Kabupaten Raja Ampat

kabupaten di Provinsi Papua Barat Daya, Indonesia


Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat Daya, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Waisai, dimana Waisai menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat. Kabupaten ini memiliki 610 pulau, termasuk kepulauan Raja Ampat. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama. Kabupaten ini memiliki total luas 67.379,60 km² dengan rincian luas daratan 7.559,60 km² dan luas lautan 59.820,00 km².[1][6]

Kabupaten Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat
Lambang resmi Kabupaten Raja Ampat
Julukan: 
The Paradise of Papua
Motto: 
Mbilin Kayam
Peta
Peta
Kabupaten Raja Ampat di Maluku dan Papua
Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat
Peta
Kabupaten Raja Ampat di Indonesia
Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat (Indonesia)
Koordinat: 0°30′S 130°00′E / 0.5°S 130°E / -0.5; 130
Negara Indonesia
ProvinsiPapua Barat Daya
Tanggal berdiri12 April 2003
Dasar hukumUU Nomor 26 Tahun 2002/LN Nomor 129 Tahun 2002
Ibu kotaKota Waisai
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiH. Abdul Faris Umlati[3]
 • Wakil BupatiOrideko Iriano Burdam
 • Sekretaris DaerahYusup Salim
Luas
 • Total7.559,60 km2 (2,918,78 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[4]
 • Total70.810
 • Kepadatan9,4/km2 (24/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 35,95% Islam
  • 0,08% Hindu
  • 0,01% Buddha[4]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Biak, Ma'ya, Melayu Papua, Samate
 • IPMKenaikan 66,00 (2023)
 sedang [5]
Zona waktuUTC+09:00 (WIT)
Kode BPS
9108 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0923
Pelat kendaraanPB xxxx R*
Kode Kemendagri92.05 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 722.606.815.000.- (2020)
Flora resmiAnggrek Dendrobium Azureum
Fauna resmiMaleo Waigeo
Situs webwww.rajaampatkab.go.id

Sejarah

sunting

Menurut cerita mitos masyarakat asli Raja Ampat, pada suatu hari seorang wanita menemukan tujuh telur, empat diantaranya berubah menjadi pangeran dan tiga sisanya menjadi seorang wanita, hantu, dan sebuah batu. Keempat pangeran tadi berpisah lalu masing-masing berkuasa di Waigeo (Wawiyai), Salawati (Samate), Misool Barat (Waigama) dan Misool Timur (Lilinta). Sedangkan kerajaan di Salawati selatan di Sailolof didirikan oleh fun Mo, seorang suku Moi yang juga berasal dari telur burung baikole, menikah dengan putri raja Waigeo, Pinfun Libit.[7]

Dilihat dari sisi sejarah, Kepulauan Raja Ampat di abad ke-15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku setelah sebelumnya wilayah ini berhubungan dengan Kesultanan Bacan. Setelah ekspansi melalui hubungannya dengan Gurabesi, Sultan Tidore menjalankan pemerintahan dan memungut upeti dari wilayah ini melalui raja-raja lokal yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool, dan Waigama. Sedangkan Sailolof yang pendirinya tidak memiliki hubungan darah dengan kerajaan lain juga memiliki hubungan yang sama dengan Tidore.

Istilah 4 orang Raja (Waigama jika menurut sudut pandang Tidore atau Sailolof jika menurut sudut pandang lokal) dalam yang memerintah di gugusan kepulauan itulah yang menjadi awal dari nama Kalana Fat atau Raja Ampat.

Keindahan Alam

sunting

Raja Ampat dikenali dengan keindahan laut dan pemandangannya. Pulau ini diakui sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati terumbu karang terbesar di dunia. Dengan lebih dari 550 varietas karang yang berbeda, 700 jenis moluska, dan 1.427 spesies ikan yang berbeda, wilayah ini merupakan pusat keanekaragaman hayati laut yang signifikan. Tujuh puluh lima persen dari seluruh spesies karang yang diketahui dapat ditemukan di perairan sekitar Kepulauan Raja Ampat, yang merupakan rumah bagi beberapa spesies paling beragam di dunia.[8]

Geografi

sunting

Kabupaten Raja Ampat adalah kabupaten yang wilayahnya sebagian besar terdiri dari gugusan pulau yang terletak pada posisi 2°25' lintang utara – 4°25' lintang selatan dan 130° – 132° 55’ bujur timur. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ±6.084,5 km². Kabupaten ini terdiri dari kurang lebih 600 buah pulau besar dan kecil, yang termasuk ke dalam pulau besar diantaranya adalah Pulau Salawati; Pulau Butanta; Pulau Misool dan Pulau Waigeo yang merupakan pulau non vulkanik, berbukit-bukit yang sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis yang lebat. Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara pulau besar tersebut ada yang merupakan pulau karang dan pulau non vulkanik yang banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa dan semak belukar.[9]

Batas wilayah

sunting

Berikut adalah batas wilayah Kabupaten Raja ampat:

Utara Samudera Pasifik
Timur Kota Sorong & Kabupaten Sorong
Selatan Laut Seram
Barat Laut Seram & Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara

Topografi

sunting

Kabupaten Raja Ampat sebagai wilayah kepulauan, maka memiliki wilayah daratan yang relatif tidak besar dan pada umumnya topografi daerahnya didominasi oleh wilayah perbukitan yang masih dipenuhi dengan hutan alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak sampai dengan yang masih perawan, pantai dalam dan hutan mangrove.

Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non-vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis yang cukup lebat. Di Pulau Waigeo terdapat gunung Nokh dengan ketinggian 715 mdpl. Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara empat kepulauan tersebut ada yang berupa pulau karang dan pulau non vulkanik, pulau-pulau kecil tersebut pada umumnya ditumbuhi oleh tanaman kelapa, semak-belukar dan pohon-pohon kecil.

Kemiringan lahan wilayah perencanaan merupakan lahan dengan kemiringan antara 0% sampai dengan di atas 40%. Sebagian wilayah berupa pegunungan daerah lereng-lereng yang curam seperti di Pulau Batanta, Pulau Waigeo, dan Pulau Salawati. Daerah pegunungan ini dapat mencapai 100 - 300 meter di atas permukaan laut. Wilayah dengan ketinggian di bawah 100 meter dpl umumnya terdapat pada Pulau Salawati bagian selatan. Jika dilihat dari fisiografinya, maka Kabupaten Raja Ampat bagian utara, yaitu Pulau Waigeo dan sebagian Pulau Batanta didominasi oleh pegunungan. Sedangkan pada bagian tengah terutama Pulau Salawati cukup luas daerah datarnya. Untuk Pulau Misool walaupun sebagian besar daerahnya pegunungan, tetapi pada bagian tengah pulau terdapat daerah yang datar.[9]

Geologi dan Hidrologi

sunting

Kondisi geologi Kabupaten Raja ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk pada masa kuarter. Jenis tanah yang ada disusun oleh batuan dabas, neogen dan terdapat batu gamping yang membentuk bukit-bukit rendah. Pada umumnya batu gamping tersebut bersifat padat dan mengandung pasir seperti batu gamping facet, daram, atkari, zaag, openta, sagewin, dan bogal. Sumber utama batu gamping berasal dari terumbu gamping yang berasal dari binatang laut.

Perbedaan posisi pembentukan batuan ini menimbulkan perbedaan dalam proses sedimentasinya sehingga terbentuk berbagai macam batu gamping tersebut. Jenis batuan lain di wilayah ini adalah batuan sedimen konglomerat yang penyusunannya terdiri dari balian yang tahan lapuk yaitu berupa konglomerat aneka bahan. Batuan breksi yeffman dengan butiran yang lebih besar, fragmen menyudut yang umumnya terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan, dalam massa dasar yang lebih halus atau tersemenkan.

Golongan batuan sedimen berupa pasir juga terdapat di wilayah ini dengan kiasifikasi batu pasir dalam. Batuan sedimen serpih yang mempunyai sifat seperti lempung. Batuan serpih di mana pada bidang-bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih dengan klasifikasi serpih lebih juga terdapat di wilayah ini. Beberapa formasi batuan yang terdapat di wilayah ini adalah Formasi Yaben, Formasi Klasafet, Formasi Waigeo, Formasi Rumai, Formasi Yarefl, Formasi Demu, dan Formasi Fafanlaf. Batu metamorf yang ada adalah batuan malihan ligu sedangkan batuan beku terdapat di batuan gunung api Batanta dan batuan Gunung Dore.

Kondisi air wilayah perencanaan secara umum masih baik karena kondisi alam yang masih alami. Beberapa sungai yang cukup besar terdapat di Pulau Waigeo di antaranya adalah Sungai Bayon dengan panjang ± 4 km dan Sungai Kamtabai, dan Sungai Kasim di Pulau Misool bagian barat. Bila dilihat potensi air tanahnya, sebagian besar wilayah daratan di Kabupaten Raja Ampat tidak memiliki air tanah tawar kecuali di pulau-pulau besar seperti Pulau Waigeo, Salawati, dan Misool.[9]

Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Raja Ampat beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Curah hujan maksimum di wilayah ini berlangsung pada periode MeiJuli dengan curah hujan bulanan lebih dari 220 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Raja Ampat berkisar antara 2.000–3.000 mm per tahun dengan j umlah hari hujan di wilayah ini berkisar antara 170–230 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah ini berkisar antara 22°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi ±83%.

Data iklim Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.3
(84.7)
30.1
(86.2)
31.1
(88)
32.3
(90.1)
31.1
(88)
30.5
(86.9)
29.6
(85.3)
30.4
(86.7)
31.6
(88.9)
32.5
(90.5)
33.1
(91.6)
31.2
(88.2)
31.07
(87.93)
Rata-rata harian °C (°F) 26
(79)
25.8
(78.4)
26.9
(80.4)
27
(81)
27
(81)
26.6
(79.9)
25.1
(77.2)
26.2
(79.2)
27.5
(81.5)
28.1
(82.6)
27.4
(81.3)
26.6
(79.9)
26.68
(80.12)
Rata-rata terendah °C (°F) 23.7
(74.7)
23.6
(74.5)
23.8
(74.8)
23.8
(74.8)
22.9
(73.2)
22.7
(72.9)
22.3
(72.1)
22.4
(72.3)
23.5
(74.3)
23.7
(74.7)
24
(75)
23.9
(75)
23.36
(74.02)
Presipitasi mm (inci) 177
(6.97)
180
(7.09)
197
(7.76)
213
(8.39)
296
(11.65)
326
(12.83)
307
(12.09)
240
(9.45)
208
(8.19)
170
(6.69)
164
(6.46)
162
(6.38)
2.640
(103,95)
Rata-rata hari hujan 16 16 17 17 18 19 19 18 17 15 14 14 200
% kelembapan 82 82 83 84 85 86 86 85 84 82 81 81 83.4
Rata-rata sinar matahari bulanan 176 170 167 163 152 147 151 162 165 177 188 186 2.004
Sumber #1: Climate-Data.org[10]
Sumber #2: Weatherbase[11]

Pemerintahan

sunting

Bupati

sunting
No Bupati Mulai Menjabat Selesai Menjabat Prd. Wakil Bupati
(2)   Abdul Faris Umlati 26 Februari 2021 Petahana 4
(2020)
  Orideko Burdam

Dewan Perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Raja Ampat dalam dua periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019[12] 2019-2024[13] 2024-2029[14]
Gerindra 1   1   3
PDI-P 1   0   0
Golkar 5   4   2
NasDem 3   1   2
PKS 1   2   2
Hanura 2   2   3
Garuda (baru) 0   1
PAN 1   1   1
Demokrat 4   9   6
PKPI 2   0
Jumlah Anggota 20   20   20
Jumlah Partai 9   7   8

Kecamatan

sunting

Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 24 kecamatan, 4 kelurahan, dan 117 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 36.818 jiwa dengan luas wilayah 2.773,74 km² dan sebaran penduduk 13 jiwa/km².[15][16]

Demografi

sunting

Penduduk

sunting

Penduduk kabupaten Raja Ampat pada tahun 2019 berjumlah 93.918 jiwa dengan rincian 50.292 jiwa laki-laki dan 43.626 perempuan. Penduduk terbanyak berada di ibukota kabupaten, yakni kota Waisai, sebanyak 32.499 jiwa, dengan kepadatan 125,85 jiwa/km². Sementara penduduk paling sedikit berada di distrik kecamatan Salawati Barat yakni 1.463 jiwa, 764 laki-laki dan 699 perempuan.[1]

Penduduk kabupaten Raja Ampat mayoritas memeluk agama Kristen. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri 2024, pemeluk agama Kristen berjumlah 63,96%, dimana 62,57% adalah Protestan dan sebagian kecil Katolik yakni 1,39%. Pemeluk agama Islam juga cukup signifikan berjumlah 35,95%, kemudian Hindu 0,08% dan Buddha 0,01%.[4]

Suku bangsa

sunting

Sementara itu, etnis yang ada di Raja Ampat cukup beragam. Etnis asli kabupaten ini termasuk suku Ma'ya (Laganyan, Wawiyai, Kawei), Matbat, Ambel Waren, serta suku lainnya yang tersebar di setiap pulau-pulau Raja Ampat.[17] Selain itu, suku pendatang juga cukup banyak terlebih saat ini kabupaten Raja Ampat menjadi kawasan wisata favorit hingga mancanegara. Pendatang dari zaman dahulu hingga modern, seperti suku Biak (Beser, Kafdaron, Usba, dan Wardo), Jawa, Bugis, Minahasa, Batak, dan penduduk asli dari berbagai kabupaten di pulau Papua lainnya, sudah mulai banyak bermukim di Kepulauan Raja Ampat.

Budaya

sunting

Kabupaten Raja Ampat memiliki beragam budaya yang menjadi ciri khas kabupaten ini. Salah satu kebudayaan yang ada di Raja Ampat adalah tradisi Wala. Wala adalah sebuah tradisi lisan berupa nyanyian yang dibawakan bersamaan dengan gerakan tarian.[18] Tradisi Wala dikenal oleh suku Matbat, yang merupakan suku asli dari pulau Misool dan tradisi Wala hanya digelar pada acara tertentu saja. Penduduk di Misool secara umum mengenal Tradisi Wala. Mereka menyebutnya sebagai lan batan o atau lagu tanah, yang mengkisahkan tentang asal usul Batan Me atau lahirnya komunitas di pulau Misool dan persebaran kehidupan masyarakat suku Matbat.[18]

Tradisi ini sempat hampir punah, karena tidak dipelihara oleh penduduk lokal. Namun pada 8 Oktober 2019, tradisi Wala diakui sebagai budaya nasional dan telah dituangkan dalam bentuk sertifikat yang ditandangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Effendy Muhadjir di Jakarta.[18]

Transportasi

sunting

Pada awal Mei 2012, landasan pacu Bandar Udara Marinda sepanjang 1.200 meter telah diresmikan oleh Menteri Perhubungan dan pejabat Raja Ampat. Landasan pacu akan diperpanjang hingga 2.000 meter dan selesai pada 2013.

Ibukota Waisai memiliki dermaga Pelabuhan Laut Waisai yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan. Layanan transportasi yang tersedia antara lain kapal speed yang melayani setiap hari pada pukul 09.00 dan 14.00 WIT dari dan menuju Pelabuhan Rakyat Sorong. Biaya per bulan Oktober 2022 Rp 150.000 (ekonomi) dan Rp 250.000 (VIP).

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka 2020" (pdf). www.rajaampatkab.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-27. Diakses tanggal 2 September 2020. 
  2. ^ a b c d "Permendagri no.137 tahun 2017". 27 Desember 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 12 Juni 2018. 
  3. ^ "Ribuan Warga Sambut Bupati Terpilih Raja Ampat" Diarsipkan 2016-06-04 di Wayback Machine., Tabloit Jubi, 31 Januari 2016
  4. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2024. 
  5. ^ "Indeks Pembangunan Manusia, 2022-2023". www.bps.go.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2024. 
  6. ^ "Sejarah – PORTAL KABUPATEN RAJA AMPAT". Diakses tanggal 2024-02-28. 
  7. ^ Mansoben, Johszua Robert (1995). Sistem Politik Tradisional Di Irian Jaya. Jakarta: LIPI - RUL 1995. hlm. 232–246. ISBN 979-8258-06-1. 
  8. ^ "Raja Ampat Regency | Raja Ampat Biodiversty Eco Resort". Raja Ampat Biodiversity Eco Resort (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-02-28. 
  9. ^ a b c "Profil Raja Ampat" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-03-01. Diakses tanggal 3 November 2020. 
  10. ^ "Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 3 November 2020. 
  11. ^ "Waiwo, Raja Ampat, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 3 November 2020. 
  12. ^ Perolehan Kursi DPRD Raja Ampat 2014-2019
  13. ^ Perolehan Kursi DPRD Raja Ampat 2019-2024
  14. ^ "KPU Tetapkan 20 Calon Terpilih Anggota DPRD Raja Ampat Periode 2024-2029". RRI. 28-05-2024. Diakses tanggal 12-09-2024. 
  15. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  16. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  17. ^ "Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, Dikukuhkan Sebagai Anak Adat Oleh Suku-suku di Pulau Waigeo". www.metrorakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-22. Diakses tanggal 22 Februari 2020. 
  18. ^ a b c "Budaya Wala Sebagai Identitas Suku Matbat di Raja Ampat". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-22. Diakses tanggal 22 Februari 2020. 

Pranala luar

sunting