Iredentisme

keinginan untuk menyatukan seluruh anggota suku bangsa untuk berada dalam satu negara berdaulat dengan batas-batas yang jelas

Iredentisme (dari bahasa Italia irredento, "penebusan"), adalah konsep politik di mana suatu negara berhasrat untuk menganeksasi wilayah yang dikuasai oleh negara lain atas dasar persamaan etnis, keterkaitan sejarah dan budaya,[1] baik aktual maupun hanya dugaan. Konsep ini sering dikemukakan oleh penganut pan-nasionalisme untuk menyatukan identitas politik, kebudayaan, dan geografi politik antara dua negara yang bersangkutan. Karena sebagian besar perbatasan wilayah telah dipindahkan atau ditetapkan ulang dari waktu ke waktu, kebanyakan negara-negara besar secara teoretis bisa mengklaim wilayah-wilayah tetangga mereka. Penaklukan Jerman terhadap Austria dan penganeksasian Sudetenland yang berbahasa Jerman dari Cekoslowakia pada tahun 1938 adalah salah satu contoh dari irredentisme.

Map of Kingdom of Italy (1919)
Istilah irredentism berasal dari frasa bahasa Italia Italia irredenta ("Italia yang belum ditebus"). Area hijau, merah dan ungu dalam peta Italia dari tahun 1919 menampilkan beberapa area yang diklaim oleh para iredentis Italia.

Beberapa negara telah menjadi sasaran irendentisme yang potensial bagi negara tetangga mereka. Negara-negara Eropa Timur pasca-Perang Dunia I terbentuk dari wilayah-wilayah bekas Kekaisaran Austria-Hungaria; perbatasan negara-negara Balkan dan Timur Dekat yang ditetapkan oleh Sekutu menyisakan banyak wilayah-wilayah baru dengan kelompok etnis minoritas yang tidak puas dengan penetapan perbatasan tersebut dan pada akhirnya memisahkan diri. Di Afrika, sebagian besar negara memiliki perbatasan yang ditetapkan berdasarkan kekuasaan kolonial Eropa, bukannya berdasarkan kelompok etnis dan persamaan bahasa. Oleh sebab itu, kelompok etnis yang sama dibagi menjadi beberapa negara yang berbeda, misalnya bangsa Yoruba yang di bagi menjadi Nigeria dan Benin. Contoh lainnya adalah etnis Melayu dipisahkan menurut jajahan Inggris (Malaysia, Brunei dan Singapura) dan Belanda (Indonesia). Di beberapa wilayah, permasalahan iredentisme ini terus menjadi sumber sengketa hingga saat ini, misalnya Korea Utara dan Korea Selatan.[2]

Lihat juga sunting

Referensi sunting

  1. ^ Kim, German (2016). "Irredentism in Disputed Territories and Its Influence on the Border Conflicts and Wars". The Journal of Territorial and Maritime Studies. 3 (1): 87–101. ISSN 2288-6834. 
  2. ^ "Irredenta", Free Dictionary

Daftar pustaka sunting

  • Willard, CA 1996 — Liberalism and the Problem of Knowledge: A New Rhetoric for Modern Democracy, Chicago: University of Chicago Press. 10-ISBN 0-226-89845-8/13-ISBN 978-0-226-89845-2; OCLC 260223405