016-02-09). "Persuading Others to Avoid Persuasion: Inoculation Theory and Resistant Health Attitudes". Frontiers in Psychology. 7 (122). doi:https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.00122 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  5. ^ a b c Roozenbeek, J; van der Linden, S (2018). "The fake news game: Actively inoculating against the risk of misinformation". Journal of Risk Research. 22 (5): 570–580. doi:https://doi.org/10.1080/13669877.2018.1443491 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  6. ^ a b c d van der Linden, S; Leiserowitz, A; Rosenthal, S; Maibach, E (2017). "Inoculating the public against misinformation about climate change". Global Challenges. 1 (2). doi:https://doi.org/10.1002/gch2.201600008 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  7. ^ Cook, J; Lewandowsky, S; Ecker, U.K.H (2017). "Neutralizing misinformation through inoculation: Exposing misleading argumentation techniques reduces their influence". PLoS One. 12 (5): 1–21. doi:https://doi.org/10.1371/journal.pone.0175799 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  8. ^ Readfearn, G (2016). "Revealed: Most popular climate story on social media told half a million people the science was a hoax". Desmog. 29. 
  9. ^ Roozenbeek, J; van der Linden, S; Nygren, T (2020-02-03). "Prebunking interventions based on "inoculation" theory can reduce susceptibility to misinformation across cultures". Harvard Kennedy School Mis/Information Review. doi:https://doi.org/10.37016//MR-2020-008 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  10. ^ Roozenbeek, J; van der Linden, S (2020-11-06). "Breaking Harmony Square: A game that "inoculates" against political misinformation". Harvard Kennedy School Mis/Information Review. doi:https://doi.org/10.37016/MR-2020-47 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  11. ^ Roozenbeek, J; van der Linden, S; Goldberg, B; Rathje, S; Lewandowsky, S (2022-08-24). "Psychological inoculation improves resilience against misinformation on social media". Science Advances. 8 (34). doi:https://doi.org/10.1126/sciadv.abo6254 Periksa nilai |doi= (bantuan). 
  12. ^ Pilditch, T.D; Roozenbeek, J; Madsen, J; van der Linden, S (2022-08-10). "Psychological inoculation can reduce susceptibility to misinformation in large rational agent networks". Royal Society Open Science. doi:https://doi.org/10.1098/rsos.211953 Periksa nilai |doi= (bantuan).