Ismid Hadad

Jurnalis

Ismid Hadad (lahir 29 April 1940)[1] adalah seorang pemerhati lingkungan hidup, wartawan senior,[1][2] dan salah seorang aktivis Indonesia.[3] Ismid Hadad adalah Ketua Dewan Pimpinan Yayasan KEHATI - Yayasan Keanekaragaman Hayati, sebuah yayasan konservasi keanekaragaman hayati terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2013 hingga kini ia menjabat sebagai Penasihat Senior Iklim Keuangan pada Kementerian Keuangan Republik Indonesia untuk bidang Perubahan Iklim Keuangan dan Kebijakan Multilateral. Sebelum itu selama 5 tahun menjabat sebagai Ketua Kelompok Kerja Mekanisme Pendanaan di Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) di Jakarta. Ismid juga telah berpartisipasi sebagai delegasi Indonesia dan negosiator dalam konferensi UNFCCC (Inggris: United Nations Framework Convention on Climate Change) dan forum negosiasi multilateral lainnya tentang perubahan iklim, terhitung sejak tahun 2007 sampai dengan 2012.

Ismid Hadad
Lahir29 April 1940 (umur 83)
Indonesia Surabaya, Jawa Timur
KebangsaanIndonesia Indonesia
PekerjaanKonsultan Senior Iklim Keuangan
Dikenal atasKetua Dewan Pimpinan Yayasan KEHATI
Suami/istriTini Hadad
AnakNadia Hadad,
Imlati Hadad,
& Emil Hadad
Orang tuaAbdul Kadir Hadad

Riwayat Hidup sunting

Ismid Hadad menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia, di Jakarta tahun 1966. Kemudian melanjutkan studi ke Parvin Fellow di Princeton University, Amerika Serikat pada tahun 1980. Pada tahun 1982 ia meraih gelar MPA dari Kennedy School of Government, Harvard University, di Amerika Serikat.[3] Mantan aktivis gerakan mahasiswa Angkatan 66 ini mengawali karier di bidang jurnalistik sebagai Redaktur Pelaksana di Harian KAMI.[2][3] Ismid sendiri bukan seorang politikus. Tetapi, sebagai seorang di antara eksponen Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI),[4] dimana ia adalah Wakil Ketua Pimpinan IPMI Pusat,[5] ia tidak sekadar menonton proses pergeseran politik di tanah air. Pada masa pergolakan menjelang berdirinya Orde Baru, bersama kawan-kawannya dari IPMI,

tutur Ismid.[4] Ikut mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Ismid terpilih sebagai Kepala Biro Penerangan.[4] Dan di Harian KAMI, tempat berkarya para intelektual muda yang tidak sepaham dengan rezim Orde Lama, ia Redaktur Pelaksana, bertindak sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. Sebagai seorang di antara pendiri majalah Prisma, namanya tetap tidak tenggelam. Sampai akhir ini, ia masih pemimpin redaksi di situ. Ismid juga merupakan salah seorang pendiri dan Direktur Eksekutif LP3ES terhitung sejak tahun 1975 sampai dengan tahun 1980.[6]

Penghargaan dan nominasi sunting

Tahun Penghargaan Kategori Hasil
2019 Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia Pengabdian Seumur Hidup Penerima

Referensi sunting

  1. ^ a b "PWIpress.org, Database Anggota PWI". Diakses tanggal 30 Sept 2014. 
  2. ^ a b "PWI.or.id, Ensiklopedi Pers Indonesia (EPI)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 30 Sept 2014. Tokoh-tokoh cendekiawan muda yang ikut aktif memimpin dan mengelola koran Harian KAMI di awal penerbitannya sampai dengan Januari 1974 antara lain Nono Anwar Makarim, Anis Ibrahim, Zulharman Said, Ismid Hadad, Emil Salim, Eka Masni Dj, Ferik Chehab, Cosmas Batubara, Goenawan Mohamad, Christianto Wibisono, Zaenal Sakse, Burhan D Magenda, Bastari Asnin, Achmad Fanany, Ed Zoelverdi, Abbas Ali, Ardi Syarif, Sam Lapoliwa, Erman Rajaguguk, E. Soebekti, Azwirman Nursal, Abdi Kusumanegara, Tarman Azzam, Makmur Makka dan masih banyak lagi. 
  3. ^ a b c "Prisma Resource Center, Biodata Ismid Hadad". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 30 Sept 2014. 
  4. ^ a b c "Majalah TEMPO, Ismid Hadad". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 30 Sept 2014. 
  5. ^ "TEMPO.co, TIAP berita dalam Harian KAMI selalu..." Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 30 Sept 2014. 
  6. ^ "LP3ES, Penelitian". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 30 Sept 2014. Para pendiri LP3ES adalah sejumlah tokoh akademisi yang sangat besar perhatiannya pada kegiatan itu, di antara mereka adalah Emil Salim, Nono Anwar Makarim, Ismid Hadad, Dorojatun Kuntjoro Jakti dan Satria B. Joedono.