Junaid Thola Rangkuti

Syekh Haji Junaid Thola Rangkuti (lahir di Mandailing tahun 1897 – meninggal tahun 1948) [1] adalah ulama yang terkenal di Mandailing dan Malaysia, pengasas Perwakafan.[butuh rujukan] Dia juga pendiri Pesantren Al-Junaidiyah di Kampung Lamo pada 2 Februari 1929.[2]

Junaid Thola
Syekh Junaid Thola Rangkuti no 1, Syekh Musthafa Husein no 2, dan Syekh Fauzi Hasibuan no 3
NamaJunaid Thola
KebangsaanIndonesia
Wilayah aktifIndonesia Mandailing
Malaysia Perak, Malaysia
JabatanUlama
Alma materAl-Azhar
Istri
  • Sariyah binti Haji Said
  • Siti Hajar binti Haji Said
  • Rokiyah binti Haji Ibrahim
Keturunan
KeluargaTan Sri Datu Asri Muda

Kelahiran sunting

Syekh Junaid Thola lahir di Sibanggor, Kotanopan.[3] Yang nantinya menjadi bagian dari Kabupaten Mandailing Natal. Ada perbedaan pendapat mengenai tanggal kelahiran Syekh Junaid Thola.[4] Ada pendapat yang menyebut ia lahir tahun 1878 M, lahir di Tanjung Larangan, Desa Sigantang Kecil, Silaping.[5] Pendapat lain menyebutkan ia lahir pada tahun 1886 M di Hutadolok, Kenegerian Maga, Kecamatan Kotanopan.[6] Tahun lahir yang lain pula ialah 1897 M.[4]' Tahun lahir 1897 M itulah yang disetujui dalam seminar yang diadakan di Panyabungan pada tahun 2000 anjuran Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) bekerjasama dengan IAIN Sumatera Utara, Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal dan Pengurus Perwakafan Syekh Al-Junaid.[7]

Pendidikan sunting

Syekh Junaid Thola memulai pendidikan formal pertamanya dengan mengikuti volkschool atau setingkat Sekolah Rakyat . Setelah lulus, beliau melanjutkan ke Pesantren Babussalam Tanjung Pura di Langkat dengan tujuan memperdalam ilmu agama.[8]

Setelah menempuh pendidikan dasar ditanah kelahirannya, Syekh Haji Junaid Thola mendapat dua pendidikan di Semenanjung Melayu, yakni melalui Che Doi Pondok Gajah Mati (Kedah) dan Syekh Mohd. Salleh al-Masri (Pulau Pinang), pendidikan itu bertemu pada satu tokoh besar ulama dunia Melayu, yakni Syekh Haji Wan Mustafa (Tok Bendang Daya), Hulubalang Patani, pendiri Pondok Bendang Daya Patani yang sangat terkenal pada zaman dulu.[4]

Di Kedah ia belajar di Pondok Syekh Ibrahim Gajah Mati dan Pondok Haji Che Doi di Guar Chempedak,[9] Guar Cempedak, Kedah.[10] Sebelum ia belajar di Pondok Gajah Mati, Kedah, Syekh Haji Junaid Thola sempat belajar kepada Syekh Abdul Wahab Rokan.[4] Syekh Haji Junaid Thola masuk ke Pondok Gajah Mati ketika pondok itu masih dipimpin oleh Haji Ismail bin Mustafa al-Fathani atau Cik Doi sampai kemudian pondok itu dipimpin oleh Pak Cu Him.[4] Pak Cu Him (lahir 1311 H/1894 M) usianya lebih tua sekitar tiga tahun dari Syekh Haji Junaid Thola (lahir 1314 /1897 M).[4]

Setelah belajar di Pondok Gajah Mati, Kedah, Syekh Haji Junaid Thola pindah ke Madrasah al-Masriyah asy-Syubbaniyah di Bukit Mertajam, Seberang Perai, Pulau Pinang.[4] Di sini, Syekh Haji Junaid Thola belajar kepada pendiri madrasah itu, yakni Syekh Mohd. Salleh al-Masri bin Baqi bin Lundang.[4]

Setelah memperoleh pendidikan dari Universitas Al-Azhar di Mesir, Syekh Haji Junaid Thola pergi ke Makkah dan belajar kepada Syekh Abdul Qadir bin Shabir al-Mandaili.[4] Ketika berada di Makkah, Syekh Haji Junaid Thola sempat belajar kepada Tok Cik Wan Daud al-Fathani (lahir 1283 H/1866 M, wafat 23 Zulhijjah 1354 H/17 Mac 1936 M, dan Pak De 'El al-Fathani (lahir 1300 H/1882 M, wafat 12 Rejab 1385 H/5 November 1965 M).[4] Ia sempat menjadi imam dan kemudian mengajar di Masjidil Haram di Makkah, kemudian kembali ke Mandailing.[3]

Kehidupan Pribadi sunting

Isteri Pertama Syekh juneid adalah Sariyah binti Haji Said, karena Meninggal dunia ia menikah lagi dengan adik isteri pertamanya Siti Hajar Binti Haji Said warganegara Malaysia dan dia menikah lagi dengan orang Mandailing Rokiyah binti haji Ibrahim.[butuh rujukan] Anaknya adalah Sakinah Junid dan Habibah Junid serta Menantu Tan Sri Datuk Asri Muda.[butuh rujukan]

Dakwah, ketokohan & pengaruh sunting

Setelah kembali ke daerah Mandailing, ia aktif dalam perjuangan.[4] Syekh Haji Junaid Thola adalah seorang tokoh ulama yang anti kolonial Belanda yang menjajah Indonesia ketika itu.[4] Peranan yang dijalankan oleh Syekh Haji Junaid Thola di Tanah Mandailing, negeri kelahirannya adalah seimbang dengan perjuangan semasa di perantauan di Perak, Malaysia.[4] Karena kondisi di Mandailing pada saat itu tidak kondusif, bahkan pemerintah kolonial Belanda pernah mengeluarkan perintah tangkap terhadap Syekh Juneid Thola, ia pun kemudian berhijrah ke Semenanjung Melayu.[3]

Ketika Syekh Haji Junaid Thola pulang dari Mesir ia dilantik sebagai anggota Majlis Ulama Negeri Perak oleh Sultan Iskandar Syah, Sultan Perak Darul Ridzuan ketika itu [3] (memerintah sejak 1918 hingga 1938).

Tahun 1930 M Juneid Thola mendirikan sebuah Madrasah Arabiyah Kampung Lalang, sekolah ini terus berkembang pesat.[3] Keadaan ini mendorong berdirinya sebuah madrasah yang lebih lengkap dan lebih teratur, dalam tahun 1931 M dengan nama Madrasah Yahyawiyah untuk mengambil alih tempat Madrasah Arabiyah.[3] Kemudian ia juga mendirikan sebuah madrasah untuk pelajar puteri yang diberi nama Madrasah Diniyah Puteri, dan diresmikan tahun 1935 M.[3] Tokoh pembaharuan Islam Nusantara, seperti Syekh Thahir Jalaluddin yang juga sahabat karibnya, sering berkunjung ke madrasah ini.[3] Madrasah ini dianggap sebagai madrasah pertama di Perak yang mendukung ide pembaharuan.[3] Kemudian diikuti dengan pendirian madrasah-madrasah lain, seperti Madrasah al-Ridzuaniah di Padang Asam, Madrasah al-Falahiah di Kampung Buaya, Madrasah al-Nasriah di Padang Rengas, Madrasah al-Ijtihadiah di Kampung Gapis, Madrasah al-Hadi di Kampung Pauh, Madrasah al-Bakariah di Paya Lintah, Madrasah al-Zahiriah di Kampung Keruh Hilir, Madrasah al-Iqtisadiah di Kampung Keruh Hulu, dan Madrasah Sabiyah al-Ahmadiah di Kampung Laneh.[3] Mendirikan madrasah di Perak, Malaysia sebagai lembaga tempat aktivitas transmisi dan difusi ajaran dan gagasan keagamaan dan pendidikannya [11]

Syekh Junaid Thola juga ikut berjuang bersama pejuang-pejuang di Semenanjung Tanah Melayu, seperti pada masa kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II hingga Indonesia merdeka.[4] Ia memusatkan keseluruhan aktivitasnya di Kampung Lalang, Padang Rengas dengan mendirikan sebuah Madrasah Diniyah.[3] Syekh Haji Junaid Thola melibatkan diri dan memiliki peranan tersendiri dalam perjuangan Kemerdekaan, momentum lainnya adalah dalam suatu demonstrasi besar-besaran di Kuala Kangsar anjuran API (ms:Angkatan Pemuda Insaf) dan AWAS (Angkatan Wanita Sedar).[4]

Yayasan Al Junaidiyah sunting

Syekh Junaed Thola adalah seorang ulama yang cukup terkenal di daerah Sumatera Utara, khususnya di Kabupaten Mandailing Natal.[12] Ia adalah pendiri yayasan Al-Junaidiyah yang diresmikan sejak tahun 1929.[12] Ada beberapa faktor yang melatar belakangi didirikannya yayasan ini terkait dengan kondisi penduduk yang sangat memprihatinkan pada awal kepulangan Syekh Junaid ke kampung halamannya di Mandailing terutama pendidikan, akhlak dan kehidupan beragamanya yang masih sangat rendah dan tertinggal serta tingkat kesejahteraannya yang masih rendah.[12] Yang menjadi fokusnya adalah memperbaiki akhlak dan pendidikan agama masyarakat dengan melakukan pendekatan dan memberikan pengajian-pengajian Selain memperbaiki akhlak dan pendidikan masyarakat, Syekh ini melalui yayasan yang di bangunnya juga berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya.[12] Sejak didirikan hingga usia mencapai 83 tahun, lembaga pendidikan dan yayasan ini sudah mencetak ribuan lulusan.[12] Keberadaan lembaga pendidikan dan yayasan ini tidak hanya sebatas menciptakan masyarakat yang agamais dengan mengajarkan ilmu agama dan membebaskan masyarakat dari kebodohan, tetapi juga mampu menyiapkan lulusannya menjadi individu yang mempunyai daya saing.[12] Dalam bidang perekonomian, yayasan ini telah mampu membantu peningkatan taraf kesejahteraan hidup masyarakat Tarlola pada khususnya.[12] Melalui yayasan yang dibangunnya, Syekh Junaid juga berhasil membangun industri lokal, memperkenalkan tanaman jeruk, tebu dan kapas pada penduduk.[12] Selain itu, yayasan ini mempunyai asset yang tidak sedikit, meliputi perkebunan, sawah, lembaga pendidikan, dan pasar. Hal ini sangat membantu memberikan lapangan kerja bagai masyarakat.[12] Syekh Junaid Thola mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat besar bagi kemajuan dan perkembangan masyarakat, terutama masyarakat Tarlola.[12]

Karya Tulis sunting

Di antara karyanya adalah kitab Kaifiyat Mengadakan Waqaf Muslim, yang ditulis tahun 1348 H (1929 M) di dalam negeri Perak,[3] kemudian dicetak oleh al-Mathba'ah al-Marbawiyah Mesir dan diberi kata pengantar oleh sahabatnya Syekh Idris al-Marbawi.[4]

Catatan akhir sunting

  1. ^ "ww1.utusan..com (Malaysia) diakses 23-09-2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-24. Diakses tanggal 2015-08-26. 
  2. ^ "Ahsanulkalam.or.id diakses 24 september 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2015-09-24. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l Erawadi 2015, hlm. 76-77.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Abdullah 2006, Dalam Syeikh Junid Thala ulama terkenal di Mandailing dan Perak.
  5. ^ 1992, hlm. 40, Dalam Pengumpul/Penyusun Riwayat Hidup, Hutanamale, 18 Februari 1992; Lihat Abdullah 2006.
  6. ^ ', hlm. 155, Dalam Buku Sejarah Ulama-Ulama Terkemuka Di Sumatera Utara; Lihat Abdullah 2006.
  7. ^ Abdullah 2006, Berdasarkan surat Haji Muhammad Rivai Batubara, 10 Agustus 2006; Lihat Abdullah 2006.
  8. ^ a b Muhyiddin (2022-03-06). "Syekh Haji Junaid Thola Rangkuti, Ulama Dua Negeri". republika.id. Diakses tanggal 2023-01-17. 
  9. ^ Prof. Madya Dr. Mohd. Redzuan Othman, hlm. 12, Dalam Syekh Junaid Thola (1897-1948) Peranannya Dalam Menggerakkan Kesedaran Masyarakat Lihat Abdullah 2006.
  10. ^ Tan Sri Haji Mohd. Asri, hlm. 1, Dalam Ringkasan Kehidupan dan Perjuangan Haji Junaid Tola Rangkuti Lihat Abdullah 2006.
  11. ^ Haidar Putra Daulay & Nurgaya Pasa 2014, dalam Rihlah Tarbiyah: Nilai-nilai Pendidikan dari Pengalaman Perjalanan ke Mancanegara (Medan: Perdana Mulia Sarana.); Lihat Erawadi 2015, hlm. 76-77
  12. ^ a b c d e f g h i j Masitoh 2016, hlm. BAB V.

Daftar Pustaka sunting