Istana Merdeka

kediaman resmi dan kantor Presiden Indonesia

Istana Merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke Taman Monumen Nasional, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Awalnya istana ini digunakan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Istana dengan luas sekitar 2.400 m² ini terletak satu kompleks dengan Istana Negara dan Bina Graha.

Istana Merdeka
Istana Merdeka pada tahun 2010
Istana Merdeka di Jakarta
Istana Merdeka
Location within Jakarta
Informasi umum
Gaya arsitekturArsitektur Palladian
LokasiJalan Medan Merdeka Utara Gambir
Jakarta 10160, Indonesia
KotaGambir, Gambir, Jakarta Pusat
NegaraIndonesia
Koordinat6°10′17.1″S 106°49′28.5″E / 6.171417°S 106.824583°E / -6.171417; 106.824583
Mulai dibangun1873
Desain dan konstruksi
ArsitekJacobus Bartholomeus Drossaers

Sejarah

sunting
 
Istana Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang kini menjadi Istana Merdeka. Foto diambil dalam kurun 1888-1910.

Istana Rijswijk yang dibangun lebih awal pada tahun 1796 dinilai sesak untuk kegiatan administratif kenegaraan sehingga Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada saat itu, Pieter Mijer memerintahkan untuk membangun sebuah bangunan baru sebagai pengganti Istana Risjwijk pada tahun 1869.

Pembangunan istana ini baru dilaksanakan 4 tahun kemudian ketika masa pemerintahan Gubernur Jenderal James Loudon pada tahun 1873. Istana baru ini dibangun di sebelah selatan Istana Risjwijk, menghadap ke arah Koningsplein (sekarang Medan Merdeka). Akhirnya istana ini diresmikan tahun 1879 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge setelah menelan biaya 360.000 Gulden.

Istana ini lalu dinamakan Paleis te Koningsplein (Istana Koningsplein) atau masyarakat sering menyebutnya sebagai Istana Gambir karena banyak pohon gambir yang tumbuh di sekitar Lapangan Koningsplein.[1][2]

Pada masa pendudukan Jepang, Istana ini bersamaan dengan Istana Rijswijk dijadikan tempat kediaman resmi Saiko Shikikan.

Pada awal masa pemerintahan Republik Indonesia, Istana Merdeka sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Waktu itu RI diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan kerajaan Belanda diwakili A.H.J. Lovink, wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia.

Dalam upacara yang mengharukan itu bendera Belanda diturunkan dan bendera Indonesia dinaikkan ke langit biru. Ratusan ribu orang memenuhi tanah lapangan dan tangga-tangga gedung ini diam mematung dan meneteskan air mata ketika bendera Merah Putih dinaikkan. Tetapi, ketika Sang Merah Putih menjulang ke atas dan berkibar, meledaklah kegembiraan mereka dan terdengar teriakan: Merdeka! Merdeka! Sejak saat itu Istana Gambir dinamakan Istana Merdeka.[2]

Sehari setelah pengakuan kedaulatan oleh kerajaan Belanda, pada 28 Desember 1949 Presiden Soekarno beserta keluarganya tiba dari Yogyakarta dan untuk pertama kalinya mendiami Istana Merdeka. Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus di Istana Merdeka pertama kali diadakan pada 1950. Tercatat selain Presiden Sukarno, yang mendiami istana ini adalah Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden Joko Widodo. Saat ini, Istana Merdeka menjadi kediaman resmi dari Presiden Prabowo Subianto.

Kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, antara lain Peringatan Detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara, dan penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat.

Galeri

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Istana-Istana Kepresidenan Republik Indonesia Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine., setneg.go.id
  2. ^ a b "Merdeka, Istana". Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-18. Diakses tanggal 2016-10-16. 

Pranala luar

sunting