Joebaar Ajoeb
Joebaar Adjoeb (16 Februari 1925 – 13 Oktober 1996), adalah seorang penulis Indonesia.[1] Ia juga seorang penterjemah dan pengamat kebudayaan.
Joebaar Adjoeb | |
---|---|
Lahir | Bukittinggi, Sumatera Barat, Hindia Belanda | 16 Februari 1925
Meninggal | 13 Oktober 1996 Bandung, Jawa Barat, Indonesia | (umur 71)
Pekerjaan | Penulis |
Kebangsaan | Indonesia |
Pasangan |
Biografi
suntingJoebar Ajoeb lulus dari Akademi Jurnalistik Jakarta . Ia pernah menjadi anggota Dewan Penasihat Siaran Radio, anggota Dewan Pertimbangan Pemuda, anggota Dewan Film, anggota DPRG/MPRS, dan anggota Pimpinan Pusat Lekra (1959-1965).[2]
Ia pernah menjadi salah seorang Sekretariat Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) di samping Trisno Sumardjo dan Anas Makruf, yang kemudian bersama Asrul Sani, Henk Ngantung, Rivai Apin dan Sitor Situmorang, Boejoeng Saleh dan Mochtar Lubis mendirikan Masyarakat Seniman Jakarta Raya (MSDR). Sesudah tahun 1980-an ia giat menterjemah. Di antara terjemahan tasawufnya berwujud buku antara lain adalah “Annal Haq Mansur Al Hallaj” (dikerjakan bersama panyair HR Bandaharo), “Sufi Martir”, “Filsafat Parsi Moh. Iqbal”. Terjemahan lainnya, “Tentang Yerusalem” (sebuah tinjauan hukum internasional dan politik). Buku lain yang pernah ia terjemahkan diantaranya, “Industri dan Perdagangan di Indonesia”, “Aceh di Jaman Jepang”, “Harta Waris Orang Minangkabau” (sebuah penelitian antropologi hukum), dan perihal peradilan di Minangkabau “Kepingan Jenjang ke Mufakat” [1]
A. Kohar Ibrahim dalam tulisannya menceritakan bahwa "Joebaar Ajoeb adalah nara-sumber buat bertanya ini dan itu. Dianggapnya Ajoeb itu adalah musium hidup, banyak tahu dan selalu menjawab pertanyaan. Dan jawabannya itu bukan asal jawab, tapi sanggaup membantu mencarikan bukti dan penelitian obyektip. Aku menamakannya Ajoeb itu adalah Gunung dan Teluk. Adat Gunung timbunan awan, adat teluk timbunan kapal. Gunung itu tempat di mana awan berkumpul di sekitar; dan Teluk tempat kapal-kapal berlabuh, terhindar dari badai, tempat menambatkan kapal dan perahu, mencari hal hal yang diperlukan. Itulah Joebaar Ajoeb. Dan ini kulihat, kurasakan sekaligus juga sebagai pencari sesuatu di dekatnya, di sekitarnya dan darinya sendiri!” [1]
Hasil karya
suntingTulisan lepasnya dimuat Budaya, Indonesia, Siasat, Zaman Baru, Harian Rakyat. Karya-karya Joebaar Ajoeb sebagai berikut: Siti Jamilah, drama (1956), Apologia Sufi Martir, terjemahan karya 'Ain al-Qudhat al-Hamadhani (1987).
Drama Siti Jamilah dimuat di majalah Budaja Nomor 10-11, V, tahun 1956. Strukturnya diilhami oleh tradisi lisan Minang dan merupakan tanggapan terhadap kisah bunuh diri perempuan dan anaknya sebagai akibat perlakuan buruk kepala keluarga yang digambarkan sebagai "Pamongpraja yang diangkat oleh Gubernemen Belanda". Tanpa memperhatikan istrinya, Laras Simawang memutuskan untuk kawin lagi. Akibatnya adalah bahwa anak istrinya bunuh diri. Drama ini bisa dianggap sebagai tragedi.[3]
Rujukan
sunting- ^ a b c (Indonesia) Joebaar Ajoeb Budayawan Teluk dan Gunung. Diakses pada tanggal 10 November 2011 Diarsipkan 2010-04-07 di Wayback Machine.
- ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 229.
- ^ (Indonesia) LastName, FirstName (2006). Antologi drama Indonesia. Jakarta: Amanah Lontar. ISBN 9799985846. halaman xxiii