Kabupaten Bondowoso

kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa

Kabupaten Bondowoso (Hanacaraka: ꦧꦤ꧀ꦢꦮꦱ, Pegon: بانداواسا; pelafalan dalam bahasa Indonesia: [bɔndɔˈwɔsɔ]) adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Bondowoso. Kabupaten ini terletak di persimpangan jalur dari Kecamatan Besuki dan Kabupaten Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah pesisir laut di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Pada tahun 2020, penduduk Kabupaten Bondowoso berjumlah 776.151 jiwa dengan kepadatan penduduk 498 jiwa/km2.[2]

Kabupaten Bondowoso
Wanawasa
Transkripsi bahasa daerah
 • MaduraBânḍâbâsa (Latèn)
بۤانڊۤابۤاسا (Pèghu)
ꦨꦤ꧀ꦝꦨꦱ (Carakan)
 • JawaBåndhåwåså (Gêdrig)
بانڎاواسا (Pégon)
ꦧꦤ꧀ꦝꦮꦱ (Hånåcåråkå)
Dari kiri; ke kanan: Kawah Wurung, Tape khas Bondowoso, Terminal Bondowoso, dan PLTM Sampean Baru
Lambang resmi Kabupaten Bondowoso
Julukan: 
  • Kota Tape
  • Bumi Sholawat Burdah

  • Bumi Ki Ronggo
  • Kota Megalitikum
Motto: 
Swasthi-bhuwana kṛta
(Sanskerta) Kebaikan akan menuntun kita menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat
(1972 Masehi)[1]
Peta
Peta
Kabupaten Bondowoso di Jawa
Kabupaten Bondowoso
Kabupaten Bondowoso
Peta
Kabupaten Bondowoso di Indonesia
Kabupaten Bondowoso
Kabupaten Bondowoso
Kabupaten Bondowoso (Indonesia)
Koordinat: 7°56′25″S 113°59′00″E / 7.9404°S 113.9834°E / -7.9404; 113.9834
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri8 Agustus 1950
Dasar hukumUU No.12/1950
Hari jadi17 Agustus 1819 (umur 205)
Ibu kotaBondowoso
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 23
  • Kelurahan: 10
  • Desa: 209
Pemerintahan
 • BupatiBambang Soekwanto (Pj.)
 • Wakil Bupatilowong
 • Sekretaris DaerahHaeriah Yuliati (Pj.)
 • Ketua DPRDAhmad Dhafir
Luas
 • Total1.560,10 km2 (602,36 sq mi)
Populasi
 • Total776.151
 • Kepadatan498/km2 (1,290/sq mi)
Demonim- Bondowosoan (Indonesia)
- Bândâbâsa’an (Madura)
- Båndhåwåsåan (Jawa)
Demografi
 • Agama
  • 98,76% Islam
  • 0,04% Buddha
  • 0,02% Hindu
  • 0,01% Konghucu
  • 0,57% Lainnya[3][4]
 • BahasaIndonesia (resmi),
Madura (dominan),
Jawa, Inggris, Arab,
Mandarin, dan lainnya
 • IPMKenaikan 66,43 (0.664)
Sedang (2020)[5]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3511 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 332
Pelat kendaraanP xxxx *A/*B/*C/*D
Kode Kemendagri35.11 Edit nilai pada Wikidata
Kode SNI 7657:2023BDW
DAURp 956.016.610.000,- (2020)[6]
Semboyan daerahBondowoso Melesat
"Mandiri Ekonomi, Lestari,
Sejahtera, Adil, dan Terdepan"
Flora resmiSarangan
Fauna resmiSapi aduan
Situs webbondowosokab.go.id


Alun-alun kota Bondowoso pada tahun 1920-an

Geografi

sunting

Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai.

Posisi

sunting

Kabupaten Bondowoso terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah Tapal Kuda. Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara 113°48′10″–113°48′26″ BT dan 7°50′10″–7°56′41″ LS.

Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 0C – 25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa.

Letak Kabupaten Bondowoso berada pada daerah yang strategis. Keadaan Daerah yang strategis menyebabkan Bondowoso cenderung lebih mudah berkembang jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya.

Batas Wilayah

sunting

Kabupaten Bondowoso mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Situbondo
Timur Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi
Selatan Kabupaten Jember
Barat Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo

Wilayah Kabupaten Bondowoso beriklim tropis dengan tipe iklim muson tropis (Am) dan memiliki dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Bondowoso dipengaruhi oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan bertiup pada periode bulan-bulan MeiOktober. Sementara itu, musim penghujan yang dipengaruhi angin muson barat laut–barat daya yang bersifat basah dan lembap bertiup pada periode bulan-bulan NovemberApril. Curah hujan bulanan selama musim penghujan di wilayah Bondowoso berada pada angka lebih dari 150 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 1700–2100 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–130 hari hujan per tahun. Suhu udara rata-rata di wilayah Bondowoso bervariasi yaitu 17°–32 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini cukup tinggi yakni ±77%.

Data iklim Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.1
(86.2)
30.2
(86.4)
30.3
(86.5)
30.6
(87.1)
30.3
(86.5)
30.2
(86.4)
30.1
(86.2)
30.5
(86.9)
31.7
(89.1)
32.3
(90.1)
31.7
(89.1)
30.5
(86.9)
30.71
(87.28)
Rata-rata harian °C (°F) 24.9
(76.8)
24.9
(76.8)
25
(77)
25.1
(77.2)
24.6
(76.3)
24.2
(75.6)
23.6
(74.5)
23.9
(75)
24.7
(76.5)
25.3
(77.5)
25.4
(77.7)
25
(77)
24.72
(76.49)
Rata-rata terendah °C (°F) 19.8
(67.6)
19.7
(67.5)
19.6
(67.3)
19.5
(67.1)
19
(66)
18.1
(64.6)
17
(63)
17.3
(63.1)
17.7
(63.9)
18.4
(65.1)
19.2
(66.6)
19.6
(67.3)
18.74
(65.76)
Presipitasi mm (inci) 347
(13.66)
342
(13.46)
274
(10.79)
192
(7.56)
91
(3.58)
52
(2.05)
40
(1.57)
19
(0.75)
24
(0.94)
75
(2.95)
186
(7.32)
296
(11.65)
1.938
(76,28)
Rata-rata hari hujan 16 15 13 10 5 3 2 1 1 4 9 14 93
% kelembapan 82 81 80 78 73 70 68 65 66 69 72 79 73.6
Rata-rata sinar matahari bulanan 165 174 192 223 230 227 265 270 262 267 210 185 2.670
Sumber #1: Climate-Data.org [7]
Sumber #2: BMKG[8] & Weatherbase [9]

Karakter Fisik dan Wilayah

sunting

Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan seluas 44,4 %, 24,9 % berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara 78-2.300 meter dpl, dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara 100 – 500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Menurut klasifikasi topografis wilayah, kelerengan Kabupaten Bondowoso bervariasi. Datar dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2, landai (3-15%) seluas 568,17 km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat curam di atas 40% seluas 496,40 km2.

Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%. Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan longsor.

Rawan Banjir

sunting

Permasalahan lingkungan dan sosial yang menonjol adalah kerusakan hutan atau luasnya lahan kritis. Berbagai kegiatan masyarakat (dengan kualitas SDM terbatas) dalam memanfaatkan lahan (kehutanan, pertanian dan permukiman) berpengaruh besar pada kerusakan DAS Sampean. Kawasan hutan di Kabupaten Bondowoso berada dalam pengelolaan KPH Bondowoso dengan perincian: hutan lindung 46.784,2 ha; hutan produksi 45.218 ha; dan LDTI 366,32 Ha. Kawasan lindung yang diolah dan di tempati masyarakat mencapai 23,0%. Sebaliknya terdapat pula hutan produksi yang berada di atas tanah milik masyarakat.

Hutan lindung dan hutan produksi yang ada relatif rawan terhadap penjarahan oleh masyarakat. Hal ini karena adanya tekanan penduduk yang besar yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang rendah, serta sistem kelembagaan yang kurang berjalan efektif. Sehingga masyarakat kurang peduli terhadap kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan sebagai lahan mata pencaharian.

Kerusakan lahan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso (lahan kritis yang ada) mencapai luas 40.758 Ha, dengan rincian sangat kritis seluas 4.175 Ha, kritis seluas 10.420 Ha, agak kritis seluas 11.417 Ha, dan potensial kritis seluas 9.746 Ha yang pada umumnya adalah lahan masyarakat. Sedangkan lahan perhutani yang kritis mencapai 5.000 Ha. Adanya lahan kritis tersebut cenderung meningkatkan erosi, yang berakibat pada meningkatnya sedimentasi sungai, menurunkan daya tampung sungai, melampaui kapasitas sarana prasarana irigasi yang ada, sehinga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau kawasan rawan banjir.

Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso, khususnya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang aliran Sungai Sampean dan Sungai Tlogo, di antaranya Kecamatan Grujugan, Bondowoso, Tenggarang, Wonosari, Klabang, Tapen, Prajekan, Sumberwringin, Pakem, Tegalampel, dan Tlogosari (Peta terlampir). Setiap tahun terjadi bencana banjir (terbesar tahun 2002) yang melanda wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo (daerah bawah DAS Sampean). Dampak seringnya terjadi banjir adalah meningkatnya kerusakan jaringan irigasi, kerusakan prasarana jalan, kerusakan instalasi air bersih dan rusaknya prasarana permukiman dan prasarana umum. Khusus prasarana irigasi, kerusakan jaringan apabila tidak tertangani segera akan menurunkan debit air irigasi dan pada akhirnya terjadi kekeringan lahan pertanian di musim kemarau.

Rawan Tanah Longsor

sunting

Berdasarkan tingkat kemiringannya, wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari: kemiringan 0-2% seluas 19.083 ha (12,23%), kemiringan 3-15% seluas 56.816,9 ha (36,42%), kemiringan 16-40% seluas 30.470,3 ha (19,53%) dan kemiringan di atas 40% seluas 49.639,8 ha (31,82%). Sedangkan kedalaman efektif tanah bervariasi antara 30 cm–90 cm, dengan komposisi: 57,4% memiliki kedalamam efektif di atas 90 cm, 15,6% memiliki kedalaman efektif antara 60 cm–90 cm, 14,7% memiliki kedalaman efektif antara 30 cm–60 cm, dan 12,3% memiliki kedalaman efektif di bawah 30 cm. Ketinggian dan kedalaman efektif tanah yang bervariasi ini berpengaruh terhadap jenis, pertumbuhan dan kerapatan vegetasi.

Berdasarkan Peta Geologi Jawa dan Madura, di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5%, dan miasem, jasies sedimen 1,5%. Sedangkan tanah di Kabupaten Bondowoso 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berpasir, 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung, dan tidak ada yang bertekstur halus. Tingkat kemiringan dan tekstur tanah yang bervariasi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air.

Tanah yang mudah erosi/longsor seluas 40.796,62 ha (26,15%) dapat dijumpai di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso, khususnya di wilayah Kecamatan Sempol, Sumberwringin, Tlogosari, Wringin, Tegalampel, Klabang, Pakem, Binakal, Curahdami, Grujugan dan Maesan (Peta terlampir). Kerawanan terhadap bencana longsor disebabkan juga oleh makin luasnya lahan kritis. Pada umumnya bencana banjir disertai oleh bencana longsor. Longsor terjadi setiap tahun pada kawasan-kawasan perbukitan dan lereng pegunungan yang sering kali melanda permukiman perdesaan, merusak prasarana irigasi, air bersih, jalan dan jembatan serta lahan-lahan pertanian masyarakat.

Kerawanan Terhadap Bencana Lainnya

sunting

Selain bencana banjir dan longsor Wilayah Kabupaten Bondowoso juga rawan terhadap beberapa bencana lainnya yaitu gempa bumi, bahaya gunung berapi dan angin puyuh. a. Gempa Bumi Adanya aktivitas Gunung berapi (Gunung Ijen dan Gunung Raung) di sisi timur Kabupaten Bondowoso, mengakibatkan daerah sekitarnya rawan terhadap bencana Gempa Bumi yaitu mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung).

b. Bahaya Gunung Berapi Demikian halnya dengan kerawanan terhadap bencana gunung berapi, kondisinya sama dengan kerawanan terhadap bencana gempa bumi. Daerah rawan bencana Gunung Berapi mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung).

c. Angin Puyuh Karakteristik daerah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menyebabkan sering terjadinya angin puyuh di wilayah Bondowoso sehingga sebagian besar wilayah (50,76%) rawan angin puyuh yaitu meliputi wilayah Kecamatan Cermee, Wonosari, Prajekan, Wringin, Pakem, Curahdami, dan Grujugan.

Sejarah

sunting
 
Kediaman resident Bondowoso pada tahun 1927-1929

Semasa Pemerintahan Bupati Ronggo Kiai Suroadikusumo di Besuki mengalami kemajuan dengan berfungsinya Pelabuhan Besuki yang mampu menarik minat kaum pedagang luar. Dengan semakin padatnya penduduk perlu dilakukan pengembangan wilayah dengan membuka hutan yaitu ke arah tenggara. Kiai Patih Alus mengusulkan agar Mas Astrotruno, putra angkat Bupati Ronggo Suroadikusumo, menjadi orang yang menerima tugas untuk membuka hutan tersebut. usul itu diterima oleh Kiai Ronggo-Besuki, dan Mas Astrotruno juga sanggup memikul tugas tersebut. Kemudian Kiai Ronggo Suroadikusumo terlebih dahulu menikahkan Mas Astotruno dengan Roro Sadiyah yaitu putri Bupati Probolinggo Joyolelono. Mertua Mas Astrotruno menghadiahkan kerbau putih “Melati” yang dongkol (tanduknya melengkung ke bawah) untuk dijadikan teman perjalanan dan penuntun mencari daerah-daerah yang subur.

Pengembangan wilayah ini dimulai pada 1789, selain untuk tujuan politis juga sebagai upaya menyebarkan agama Islam mengingat di sekitas wilayah yang dituju penduduknya masih menyembah berhala. Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno, dan Jati Truno berangkat melaksanakan tugasnya menuju arah selatan, menerobos wilayah pegunungan sekitar Arak-arak “Jalan Nyi Melas”. Rombongan menerobos ke timur sampai ke Dusun Wringin melewati gerbang yang disebut “Lawang Seketeng”. Nama-nama desa yang dilalui rombongan Mas Astrotruno, yaiitu Wringin, Kupang, Poler dan Madiro, lalu menuju selatan yaitu desa Kademangan dengan membangun pondol peristirahatan di sebelah barat daya Kademangan (diperkirakan di Desa Nangkaan sekarang).

Desa-desa yang lainnya adalah disebelah utara adalah Glingseran, Tamben dan Ledok Bidara. disebelah Barat terdapat Selokambang, Selolembu. sebelah timur adalah Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Praje,kan dan Wonoboyo. Sebelah selatan terdapat Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang, Menampu, Kencong, Keting. Jumlah Penduduk pada waktu itu adalah lima ratus orang, sedangkan setiap desa dihuni, dua, tiga, empat orang. kemudian dibangunlah kediaman penguasa di sebelah selatan sungai Blindungan, di sebelah barat Sungai Kijing dan disebelah utara Sungai Growongan (Nangkaan) yang dikenal sebagai “Kabupaten Lama” Blindungan, terletak ±400 meter disebelah utara alun-alun.

Pekerjaan membuka jalan berlangsung dari tahun 1789-1794. Untuk memantapkan wilayah kekuasaan, Mas Astrotruno pada tahun 1808 diangkat menjadi demang dengan gelar Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno, dan sebutannya adalah “Demang Blindungan”. Pembangunan kotapun dirancang, rumah kediaman penguasa menghadap selatan di utara alun-alun. Di mana alun-alun tersebut semula adalah lapangan untuk memelihara kerbau putih kesayangan Mas Astrotruno, karena disitu tumbuh rerumputan makanan ternak. lama kelamaan lapangan itu mendapatkan fungsi baru sebagai alun-alun kota. Sedangkan di sebelah barat dibangun masjid yang menghadap ke timur. Mas Astrotruno mengadakan berbagai tontonan, antara lain aduan burung puyuh (gemek), sabung ayam, kerapan sapi, dan aduan sapi guna menghibur para pekerja. tontonan aduan sapi diselenggarakan secara berkala dan menjadi tontonan di Jawa Timur sampai 1998. Atas jasa-jasanya kemudian Astrotruno diangkat sebagai Nayaka merangkap Jaksa Negeri.

Dari ikatan Keluarga Besar “Ki Ronggo Bondowoso” didapat keterangan bahwa pada tahun 1809 Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno dianggkat sebagi patih berdiri sendiri (zelfstanding) dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Dia dipandang sebagai penemu (founder) sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler) di Bondowoso. Adapun tempat kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan, dengan adanya pembangunan kota diubah namanya menjadi Bondowoso, sebagai ubahan perkataan Wana Wasa. Maknanya kemudian dikaitkan dengan perkataan Bondo, yang berarti modal, bekal, dan woso yang berarti kekuasaan. makna seluruhnya demikian: terjadinya negeri (kota) adalah semata-mata karena modal kemauan keras mengemban tugas (penguasa) yang diberikan kepada Astrotruno untuk membabat hutan dan membangun kota.

Meskipun Belanda telah bercokol di Puger dan secara administrtatif yuridis formal memasukan Bondowoso kedalam wilayah kekuasaannya, namun dalam kenyataannya pengangkatan personel praja masih wewenang Ronggo Besuki, maka tidak seorang pun yang berhak mengklaim lahirnya kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi Kertonegoro. Hal ini dikuatkan dengan pemberian izin kepada Dia untuk terus bekerja membabat hutan sampai akhir hayat Sri Bupati di Besuki.

Pada tahun 1819 Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat meningkatkan statusnya dari Kademangan menjadi wilayah lepas dari Besuki dengan status Keranggan Bondowoso dan mengangkat Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dengan gelar Mas Ngabehi Kertonegoro, serta dengan predikat Ronngo I. Hal ini berlangsung pada hari Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H atau 17 agustus 1819. Peristiwa itu kemudian dijadikan eksistensi formal Bondowoso sebagai wilayah kekuasaan mandiri di bawah otoritas kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso. Kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso meliputi wilayah Bondowoso dan Jember, dan berlangsung antara 1829-1830.

Pada 1830 Kiai Ronggo I mengundurkan diri dan kekuasaannya diserahkan kepada putra keduanya yang bernama Djoko Sridin yang pada waktu itu menjabat Patih di Probolinggo. Jabatan baru itu dipangku antar 1830-1858 dengan gelar M Ng Kertokusumo dengan predikat Ronggo II, berkedudukan di Blindungan sekarang atau jalan S Yudodiharjo (jalan Ki Ronggo) yang dikenal masyarakat sebagi “Kabupaten lama”.Setelah mengundurkan diri, Ronggo I menekuni bidang dakwah agama Islam dengan bermukim di Kebun Dalem Tanggul Kuripan (Tanggul, Jember), Ronggo I wafat pada 19 Rabi’ulawal 1271 H atai 11 Desember 1854 dalam usia 110 tahun. jenazahnya dikebumikan disebuah bukit (Asta Tinggi) di Desa Sekarputih. Masyarakat Bondowoso menyebutnya sebagai “Makam Ki Ronggo”.

Pemerintahan

sunting

Daftar Bupati

sunting
No Bupati[10] Mulai menjabat Akhir menjabat Prd. Ket. Wakil Bupati
1 R.M.N. Kerto Negoro
Raden Bagus Asra
1819 1830 1
2 R. II M.N. Kertokoesoemo
Djoko Sridin
1830 1850 2
3 R.T.A. Abdoerahman Wirodipuro 1850 1866 3
1866 1879 4
4 R.T. Wondokoesoemo 1879 1891 5
5 K.R.T.A.A Kertosoebroto
Ismail
1891 1908 6
6 R.T. Sentot Sastroprawiro 1908 1925 7
7 R.T.A. Tirtohadi Sewojo 1925 1928 8
8 R.T. Prodjodiningrat 1928 1934 9
9 R.T. Herman Hidajat 1934 1938 10
10 R.T. Sjafioedin Admosoedirdjo 1938 1945 11
11 R. Soetandoko 1945 1946 12
12 RT. Saleh Soerjoningprodjo 1946 1949 13
13 RT. Badroes Sapari 1949 1950 14
14 RT. Koesno Koesoemowidjojo 1950 1951 15
15 RT. Iskandar Z. Soedarmo Soemodiprodjo 1951 1956 16
16 R. Soejarwo 1957 1957 17
17 R. Soetowo 1957 1958 18
18 Djoemadi Moespan 1958 1959 19
19 R. Soetowo 1960 1964 20
20 R. Soemarto Partomihardjo 1964 1965 21
21 Mayor
R. Arifin Djauharman
1965 1973 22
22 Kolonel
R. Soerono
1973 1978 23
23 Kolonel
Mochammad Suwardhi
1978 1983 24
24 Kolonel H.
Mochammad Rivai
1983 1988 25
25 Kolonel H.
Agus Sarosa
1988 1993 26
1993 1998 27
26 Dr. H.
Mashoed
M.Si
1998 2003 28
2003 2008 29 Drs. KH.
Salwa Arifin
27 Drs. H.
Amin Said Husni
2008 2013 30 H.
A. Haris Son Haji
ST, MM
2013 2018 31 Drs. KH.
Salwa Arifin
28 Drs. KH.
Salwa Arifin
2018 2023 32 H.
Irwan Bachtiar Rachmat
SE, M.Si
Singkatan Nama Bangsawan
  • R.M.N. = Ronggo Mas Ngabehi
  • R.T.A. = Raden Tumenggung Adipati
  • R.T. = Raden Tumenggung
  • R. = Raden
  • K.R.T.A.A. = Kanjeng Raden Tumenggung Ario Adipati


Dewan Perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bondowoso dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009–2014[11] 2014–2019[12] 2019–2024[13] 2024–2029[14]
PKB 6   12   14   16
Gerindra (baru) 0   3   4   4
PDI-P 5   8   7   5
Golkar 4   5   6   7
NasDem (baru) 3   0   0
Gelora (baru) 1
PKS 5   5   5   2
Hanura (baru) 1   0   0   0
PAN 1   1   1   0
Demokrat 3   3   2   3
PPP 5   5   6   7
Barnas (baru) 1
PKNU (baru) 12
PKPB 1
PPRN (baru) 1
Jumlah Anggota 45   45   45   45
Jumlah Partai 12   9   8   8

Kecamatan

sunting

Kabupaten Bondowoso terdiri dari 23 kecamatan, 10 kelurahan, dan 209 desa (dari total 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa di Jawa Timur). Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 781.753 jiwa dengan luas wilayah 1.525,97 km² dan sebaran penduduk 512 jiwa/km².[15][16]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bondowoso, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
35.11.20 Binakal 8 Desa
35.11.11 Bondowoso 7 4 Desa
Kelurahan
35.11.22 Botolinggo 8 Desa
35.11.15 Cermee 15 Desa
35.11.07 Curahdami 1 11 Desa
Kelurahan
35.11.06 Grujugan 11 Desa
35.11.23 Jambesari Darus Sholah 9 Desa
35.11.14 Klabang 11 Desa
35.11.01 Maesan 12 Desa
35.11.17 Pakem 8 Desa
35.11.16 Prajekan 7 Desa
35.11.05 Pujer 11 Desa
35.11.19 Sempol 6 Desa
35.11.04 Sukosari 4 Desa
35.11.18 Sumberwringin 6 Desa
35.11.21 Taman Krocok 7 Desa
35.11.02 Tamanan 9 Desa
35.11.10 Tapen 9 Desa
35.11.13 Tegalampel 1 7 Desa
Kelurahan
35.11.08 Tenggarang 1 11 Desa
Kelurahan
35.11.03 Tlogosari 10 Desa
35.11.12 Wringin 13 Desa
35.11.09 Wonosari 12 Desa
TOTAL 10 209

Kependudukan

sunting

Mayoritas penduduk kabupaten Bondowoso adalah Suku Madura Pendalungan, dengan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso tahun 2018 sebesar 791,838 jiwa, yang terdiri dari 394,883 jiwa penduduk laki-laki dan 396,955 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 23 kecamatan. Ini mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar 10.323 jiwa atau sebesar 1,42 %. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bondowoso sebesar 72.714 jiwa dan terendah di Kecamatan Sempol 8.103 jiwa. Angka kepadatan penduduk mencapai 471 jiwa/km2.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bondowoso tahun 2008 yang terdiri dari empat komponen yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf orang dewasa, rata-rata sekolah dan paritas daya beli pada tahun 2008 sebesar 59,54. Meningkat dari tahun 2007 sebesar 59,05. Kecamatan dengan IPM tertinggi yaitu Kecamatan Bondowoso sebesar 68,58, dan IPM terendah di Kecamatan Sumberwringin sebesar 53,23.

Kesehatan

sunting

Upaya penyehatan manusia dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dapat dilakukan dengan cara menggerakkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, keluarga yang sadar gizi serta menjadikan seluruh desa menjadi desa siaga.

Dalam rangka menuju Bondowoso Sehat tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui dinas terkait telah melakukan beberapa upaya, antara lain revitalisasi RSU, Puskesmas, Polindes, Posyandu dan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja masing-masing sarana kesehatan tersebut dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Bondowoso sendiri saat ini telah terdapat sebuah Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi dengan tipe B. Juga terdapat sebuah Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri,Rumah Sakit Swasta RS Mitra Medika,dan Klinik Kusuma Bakti. Puskesmas tersebar di seluruh kecamatan. Khusus di Kecamatan Bondowoso terdapat tiga Puskesmas.

Pendidikan

sunting

Pembangunan bidang pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso, yang dilakukan dengan cara memperluas dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Ini dikarenakan masih adanya penduduk yang tidak tamat sekolah, putus sekolah dan bahkan tidak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Bondowoso berupaya agar tingkat pendidikan masyarakat meningkat. Mulai dari pemenuhan sarana dan parasarana pendidikan formal hingga penyelenggaraan pendidikan luar sekolah salah satunya dengan Pemberantasan Buta Aksara (PBA), di mana Kabupaten Bondowoso telah dideklarasikan sebagai kabupaten bebas buta aksara oleh Presiden RI dengan diterimanya penghargaan Anugerah Aksara Tingkat Utama dari Presiden Republik Indonesia. Fasilitas pendidikan dasar tersebar di semua kecamatan. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMA sederajat terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Untuk pendidikan tinggi berada di Kecamatan Bondowoso yaitu Universitas Bondowoso, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) At Taqwa dan Program Diploma III Keperawatan.

  • SMP Negeri 1 Bondowoso
  • SMP Negeri 2 Bondowoso
  • SMP Negeri 3 Bondowoso
  • SMP Negeri 4 Bondowoso
  • SMP Negeri 5 Bondowoso
  • SMP Negeri 2 Tenggarang
  • SMP Negeri 6 Bondowoso
  • SMP Negeri 7 Bondowoso
  • SMPK Indra Prastha Bondowoso
  • MTSN 1 Bondowoso
  • MTSN 2 Bondowoso
  • MTS At-Taqwa

SMA/MA

sunting
  • SMA Negeri 1 Tenggarang
  • SMA Negeri 1 Bondowoso
  • SMA Negeri 2 Bondowoso
  • SMA Negeri 3 Bondowoso
  • SMA Negeri 1 Tapen
  • SMA Negeri 1 Prajekan
  • SMA Negeri 1 Klabang
  • SMA Negeri 1 Pujer
  • MAN Bondowoso
  • Atqia Institute
  • SMK Negeri 1 Bondowoso
  • SMK Negeri 2 Bondowoso
  • SMK Negeri 3 Bondowoso
  • SMK Negeri 4 Bondowoso
  • SMK Negeri 1 Grujugan
  • SMK Negeri 1 Tlogosari

Kebudayaan Nasional

sunting

Terdapat lima suku/etnis di Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura. Minoritas lainnya adalah minoritas nonpribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina yang terdapat di ibu kota kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa (dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan hampir dua pertiga penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali dan hanya berbahasa Madura dalam kesehariannya.

Arkeologi

sunting

Di kabupaten Bondowoso terdapat sejumlah situs megalitik, tepatnya 12 situs, di mana ditemukan dolmen, punden berundak, menhir, sarkofagus, kubur batu, batu kenong, pelinggih dan stunchambers (batu ruang). Ada juga Goa Buto, Ekopak, Abris Saus Roche dan Area Batu.

Keagamaan

sunting

Hampir semua penduduknya beragama islam, sedangkan penduduk kristen, tionghoa, dan konghuchu tinggal di ibu kota. Fasilitas peribadatan islam (masjid maupun mushola) tersebar di seluruh Kabupaten Bondowoso. Masjid terbesar di Bondowoso yaitu Masjid Jami’ At Taqwa yang berada di sebelah barat alun-alun Bondowoso. Khusus untuk gereja katolik, Pura dan Vihara terletak di Kecamatan Bondowoso. Di Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kabupaten tapal kuda, tersebar pondok-pondok pesantren, di mana jumlah pondok pesantren dan jumlah santri setiap tahun selalu bertambah.

Ekonomi

sunting

Industri

sunting

Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri menengah dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan nilai produksinya sebesar Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %.

Perdagangan

sunting

Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan signifikan. Ini ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat 7,75% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar. Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko/ ruko. Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan swalayan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/ mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-buahan disediakan tempat di Jalan Veteran.

Lembaga Keuangan

sunting

Lembaga keuangan/ perbankan di samping untuk perorangan juga mempunyai peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank baik bank pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 2008 tetap seperti tahun sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Jatim. Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank Buana, Bank Danamon Simpan Pinjam dan Bank Bukopin. Untuk bank swasta asing/campuran yaitu BCA dan Bank Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit serta Bank Perkreditan Rakyat berjumlah 5 unit yaitu BPR Bintang Mas, Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas.

Pariwisata

sunting
 
Pemandian "Tasnan" pada tahun 1920-an

Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RTRW Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso yaitu:

1.Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin, dengan objek wisata:

  1. Wisata Kawah Ijen, Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung
  2. Wisata Air Terjun Blawan dan Gua Stalagtit
  3. Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan
  4. Wisata Agro Kopi Kalisat
  5. Wisata Air Terjun Puloagung–Sukorejo

2.Kawasan Wisata Terpadu Lereng Argopuro di Kecamatan Pakem, dengan objek wisata:

  1. Wisata Agro Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
  2. Wisata Air Terjun Tancak Kembar
  3. Wisata Pendakian Pegunungan Hyang (Gunung Argopuro)

3. Kawasan Wisata Pemandangan Arak-arak di Kecamatan Wringin;

4. Kawasan Wisata Pendakian Gunung Raung di Kecamatan Sumberwringin;

5. Kawasan Wisata Panjat Tebing Alam Patirana di Kecamatan Grujugan;

6. Kawasan Wisata Pemandian Tasnan di Kecamatan Grujugan;

7. Kawasan Wisata Sejarah Sarkopage di Kecamatan Grujugan, Maesan, Wringin, Tegalampel, Bondowoso, Wonosari, Tamanan, Jambesari Darussholah, Prajekan, Tlogosari dan Sempol;

8. Kawasan Wisata Rekreasi Alun-alun Bondowoso;

9. Kawasan Wisata Ziarah Makam Ki Ronggo di Kecamatan Tegalampel;

10. Kawasan Wisata Budaya Pedepokan Gema Buana di Kecamatan Prajekan;

11 .Kawasan Wisata Kerajinan Kuningan Cindogo di Kecamatan Tapen;

12. Kawasan Wisata Bendung Sampean Baru di Kecamatan Tapen;

13. Kawasan Wisata Budaya Upacara Adat Desa Blimbing di Kecamatan Klabang;

14. Kawasan Wisata Arung Jeram Bosamba di Kecamatan Taman Krocok dan Tapen.

15. Kawasan wisata aduan sapi yang ada di kecamatan tapen

Dalam mendukung pariwisata, di Kabupaten Bondowoso juga disediakan sarana akomodasi penginapan yang memadai bagi wisatawan. Pada tahun 2008 ini jumlah hotel di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 11 hotel. Satu hotel bintang 3 yaitu Hotel Ijen View di Jalan KIS Mangunsarkoro. Sedangkan lainnya yaitu hotel melati. Enam hotel di Kota Bondowoso yaitu Palm, Anugerah, Baru, Slamet, Kinanti dan Grand serta 4 hotel di luar Kota Bondowoso yaitu Arabica, Catimore, Jampit, dan Wisata Asri.

Transportasi

sunting
 
Stasiun kereta api Bondowoso pada tahun 1927-1929

Prasarana transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol. Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi. Bondowoso juga tidak terdapat jembatan timbang. Sarana transportasi berupa bus umum yang terdiri dari bus antar kota dalam provinsi dan luar provinsi. MPU dan angkutan desa melayani trayek antar kota dan antar kecamatan. Di dalam kota sarana transportasi berupa becak dan dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di pinggiran kota.

Jalan Raya

sunting

Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bondowoso Tahun 2007, sistem prasarana jalan berdasarkan hierarki dan fungsi pelayanan di Kabupaten Bondowoso terdiri dari jalan kolektor primer, lokal primer dan lokal sekunder, yaitu:

  1. Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara ibu kota Kabupaten Bondowoso dengan ibu kota kabupaten sekitarnya, yaitu:
    • Jalan penghubung Bondowoso – Situbondo (Bondowoso-Tenggarang-Wonosari-Tapen-Klabang-Prajekan-Widuri);
    • Jalan penghubung Bondowoso – Banyuwangi (Bondowoso-Tenggarang Wonosari-Garduatak-Sukosari-Sempol-Paltuding);
    • Jalan penghubung Bondowoso – Jember (Bondowoso-Grujugan-Maesan-Suger Lor);
    • Jalan penghubung Bondowoso – Besuki (Bondowoso-Pal 9-Wringin-Arak-arak)
  2. Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota Bondowoso dengan kota ordo II dan ordo III kabupaten dan ibu kota kabupaten yaitu:
    • Jalan Bondowoso – Tegalampel – Taman Krocok
    • Jalan Wonosari – Taman Krocok
    • Jalan Widuri – Cermee
    • Jalan Klabang – Botolinggo
    • Jalan Bondowoso – Curahdami – Binakal
    • Jalan Tenggarang (Bataan) – Pujer – Tlogosari
    • Jalan Sukosari (Sumbergading) – Sumberwringin
    • dan jalan-jalan yang menghubungkan pusatkawasan perkotaan dengan kawasan perdagangan dan jasa, industri, wisata dan perkantoran.
  3. Jalan lokal primer dan sekunder yang potensial sebagai jalan tembus antar kabupaten yaitu:
    • Jalan Bondowoso (Koncer) – Grujugan Kidul – Tamanan – Sukowono Kabupaten Jember;
    • Jalan Maesan–Sukowono Kabupaten Jember;
    • Jalan Cermee – Panji Kabupaten Situbondo;
    • Jalan Klabang – Wonoboyo–Kendit – Panarukan Kabupaten Situbondo;
  4. Jalan lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan permukiman baik permukiman perkotaan maupun perdesaan dengan kawasan perdagangan dan pemerintahan yang ada simpul-simpul kota di wilayah Kabupaten Bondowoso.

Tahun 2007 total panjang jalan di Kabupaten Bondowoso 1.286,550 km yang terdapat pada pada 323 ruas jalan, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 734,417 km (57,08%), jalan makadam 140,530 km (10,92%) dan jalan tanah sepanjang 411,603 km (32,00%). Untuk jembatan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 267 buah sepanjang 1.958,50 meter.

Transportasi lain

sunting

Stasiun

sunting

Kabupaten Bondowoso memiliki 9 stasiun di Jalur kereta api Kalisat–Panarukan yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya:

Makanan khas

sunting

Makanan khas Bondowoso adalah Tape manis Bondowoso, yang umumnya dikemas dalam bèsèk (anyaman dari bambu berbentuk kotak). Tape ini terbuat dari Singkong, wisatawan mancanegara menyebutnya fermented of Cassava, mirip seperti Peyeum di Jawa Barat. Tapi rasa tape manis bondowoso lebih khas. Banyak wistawan dari luar bondowoso yang rela datang ke bondowoso hanya untuk membeli tape manis ini merk tape manis yang terkenal antara lain Tape manis 82, Tape manis 31, Tape manis Tjap Enak, Mana Lagi, 66, 17, dll. Toko penjual tape manis Bondowoso pada umumnya terkonsentrasi di Jalan Jenderal Sudirman dan Teuku Umar atau lebih dikenal daerah Pecinan. Jl jenderal sudirman. Selain Tape, makanan khas turunan dari Tape juga banyak dijual di Bondowoso seperti Suwar-suwir, dodol Tape, Tape bakar dll.

Referensi

sunting
  1. ^ Lambang Kabupaten Bondowoso, ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang Lambang Daerah Kabupaten Bondowoso, 1972.
  2. ^ a b "Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2021" (pdf). www.bondowosokab.bps.go.id. hlm. 9, 57. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-13. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  3. ^ "Visualisasi Data Kependuduakan - Kementerian Dalam Negeri 2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  4. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Bondowoso". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 20 September 2020. 
  5. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  6. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 13 April 2021. 
  7. ^ "Bondowoso, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 8 September 2020. 
  8. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 76-78 & 141-143. Diakses tanggal 8 September 2024. 
  9. ^ "Bondowoso, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 8 September 2020. 
  10. ^ "Bupati dan Wakil Bupati Bondosowo". Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Bondosowo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-24. Diakses tanggal 28 Januari 2019. 
  11. ^ "Kabupaten Bondowoso Dalam Angka 2013". Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. 13-09-2013. Diakses tanggal 09-07-2023. 
  12. ^ qusyairi, rouf (2014-04-22). "Dapat Limpahan PKNU, PKB Rajai Bondowoso". FPKB DPR RI. Diakses tanggal 2023-07-09. 
  13. ^ "KPU Bondowoso Tetapkan Anggota DPRD Pemilu 2019, PKB Borong 14 Kursi". Pemerintahan. 2019-07-23. Diakses tanggal 2019-09-22. 
  14. ^ kpubondowoso. "Instagram". www.instagram.com. Diakses tanggal 2024-06-17. 
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar

sunting