Jangkrik,[1] jengkerik atau cengkerik (Gryllidae) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh kecil silindris, kepala hampir bulat dan sungut panjang seperti benang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang khas, yang dihasilkan oleh cengkerik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik kedatangan betina dan mengusir kehadiran jantan lainnya. Suara cengkerik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies cengkerik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.

Jangkrik
Rentang waktu: Kapur Awal – Sekarang
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Orthoptera
Subordo: Ensifera
Superfamili: Grylloidea
Famili: Gryllidae
Laicharting, 1781
Upafamili

Lihat bagian taksonomi

Jangkrik telah dipelihara manusia sejak lama, dan di Asia dianggap sebagai pembawa keberuntungan. Laga cengkerik adalah sejenis permainan yang populer dan kerap kali melibatkan taruhan. Di Caraguatatuba, Brasil, cengkerik hitam di dalam ruangan dipercaya sebagai tanda datangnya penyakit, cengkerik hijau harapan, dan cengkerik kelabu uang. Dalam komedi, stridulasi cengkerik biasanya digunakan untuk menandakan lawakan yang tidak lucu dan tidak membuat orang tertawa.

Pengenalan

sunting
 
Jangkrik gangsir (Tarbinskiellus portentosus) betina

Jangkrik adalah serangga bertubuh kecil hingga sedang, yang kebanyakan berbentuk silindris (beberapa spesiesnya ada pula yang berbadan agak gepeng tegak). Kepalanya hampir bulat, dengan sepasang sungut panjang menjuntai yang muncul persis di depan mata majemuk. Di dahinya terdapat tiga buah ocelli (tunggal: ocellus), yakni mata sederhana atau mata tunggal. Di belakang kepala terletak pronotum, yakni ruas dada yang pertama, yang kuat dan mulus tanpa gigir punggung ataupun tepi.[2]

 
Jangkrik rumah (Acheta domesticus) jantan sedang mengerik

Di belakangnya lagi terletak abdomen (perut) yang banyak beruas-ruas. Di ujungnya terdapat sepasang cerci, yakni semacam alat peraba yang serupa duri namun lunak, dan—pada betina-- ovipositor yang panjang seperti jarum, halus, serta berkilau. Femora ('paha'; yakni ruas ketiga) pada pasangan kaki belakang, berukuran besar dan berguna untuk melompat. Sedangkan tibia ('betis', ruas keempat) kaki belakang dilengkapi dengan deretan duri yang dapat digerakkan; yang susunannya berbeda-beda menurut spesiesnya. Tibia pada kaki depan umumnya dilengkapi dengan satu atau dua timpani (tunggal: timpanum, 'gendang telinga') yang berfungsi untuk menangkap getaran suara.[2]

Sayap jangkrik seperti menempel ketat membungkus sisi atas abdomen. Sayap ini berbeda-beda ukuran dan warnanya menurut jenis jangkrik: ada yang panjang, ada yang pendek, dan bahkan ada jenis yang tanpa sayap. Sayap sebelah depan adalah elytra yang terbuat dari kitin yang kaku, berfungsi sebagai pelindung abdomen yang relatif lunak, dan pada hewan jantan juga sebagai tempat organ pengerik untuk menghasilkan suara. Sayap belakang serupa membran tipis yang berfungsi untuk terbang, dan dilipat manakala cengkerik hinggap.[3]

Agihan dan habitat

sunting
 
Sejenis jangkrik celiring, Teleogryllus emma betina, di tepi jalan

Jangkrik memiliki agihan kosmopolitan, ditemukan di semua bagian dunia kecuali di wilayah dingin di atas lintang 55° ke utara maupun selatan. Serangga ini mengkolonisasi pulau-pulau besar dan kecil, melalui udara (terbang) atau air (terbawa kayu atau bagian tumbuhan lain yang terapung-apung di laut), atau diangkut oleh aktivitas manusia. Keragaman jangkrik yang tertinggi berada di wilayah tropis. Di dekat Kuala Lumpur, misalnya, pernah tercatat sebanyak 88 spesies yang terdengar suara deriknya dari satu lokasi saja; belum lagi termasuk jenis-jenis yang tidak mengeluarkan suara.[3] Di Indonesia terdapat lebih dari 100 jenis jangkrik, dan spesies yang paling banyak dibudidayakan adalah Gryllus Mitratus dan Gryllus testaclus dari genus Gryllus.[4]

Jangkrik hidup di banyak macam habitat. Kebanyakan, jangkrik tinggal di antara rerumputan dan terna; namun jenis-jenis yang lain hidup di semak-semak, dan sebagian lagi di atap tajuk pepohonan. Jangkrik juga hidup di tanah dan gua; ada yang menggali lubang-lubang yang dangkal ataupun dalam di tanah, ada pula yang hanya bersembunyi di balik tumpukan batu atau kayu lapuk.[3]

Dalam budaya

sunting
 
Sejumlah bumbung bambu wadah jangkrik aduan, tersimpan dalam kotak kayu berkaki yang dibuat khusus. Koleksi Tropenmuseum, Amsterdam

Jangkrik tergolong ke dalam serangga layak santap (edible insects) dan telah dikenal di banyak negara.[5]:72 Di perdesaan Jawa, jangkrik bakar atau sangrai sudah sejak lama dijadikan kudapan tradisional. Jangkrik juga dikenal sebagai makanan sumber protein di negara-negara lain, terutama di Asia: Thailand, Kamboja, Tiongkok, Korea, dan Jepang; dan belakangan juga di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.[6]:34 Dalam agama Islam, menurut fatwa MUI no. Kep-139/MUI/IV/2000, mengkonsumsi dan memelihara jangkrik tergolong mubah dan halal.[7]

 
Jangkrik rumah (Acheta domesticus) goreng, dijual di suatu pasar di Thailand

Semenjak dahulu jangkrik acap dijadikan permainan atau hiburan. Anak-anak desa di Indonesia biasa memelihara jangkrik, terutama dari jenis jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) dan jenis-jenis jangkrik celiring (Teleogryllus spp.), untuk dinikmati suaranya ataupun untuk diadu. Laga jangkrik yang melibatkan orang-orang dewasa diketahui telah ada di Tiongkok semenjak era Dinasti Song (960-1278 M).[8] Kebiasaan ini pun belakangan dibawa masuk ke Jawa oleh orang-orang Tionghoa, hingga kemudian merasuki segenap warga Keraton Jogyakarta di masa Sultan Hamengku Buwana VII (1877-1921).[9]:325

Kata "jangkrik" pernah dipakai untuk menunjukkan suatu kualitas yang rendah; misalnya dalam istilah "komputer jangkrik" yang berarti komputer rakitan, bukan komputer bermerek terkenal (branded).[10][11] Kata ini juga dijadikan kata umpatan di Jawa Timur, yang konon merupakan plesetan atau penghalusan dari kata jancok.[12] Kata umpatan ini lalu dipungut sebagai judul sebuah film, "Jangkrik Boss!" yang diproduksi oleh Falcon Pictures.[13]

Dalam dunia olahraga, adu jangkrik merupakan sebuah olahraga berdarah yang melibatkan pertarungan jangkrik jantan.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ KBBI Daring: jangkrik. Diakses pada 25/02/2020.
  2. ^ a b Otte, Daniel (2007). Australian Crickets (Orthoptera: Gryllidae) (dalam bahasa Inggris). Academy of Natural Sciences. hlm. 17–24. ISBN 978-1-4223-1928-4. 
  3. ^ a b c Resh, Vincent H.; Cardé, Ring T. (2009). Encyclopedia of Insects (dalam bahasa Inggris). Academic Press. hlm. 232–236. ISBN 978-0-08-092090-0. 
  4. ^ Prihatman, Kemal, ed. (Maret 2000). Budidaya Ternak Jangkrik (PDF). Jakarta: TTG BUDIDAYA PETERNAKAN. hlm. 1. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 Juni 2021. 
  5. ^ FG. Winarno. (2018). Serangga Layak Santap: Sumber Baru bagi Pangan dan Pakan. Jakarta: Gramedia. ISBN 978-602-06-1165-5
  6. ^ Budihardjo, M. & B. Setiawan. (2017). Untung berlipat dari ternak jangkrik. Jakarta: Penebar Swadaya. ISBN 978-979-002-744-2
  7. ^ MUI. (2000). Fatwa Majelis Ulama Indonesia nomor Kep-139/MUI/IV/2000 tentang "Makan dan budidaya cacing dan jangkrik". Jakarta: Majelis Ulama Indonesia. Diarsipkan tanggal 6 September 2021.
  8. ^ Timur Jawa: Jangkrik, dari jabatan menteri hingga umpatan Diarsipkan 2020-02-25 di Wayback Machine., berita 17/09/2018. Diakses pada 25/II/2020.
  9. ^ Lombard, D. (1996). Nusa Jawa: Silang Budaya. Bagian II: Jaringan Asia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  10. ^ Tribun News: Cara cerdas memilih ‘Komputer Jangkrik’ yang sesuai kebutuhan bisnis startup, artikel Sabtu, 11 Maret 2017 23:03 WIB. Diakses pada 25/II/2020.
  11. ^ Muluk, Andra R. (29 September 2009). "Komputer Jangkrik". BahasaKita. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-25. Diakses tanggal 3 Juni 2022. 
  12. ^ "Jangkrik, Dari Jabatan Menteri Hingga Umpatan". TimurJawa. 17 September 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 Februari 2020. Diakses tanggal 3 Juni 2022. 
  13. ^ Kompas.com: Jangkrik Boss!, artikel Kompas.com - 16/09/2016, 05:05 WIB. Diakses pada 25/II/2020.

Pranala luar

sunting