Kamus

kumpulan kata dan maknanya
(Dialihkan dari Kamus daring)

Kamus,[nota 1] bausastra, atau kitab logat adalah buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Kamus berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal usul (etimologi) suatu kata dan juga contoh penggunaannya. Untuk memperjelas kadang kala terdapat juga ilustrasi di dalam kamus.

Buku kamus bahasa Banjar-Indonesia

Sejarah kata memperlihatkan makna dasar yang terkandung dalam kata kamus, yaitu wadah pengetahuan, khususnya pengetahuan bahasa, yang tidak terhingga dalam dan luasnya. Dewasa ini kamus merupakan khazanah yang memuat perbendaharaan kata suatu bahasa, yang secara ideal tidak terbatas jumlahnya.

Jenis-jenis kamus

sunting

Berdasarkan penggunaan bahasa

sunting
 
Contoh gambar kamus bahasa Jawa-Belanda, keluaran tahun 1903. Kamus ini merupakan kamus dwibahasa

Kamus bisa ditulis dalam satu atau lebih dari satu bahasa. Dengan itu kamus bisa dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

  • Kamus Ekabahasa
    Kamus ini hanya menggunakan satu bahasa. Kata-kata(entri) yang dijelaskan dan penjelasannya adalah terdiri daripada bahasa yang sama. Kamus ini mempunyai perbedaan yang jelas dengan kamus dwibahasa karena penyusunan dibuat berdasarkan pembuktian data korpus. Ini bermaksud definisi makna ke atas kata-kata adalah berdasarkan makna yang diberikan dalam contoh kalimat yang mengandung kata-kata berhubungan. Contoh bagi kamus ekabahasa ialah Kamus Besar Bahasa Indonesia (di Indonesia) dan Kamus Dewan (di Malaysia).
  • Kamus Dwibahasa
    Kamus ini menggunakan dua bahasa, yakni kata masukan daripada bahasa yang dikamuskan diberi padanan atau pemerian takrifnya dengan menggunakan bahasa yang lain. Contohnya: Kamus Inggris-Indonesia, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggris-Melayu;Melayu-Inggris).
  • Kamus Aneka Bahasa
    Kamus ini sekurang-kurangnya menggunakan tiga bahasa atau lebih. Misalnya, kata Bahasa Melayu Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin secara serentak. Contoh bagi kamus aneka bahasa ialah Kamus Melayu-Cina-Inggris Pelangi susunan Yuen Boon Chan pada tahun 2004.

Berdasarkan isi

sunting

Kamus dapat muncul dalam berbagai isi. Hal ini disebabkan kamus diterbitkan dengan tujuan untuk memenuhi keperluan golongan tertentu. Contohnya, golongan pelajar sekolah memerlukan kamus berukuran kecil untuk memudahkan mereka membawa kamus ke sekolah. Secara umumnya kamus dapat dibagi kepada 3 jenis ukuran:

  • Kamus Mini
    Kamus ini sekarang sukar untuk dijumpai. Ini juga dikenal sebagai kamus saku karena kamus ini dapat disimpan dalam saku. Kamus ini memiliki ketebalan kurang dari 2 cm.
  • Kamus Mini
    Kamus berukuran kecil yang biasa dijumpai. Ini merupakan kamus yang mudah untuk dibawa.Kamus Dwibahasa Oxford Fajar (Inggris-Melayu;Melayu-Inggris).
  • Kamus Mini
    Kamus ini memuat segala leksikal yang terdapat dalam satu bahsaa. Setiap perkataannya dijelaskan secara lengkap. Biasanya ukurannya besar dan tidak sesuai untuk dibawa-bawa. Contohnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Kamus Istimewa

sunting
 
Kamus bahasa Jerman dan bahasa Romawi.

Kamus istimewa merujuk kepada kamus yang mempunyai fungsi khusus. Contohnya:

  • Kamus Istilah
    Kamus ini berisi istilah-istilah khusus dalam sebuah bidang tertentu. Fungsinya adalah untuk kegunaan ilmiah. Contohnya Kamus Istilah Fiqh.
  • Kamus Etimologi
    Kamus yang menerangkan asal usul sesuatu perkataan dan maksud asalnya.
  • Kamus Tesaurus (perkataan searti)
    Kamus yang menerangkan maksud sesuatu perkataan dengan memberikan kata-kata searti (sinonim) dan dapat juga kata-kata yang berlawanan arti (antonim). Kamus ini fungsinya ialah untuk membantu para penulis untuk meragamkan penggunaan diksi. Contohnya Tesaurus Bahasa Indonesia.
  • Kamus Peribahasa/Simpulan Bahasa
    Kamus yang menerangkan maksud sesuatu peribahasa/simpulan bahasa. Selain digunakan sebagai rujukan, kamus ini juga sesuai untuk dibaca dengan tujuan keindahan.
  • Kamus Kata Nama Khas
    Kamus yang hanya menyimpan kata nama khas seperti nama tempat, nama tokoh, dan juga nama bagi institusi. Fungsinya adalah untuk menyediakan rujukan bagi nama-nama ini.
  • Kamus Terjemahan
    Kamus yang menyedia kata searti bahasa asing untuk satu bahasa sasaran. Kegunaannya adalah untuk membantu para penerjemah.
  • Kamus Kolokasi
    Kamus yang menerangkan tentang padanan kata, contohnya kata 'terdiri' yang selalu berpadanan dengan 'dari' atau 'atas'.

Cara penyusunan kamus

sunting

Penyusunan kamus biasanya dilakukan secara bertahap dan disusun secara berkelompok (team work).

Secara umum, penyusunan kamus akan melalui prosedur seperti di bawah:

  1. Perancangan
  2. Pembinaan Data Korpus
  3. Pengisihan dan Pengabjadan Data
  4. Pengolahan Data
  5. Pemerian Makna

Perancangan kamus

sunting

Pada peringkat ini, penyusun kamus harus menentukan perkara seperti di bawah:

  • Tujuan Penyusunan Kamus
  • Pendekatan Kerja

Selepas itu, penyusun kamus akan mulai mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan seperti pasukan penyusunnya, modal, komputer dan peralatan yang lain.

Pembinaan data korpus

sunting

Hanya kata-kata yang pernah digunakan oleh masyarakat akan dimasukkan ke dalam kamus. Maka dengan itu, pasukan penyusun kamus akan membaca sejumlah karya untuk mendapatkan kata-kata kutipan yang akan dimasukkan ke dalam kamus nanti. Kata-kata ini akan dicatat ke dalam kartu, satu kata satu kartu, dan kartu-kartu ini disusun mengikuti urutan abjad. Semua kata-kata yang pernah muncul dalam karya yang terbaca akan dicatat. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang berat, tetapi pada zaman sekarang dipermudah dengan bantuan komputer.

Pengisian dan pengabjadan data

sunting

Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat penting. Setiap kata yang telah dicatat akan disusun menurut abjad. Jika tidak, maka kamus tersebut menjadi tidak berguna karena akan sangat sulit untuk mencari arti suatu kata. Secara manual, kerja ini dapat dilakukan dengan mencatat kata-kata kutipan di dalam kartu, satu kata satu kartu, supaya kata-kata ini dapat disusun dengan mudah. Setelah itu kartu-kartu ini akan disimpan dalam katalog.

Pengolahan data

sunting

Setelah kata-kata dikumpulkan dan diabjadkan, maka data ini harus dianalisis. Pada peringkat ini penyusun kamus akan mengklasifikasikan kata-kata ini kepada:

  • Kata-kata yang lewah (tak perlu)
  • Kata-kata baru
  • Kata-kata neologisme (Kata-kata baru yang jarang digunakan)
  • Kata-kata yang mengalami perubahan makna

Selepas itu, penyusun kamus akan membuangkan kata-kata yang lewah, mendokumentasikan kata-kata neologisme, dan mengambil kata-kata baru dan kata-kata yang mengalami perubahan makna ke peringkat "pemberian makna"

Pemberian makna

sunting

Pemberian makna bermaksud menjelaskan makna suatu kata. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan ilmu semantik dan pragmatik. Penyusun kamus dapat menggunakan bahan rujukan seperti kamus yang sudah ada, daftar istilah, dan sebagainya untuk mencari maksud sesuatu kata.

Sejarah

sunting

Leksikografi adalah bidang ilmu bahasa yang mengkaji cara pembuatan kamus. Sebagian besar (atau bahkan semua) sarjana memiliki kamus, namun mereka belum tentu tahu bahwa penulisan kamus yang baik harus melalui berbagai proses.

Dua nama besar yang mengawali penyusunan kamus adalah Samuel Johnson (1709-1784) dan Noah Webster (1758-1843). Johnson, ahli bahasa dari Inggris, membuat Dictionary of the English Language pada tahun 1755, yang terdiri atas dua volume. Di Amerika, Webster pertama kali membuat kamus An American Dictionary of the English Language pada tahun 1828, yang juga terdiri atas dua volume. Selanjutnya, pada tahun 1884 diterbitkan Oxford English Dictionary yang terdiri atas 12 volume.

Perkamusan di Indonesia

sunting
 
Salah satu kamus Belanda-Melayu yang paling awal oleh A.C. Ruyl, Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens yang diterbitkan pada tahun 1650
 
Kamus Linguistik oleh Harimurti Kridalaksana.

Menurut catatan, karya leksikografi tertua dalam sejarah studi bahasa di Indonesia adalah daftar kata Tionghoa-Melayu pada awal abad ke-15. Daftar ini berisi 500 lema. Ada pula daftar kata Italia-Melayu yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522.[1] Kamus antarbahasa tertua dalam sejarah bahasa Melayu adalah Spraeck ende woord-boek, Inde Malaysche ende Madagaskarsche Talen met vele Arabische ende Turcsche Woorden karya Frederick de Houtman yang diterbitkan pada tahun 1603. Kamus bahasa Jawa tertua adalah Lexicon Javanum (1706) yang sekarang tersimpan di Vatikan. Kamus Bahasa Sunda baru ditulis oleh A. de Wilde tahun 1841, dengan judul Nederduitsch-Maleisch en Soendasch Woordenboek. Kamus-kamus yang ditulis oleh para ahli bahasa asing tersebut biasanya terbatas pada kamus dwibahasa (bahasa asing-bahasa di Indonesia ataupun sebaliknya).

Kamus ekabahasa pertama di Indonesia merupakan kamus bahasa Melayu yang ditulis oleh Raja Ali Haji, berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama. Kamus ini terbit pada abad ke-19. Kitab Pengetahuan Bahasa sebenarnya bukan kamus murni namun merupakan kamus ensiklopedia untuk keperluan pelajar.

Pada tahun 1939 terbit kamus Bahasa Jawa Baoesastra Djawa karangan W.J.S Poerwadarminta, C.S. Hardjasoedarma, dan J.C. Poedjasoedira. Boesastra Djawa merupakan kamus ekabahasa, seperti juga Kamoes Bahasa Soenda (1948) karangan R. Satjadibrata.

Setelah kemerdekaan penerbitan kamus di Indonesia menjadi lebih merebak. Pusat Bahasa merupakan penerbit utama kamus Bahasa Indonesia berukuran besar. Selain itu Pusat Bahasa turut pula menerbitkan puluhan kamus bahasa daerah.

Kamus besar terbitan Pusat Bahasa pertama adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952) yang diselenggarakan oleh W.J.S. Poerwadarminta. Edisi kelima terbit pada tahun 1976. Kemudian pada tahun 1988 terbit Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksudkan sebagai kamus baku untuk bahasa Indonesia. Kamus ini merupakan hasil karya tim, dengan pemimpin redaksi Sri Sukesi Adiwimarta dan Adi Sunaryo, dan penyelia Anton M. Moeliono. Edisi ketiga Kamus Besar Bahasa Indonesia diterbitkan pada tahun 2002. Kamus edisi ketiga ini memuat sekitar 78.000 lema.

Selain Pusat Bahasa berbagai pihak lain turut pula menyelenggarakan kamus bahasa Indonesia. Kamus besar Bahasa Indonesia yang patut disebut di sini adalah Kamus Indonesia oleh E. St. Harahap (cetakan ke-9, 1951), Kamus Besar Bahasa Indonesia (1951), oleh Hassan Noel Arifin, Kamus Modern Bahasa Indonesia (1954) oleh Sutan Muhammad Zain.

Kamus daring

sunting

Kamus daring memiliki keunggulan dibandingkan kamus cetak, walaupun kebanyakan isi dari kamus daring merupakan salinan yang diambil dari kamus cetak. Kamus daring dengan pengembangan, misalnya Wiktionary di mana siapapun dapat menyuntingnya, serta kamus daring berbentuk tabelaris yang dapat di-sort, seperti kamus kedokteran sederhana yang juga dapat disunting oleh siapa saja.

Catatan

sunting
  1. ^ Kata kamus berasal dari bahasa Arab قاموس qāmūs.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting
Kamus ekabahasa Indonesia
Kamus multibahasa