Kapal tempur Jerman Tirpitz
Tirpitz adalah kapal perang milik Jerman pada masa Perang Dunia II. Kapal ini merupakan kapal kedua dari kelas Bismarck yang diluncurkan pada tahun 1939. Tirpitz mempunyai ukuran yang sama dengan Bismarck yaitu 251 meter (823 kaki). Senjata utama Tirpitz adalah delapan meriam 15 inci, dan senjata tambahannya adalah berbagai macam meriam infanteri kaliber 152 mm, 105 mm, dan meriam otomatis kaliber 37 mm dan 20 mm sebagai penangkis serangan udara.
Sejarah | |
---|---|
Jerman Nazi | |
Asal nama | Alfred von Tirpitz |
Pembangun | Kriegsmarinewerft Wilhelmshaven |
Pasang lunas | 2 November 1936 |
Diluncurkan | 1 April 1939 |
Mulai berlayar | 25 Februari 1941 |
Nasib | Ditenggelamkan oleh pesawat milik Angkatan Udara Britania Raya pada 12 November 1944 |
Ciri-ciri umum | |
Kelas dan jenis | Kapal tempur kelas-Bismarck |
Berat benaman |
|
Panjang |
|
Lebar | 36 m (118 ft 1 in) |
Sarat air |
|
Tenaga | 163.026 PS (160.796 shp; 119.905 kW) |
Pendorong |
|
Kecepatan | 30 knot (56 km/h; 35 mph)[1] |
Jangkauan | 8.870 nmi (16.430 km; 10.210 mi) pada 19 knot (35 km/h; 22 mph)[1] |
Awak kapal |
|
Sensor dan sistem pemroses | FuMO 23 |
Senjata |
|
Pelindung |
|
Pesawat yang diangkut | 4 × Pesawat terbang apung Arado Ar 196[1] |
Fasilitas penerbangan | 1 x Katapel pesawat terbang berujung ganda[1] |
Tirpitz mulai dioperasikan pada tahun 1942 atau satu tahun setelah Bismarck tenggelam. Kapal ini disiagakan di Fjord Norwegia. Tetapi pada masa itu, armada permukaan Jerman telah melewati masa jayanya dan Tirpitz hanya berperan kecil dalam menyerang konvoi kapal Sekutu. Salah satu aksinya adalah pada 27 Juni 1942 Tirpitz bersama dengan Admiral Hipper, Admiral Scheer, Lutzow dan sembilan kapal perusak berhasil menenggelamkan puluhan kapal-kapal dalam konvoi PQ-17. Uni Soviet, dalam serangan terhadap konvoi PQ-17, mengklaim berhasil merusak Tirpitz dengan 2 buah torpedo yang diluncurkan dari kapal selam K-21 dibawah komando Nikolai Lunin. Setelah operasi ini berakhir, Tirpitz segera kembali lagi ke Fjord. Salah satu alasan mengapa Tirpitz cepat kembali ke pangkalannya setelah operasi selesai adalah para petinggi AL Jerman tidak mau ambil risiko kehilangan kapal perang besarnya, karena Jerman pada waktu itu hanya memiliki kapal perang yang jumlahnya sangat terbatas. Tirpitz menghabiskan waktunya di perairan Fjord selama PD II berlangsung.
Tirpitz juga digunakan sebagai floating battery (meriam pertahanan terapung) yang bebas bergerak dan memberikan bantuan tembakan untuk membantu Wehrmacht dan sebagai alat penggertak armada laut Inggris yang berakibat kapal-kapal perang Inggris yang besar seperti King George V, Rodney dan sebagainya hanya bisa mengamat-amati aksi Tirpitz di perairan Norwegia, sehingga kapal-kapal utama AL Inggris tidak bisa memberikan perlindungan terhadap kapal-kapal dagang. Hal ini berakibat kapal-kapal dagang tersebut menjadi mangsa empuk U-Boat (kapal selam Jerman).
Pada tahun 1944 Tirpitz sudah tidak bisa berlayar lagi karena Jerman sudah kekurangan bahan bakar akibat pengeboman udara oleh Sekutu, tetapi hal ini sangat dirahasiakan oleh pihak Jerman. Sekutu Inggris dan Amerika berkali-kali berusaha untuk menenggelamkan Tirpitz karena ia dianggap masih merupakan ancaman dan merupakan kapal perang besar milik Jerman yang terakhir. Berbagai macam pesawat pembom maupun pembom tempur seperti Mosquito, pesawat amfibi Short Sunderland dan B-17 Flying Fortress dikerahkan untuk melenyapkan Tirpitz, tetapi usaha itu belum membuahkan hasil. Baru pada 12 November 1944, AU Inggris mengerahkan pembom Avro Lancasters yang dipersenjatai dengan bom Tallboy untuk membobol lambung Tirpitz.
Pada serangan ini, tiga bom Tallboy yang dilepaskan dari pesawat mengenai bagian tengah Tirpitz kemudian meledakkannya. Setelah itu, kapal perang Jerman yang terakhir ini mulai miring dan tenggelam bersama 1000 orang awaknya. Sebanyak 700 orang awaknya berhasil diselamatkan.
Karakteristik
suntingDua kapal tempur kelas Bismarck dirancang pada pertengahan tahun 1930-an oleh Kriegsmarine sebagai tindakan untuk menandingi ekspansi angkatan laut Prancis, khususnya dua kapal tempur kelas Richelieu. Kapal kelas ini mulai dibangun setelah penandatanganan Perjanjian Laut Inggris-Jerman tahun 1935 dan direncanakan memiliki berat 35.000-ton-panjang (36.000 t). Berat tersebut sebenarnya diperbolehkan oleh Traktat Angkatan Laut Washington. Walau demikian, kapal-kapal dalam kelas Bismarck beratnya ditambah secara diam-diam, melebihi angka batas traktat tersebut dengan cara menambahkan lebar kapal. Tetapi sebelum kedua kapal itu selesai dibangun, seluruh traktat angkatan laut menjadi tidak sah lagi setelah Jepang menarik diri daripada tahun 1937. Kejadian tersebut memungkinkan semua negara yang menandatangani traktat angkatan laut untuk melakukan "klausa eskalator" sehingga batas maksimal sebuah kapal perang menjadi 45.000 ton panjang (46.000 t).[3]
Berat benaman Tirpitz adalah 42.900 t (42.200 ton panjang) saat jadi dan 52.600 ton (51.800 ton panjang) saat dimuat penuh. Kapal ini memiliki panjang 251 m (823 ft 6 in), lebar 36 m (118 ft 1 in) dan sarat air maksimalnya 10,60 m (34 ft 9 in).[b] Kapal ini ditenagai oleh tiga turbin uap bergir Brown, Boveri & Cie dan dua belas pendidih berbahan bakar minyak super panas Wagner, sehingga total tenaganya mencapaii163.023 PS (160.793 shp; 119.903 kW) dan kecepatan maksimumnya adalah 30,8 knot (57,0 km/h; 35,4 mph) saat diuji coba.[1] Jumlah standar kru kapalnya ialah 103 opsir dan 1.962 anak buah kapal; tetapi saat perang meningkat menjadi 108 opsir dan 2.500 anak buah kapal.[2] Setelah selesai dibangun, Tirpitz dilengkapi dengan radar penelusuran Model 23[c] yang dipasang di depan, atas, dan belakang pengukur jarak. Radar tersebut nantinya diganti dengan radar Model 27 lalu Model 26, yang memiliki susunan antena lebih besar. Sebuah radar Model 30 yang dikenal sebagai Hohentwiel, dipasang pada tahun 1944 di bagian atas tiang layar, dan radar pengendali tembakan Model 213 Würzburg ditambahkan pada buritan 10,5 cm (4,1 in) dengan pengukur jarak Flak.[6]
Tripitz dipersenjatai dengan delapan meriam 38 cm SK C/34 L/52 yang diatur menjadi empat turet senjata berlaras ganda. Meriam diletakan dengan posisi superfiring, dua buah di depan (Anton dan Bruno) dan dua buah di belakang (Caesar dan Dora).[d] Persenjataan sekundernya terdiri dari dua belas meriam 15 cm L/55, enam belas meriam 10.5 cm L/65 dan enam belas meriam 3,7 cm (1,5 in) L/83, dan awalnya akan dipasangi dua belas meriam anti-pesawat 2 cm (0,79 in) C/30. Jumlah meriam berkalibar 2 cm akhirnya ditambah menjadi 58 buah. Setelah tahun 1942, delapan tabung torpedo berdiameter 53,3 cm (21,0 in) dipasang di sisi kiri (4 tabung) dan kanan kapal (4 tabung).[2] Tebal lapisan pelindung sabuk utama kapal ini adalah 320 mm (13 in) serta ditutupi dek lapis baja (bagian atas 50 mm (2,0 in) dan dek utama 100 hingga 120 mm (3,9 hingga 4,7 in)). Turet senjatanya dilindungi dengan lapisan setebal 360 mm (14 in) di bagian depan dan 220 mm (8,7 in) di sisi sampingnya.[1]
Sejarah dinas
suntingTirpitz dibangun sebagai pengganti kapal pra-dreadnought Schleswig-Holstein, dibawah nama kontrak "G".[1] Galangan kapal Kriegsmarinewerft di Wilhelmshaven dianugerahi kontrak tersebut, dan pemasangan lunas Tirpitz pun dimulai pada pada 20 Oktober 1936.[8] Peluncuran lambungnya dilakukan pada tanggal 1 April 1939; selama upacara berelangsung, kapal ini dibaptis oleh Ilse von Hassel, putri dari Laksamana Alfred von Tirpitz (asal nama kapal tersebut).[9] Adolf von Trotha, mantan laksamana di Angkatan Laut Kekaisaran Jerman, berpidato saat peluncuran Tirpitz, yang dihadiri juga oleh Adolf Hitler.[10] Pengerjaan tambahan setelah peluncurannya akhirnya rampung pada bulan Februari 1941.[9] Pesawat pembom milik Britania Raya berulang kali menyerang pelabuhan tempat kapal ini dibangun. Meski tidak ada bom yang mengenai Tirpitz, tetapi serangan-serangan tersebut memperlambat pembangunan kapal ini.[11] Tirpitz dimasukkan ke armada pada 25 Februari untuk menjalani uji coba,[2] yang dilakukan di Baltik.[9]
Setelah melewati uji coba di laut, Tirpitz ditempatkan di Kiel dan melakukan pelatihan secara intensif di Baltik. Di kala Tirpitz berada di Kiel, Jerman menginvasi Uni Soviet. Sebuah Armada Baltik non-permanen diciptakan untuk mencegah kemungkinan serangan dari armada milik Uni Soviet yang berbasis di Leningrad. Tirpitz sempat menjadi kapal bendera dari skuadron tersebut, yang terdiri dari kapal penjelajah berat Admiral Scheer, kapal penjelajah ringan Köln, Nürnberg, Leipzig, dan Emden, beberapa kapal perusak dan dua armada kapal penyapu ranjau.[11] Dibawah komando Laksamana Otto Ciliax,[10] Armada Baltik berpatroli di Kepulauan Aaland dari tanggal 23 hingga 26 September 1941, kemudian unit ini dibubarkan dan Tirpitz kembali melakukan pelatihan.[12] Selama masa pelatihan, Tirpitz menguji senjata primer dan sekundernya kepada kapal pra-dreadnought Hessen,[13] yang telah diubah menjadi sebuah kapal target yang dikendalikan dengan radio.[14] Royal Air Force terus meluncurkan serangan bom ke Tirpitz ketika ditempatkan di Kiel.[15]
Bertugas ke Norwegia
suntingPada 13 November, Laksamana besar Erich Raeder (panglima Kriegsmarine) mengusulkan agar Tirpitz dikerahkan menuju ke Norwegia. Kapal ini nantinya ditujukan untuk menyerang konvoi Uni Soviet, serta bertindak sebagai armada jadi-jadian untuk memecah kekuatan angkatan laut Britania Raya sehingga mencegah Sekutu menginvasi Norwegia. Uniknya, Hitler yang tadinya melarang adanya pertempuran di Atlantik setelah kehilangan Bismarck, malah menyetujui usulan tersebut. Kapal ini pun dibawa ke dermaga untuk modifikasi sebagai persiapan invasi. Senjata anti-pesawat kapal ini diperkuat, dan meriam kaliber 10.5 cm pada suprastruktur sebelah katapel pesawat terbang digeser keluar untuk meningkatkan jarak tembakan. Semua tabung torpedo berdiameter 53.3 cm juga dipasang selama modifikasi ini.[16] Komandan kapal, Kapitän zur See Karl Topp,[17] mengumumkan bahwa kapal sudah siap untuk operasi tempur pada tanggal 10 Januari 1942.[15] Pada hari berikutnya, Tirpitz berangkat menuju Wilhelmshaven, sebuah langkah yang sengaja dirancang untuk menyembunyikan tempat tujuannya yang sebenarnya.[16]
Tirpitz meninggalkan Wilhelmshaven pada pukul 23:00 tanggal 14 Januari dan berlayar menuju Trondheim.[16] Intelijen militer Inggris mampu mendekripsi teka-Teki pesan yang dikirim oleh angkatan laut Jerman, dan mendeteksi pergerakan Tirpitz, tetapi cuaca buruk di Inggris menghalangi gerakan Royal Air Force.[18] Akhirnya, laksamana John Tovey (panglima tertinggi dari British Home Fleet), tidak diberitahukan mengenai pergerakan Tirpitz sampai tanggal 17 Januari, tepat setelah kapal itu tiba di Norwegia.[19] Pada 16 Januari, pengintaian udara strategis Britania Raya menemukan kapal itu di Trondheim. Tirpitz kemudian pindah ke Fættenfjord, sebelah utara dari Trondheim.[20] gerakan ini diberi nama Operasi Polarnacht (Malam Kutub). Pelayaran kapal tempur ini dikawal oleh kapal perusak Z4 Richard Beitzen, Z5 Paul Jakobi, Z8 Bruno Heinemann dan Z29.[21] Para anggota Gerakan Perlawanan Norwegia pun memberitahu lokasi Tirpitz ke London.[22] Ia tertambat di samping tebing untuk melindungi kapal dari serangan udara dari barat daya. Para awak kapal menebang pohon-pohon dan menempatkannya di atas kapal Tirpitz untuk menyamarkan kapal itu.[20] Para kru juga sering kali menyembunyikan semua kapal dari pengintaian udara dan serangan udara dengan menggunakan awan kabut artifisial yang dibuat dengan menggunakan air dan asam klorosulfat.[23][24] Senjata anti-pesawat tambahan dipasang di sekitar fjord, ditambah jaring anti-torpedo dan boom yang banyak di pintu masuk pelabuhan.[25] Keseharian awak Tirpitz sangatlah monoton selama invasi ke Norwegia. Kekurangan bahan bakar membatasi waktu pelatihan dan memaksa kapal tempur tersebut beserta kapal pengawalnya untuk berdiam diri di belakang pelindung jaring mereka. Kru kapal biasanya sibuk dengan memelihara kapal dan terus melakukan pertahanan anti-pesawat. Kegiatan olahraga pun diselenggarakan untuk menjaga kru agar tidak bosan dan juga sehat secara fisik.[26]
Operasi melawan konvoi Sekutu
suntingBanyak faktor menghambat kebebasan Tirpitz dalam beroperasi di Norwegia, yang paling parah adalah kekurangan bahan bakar dan pengalihan kapal pengawalnya untuk mendukung Operasi Cerberus, serta pergerakan kapal tempur Scharnhorst dan Gneisenau dan kapal penjelajah berat Prinz Eugen melalui Selat Inggris. Sehingga serangan yang direncanakan terhadap konvoi PQ 8 pada akhir Januari harus ditinggalkan.[27] Rencanakan serangan udara oleh Inggris pada akhir Januari dengan empat pesawat pembom berat terganggu oleh cuaca buruk di atas target, yang mencegah pesawat bertemu dengan kapal Jerman.[28] Pada awal februari, Tirpitz mengambil bagian dalam operasi pengalihan untuk menipu Inggris dalam persiapan untuk Operasi Cerberus. Teknik ini termasuk dengan berlayar keluar dari fjord agar terlihat seolah-olah Jerman sedang mempersiapkan serangan mendadak ke Laut Utara.[29] Kemudian pada bulan yang sama, Tirpitz yang dikawal oleh kapal penjelajah berat Admiral Scheer dan Prinz Eugen serta beberapa kapal perusak, tetapi Prinz Eugen ditorpedo oleh kapal selam Inggris di pintu masuk ke Fættenfjord, sehingga untuk sementara waktu ia tidak bisa menjalankan tugas apapun.[30]
Pada bulan Maret 1942, Tirpitz dan Admiral Scheer bersama dengan kapal perusak Z14 Friedrich Ihn, Z5 Paul Jakobi, Z7 Hermann Schoemann dan Z25 dan sepasang perahu torpedo [21] bermaksud menyerang konvoi QP 8 yang menuju pangkalan dan konvoi PQ 12 yang mengarah keluar pangkalan, sebagai bagian dari Operasi Sportpalast.[27][31] Admiral Scheer[27] dengan kecepatan desainnya 26 knot (48 km/h; 30 mph), [32] terlalu lambat untuk beroperasi bersama Tirpitz sehingga ia ditinggalkan di pelabuhan, [27] begitu pula perusak Paul Jakobi. Dua kapal torpedo juga nantinya dibebaskan dari operasi ini.[21] Pada 5 Maret, pesawat pengintai Luftwaffe melihat kovoi PQ 12 dekat Pulau Jan Mayen; tetapi mereka gagal melihat kapal HMS Duke of York ataupun HMS Renown, yang mengawal konvoi tersebut bersama dengan empat kapal perusak. Jerman tidak mengetahui bahwa Laksamana Tovey memberikan dukungan jarak jauh kepada konvoi tersebut dengan menggunakan kapal tempur HMS King George V, kapal induk HMS Victorious, kapal penjelajah berat HMS Berwick, dan enam kapal perusak. Penyadapan enigma lagi-lagi membuat Inggris mengetahui rencana serangan Tirpitz yang memungkinkan mereka untuk mengubah rute konvoi. Laksamana Tovey berusaha mengejar Tirpitz pada 9 Maret,[27] tetapi Laksamana Otto Ciliax, komandan skuadron Jerman, sudah kembali ke pelabuhan pada malam sebelumnya. Serangan udara diluncurkan awal pada tanggal 9; dua belas pesawat pembom torpedo Fairey Albacore menyerang kapal dalam tiga kelompok, dan Tirpitz berhasil menghindari semua torpedo yang diluncurkan sehingga hanya tiga awak kapalnya yang terluka dalam serangan itu. [33] Senjata anti-pesawat Tirpitz menembak jatuh dua pesawat Inggris. [34] Setelah serangan berakhir, Tirpitz berlayar ke Vestfjord, dan dari sana menuju ke Trondheim, lalu tiba pada malam hari tanggal 13 Maret. [35] Pada tanggal 30 Maret, tiga puluh tiga pesawat pembom Halifax menyerang kapal. Semua serangan pesawat tersebut tidak membuahkan hasil, malah lima pesawat tertembak jatuh. [36] Royal Air Force kembali meluncurkan sepasang serangan yang gagal pada akhir April. Pada malam tanggal 27 sampai 28 April, tiga puluh satu pesawat Halifax dan dua belas pesawat Lancaster (lima pesawat pembom ditembak jatuh), kemudian dua puluh tiga pesawat Halifax dan sebelas pesawat Lancaster (dua pesawat pembom ditembak jatuh oleh senjata pertahanan anti-pesawat milk Jerman).[37] Tindakan "Tirpitz" dan kapal-kapal perusak pengawalnya di bulan Maret menghabiskan 8.230 ton metrik (8.100 ton panjang) bahan bakar minyak, dan sangat mengurangi pasokan bahan bakar Jerman. Jerman membutuhkan waktu tiga bulan untuk mengisi kembali bahan bakar yang dihabiskan dalam upaya untuk mencegat dua konvoi Sekutu. Konvoi PQ 17 yang meninggalkan Islandia pada 27 Juni menuju Uni Soviet, adalah konvoi berikutnya yang menjadi sasaran "Tirpitz" dan sisa armada Jerman yang ditempatkan di Norwegia[35] pada Operasi Rösselsprung (Operasi Knight's Move).[38] Para pengawal Konvoi PQ 17 antara lain kapal tempur Duke of York dan USS Washington dan kapal induk Victorious.[35] Tirpitz, Admiral Hipper, beserta enam kapal perusak berangkat dari Trondheim, sementara satuan tugas kedua yang terdiri dari Lützow, Admiral Scheer, and enam kapal perusak berangkat dari Narvik dan Bogenfjord.[39] Sayangnya, Lützow dan tiga kapal perusak menghantam batu di tengah laut yang belum dipetakan saat dalam perjalanan dan harus kembali ke pelabuhan. Tak lama setelah Tirpitz meninggalkan Norwegia, kapal selam Soviet K-21 menembakkan dua atau empat torpedo ke Tirpitz, yang semuanya meleset.[40][41] Namun, Soviet mengklaim dua torpedo mengenai kapal perang tersebut.[42] Sementara itu, intelijen Swedia melaporkan kepergian Jerman kepada Admiralty Inggris yang lalu memerintahkan konvoi untuk bubar. Sadar bahwa mereka telah terdeteksi, Jerman membatalkan operasi dan mengerahkan U-boat dan Luftwaffe untuk melakukan serangan. Kapal-kapal Inggris yang tercerai-berai tidak lagi bisa melindungi konvoi, sehingga Jerman dapat menenggelamkan 21 dari 34 kapal transport yang terisolasi. Tirpitz akhirnya kembali ke Altafjord melalui Kepulauan Lofoten.[40]
Penemuan bangkai
suntingBangkai kapal Tirpitz tetap di tempat sampai setelah perang, ketika bersama jerman-norwegia perusahaan mulai operasi penyelamatan. Pekerjaan berlangsung dari tahun 1948 sampai tahun 1957;[2] fragmen kapal yang masih dijual oleh perusahaan norwegia.[17] Ludovic Kennedy menulis dalam bukunya sejarah dari kapal bahwa dia "hidup yang tidak valid hidup dan mati, cacat dan kematian".
Catatan kaki
sunting- ^ Total awak bisa ditambah hingga maksimal 108 petugas dan 2.500 anak buah[2]
- ^ Menurut sejarawan angkatan laut Gerhard Koop dan Klaus-Peter Schmolke, Tirpitz memiliki berat benaman 53.500 ton metrik (52.700 ton panjang) saat dimuat penuh pada tahun 1944.[4]
- ^ Dinamai FuMO yang merupakan singkatan dariFunkmessortungsgerät (perangkat pendeteksi arah radio).[5]
- ^ SK merupakan singkatan dari Schiffskanone (meriam kapal), C/34 berarti Constructionjahr (tahun dibangun) 1934, dan L/52 berarti panjang meriam dibanding dengan kaliber peluru, ini berarti meriamnya 52 kali lebih panjang dari diameter internal.[7]
Kutipan
sunting- ^ a b c d e f g h i j Gröner, hlm. 33.
- ^ a b c d e Gröner, hlm. 35.
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 203–208.
- ^ Koop & Schmolke, hlm. 18.
- ^ Williamson, hlm. 42.
- ^ Williamson, hlm. 43.
- ^ Campbell, hlm. 219.
- ^ Sieche, hlm. 44.
- ^ a b c Williamson, hlm. 35.
- ^ a b Hildebrand Röhr & Steinmetz, hlm. 239.
- ^ a b Garzke & Dulin, hlm. 247.
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 247–248.
- ^ Sweetman, hlm. 11.
- ^ Gröner, hlm. 20.
- ^ a b Sweetman, hlm. 12.
- ^ a b c Garzke & Dulin, hlm. 248.
- ^ a b Williamson, hlm. 40.
- ^ Sweetman, hlm. 16.
- ^ Sweetman, hlm. 17.
- ^ a b Garzke & Dulin, hlm. 248–250.
- ^ a b c Hildebrand Röhr & Steinmetz, hlm. 240.
- ^ Ottosen, hlm. 39–41.
- ^ Hartl et. al.
- ^ "Nazi legacy found in Norwegian trees". BBC News. Diakses tanggal 15 April 2018.
- ^ Sweetman, hlm. 19.
- ^ Zetterling & Tamelander, hlm. 207.
- ^ a b c d e Garzke & Dulin, hlm. 250.
- ^ Sweetman, hlm. 23–24.
- ^ Sweetman, hlm. 24–25.
- ^ Sweetman, hlm. 25–26.
- ^ Sweetman, hlm. 27.
- ^ Gröner, hlm. 60.
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 250–251.
- ^ Rohwer, hlm. 149.
- ^ a b c Garzke & Dulin, hlm. 253.
- ^ Rohwer, hlm. 156.
- ^ Rohwer, hlm. 162.
- ^ Sweetman, hlm. 54.
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 253–255.
- ^ a b Garzke & Dulin, hlm. 255.
- ^ Polmar & Noot, hlm. 115–116.
- ^ Blair, hlm. 644.
Referensi
sunting- Bishop, Patrick (2012). Target Tirpitz. HarperPress. ISBN 978-0-00-731924-4.
- Blair, Clay (1996). Hitler's U-Boat War. 1 The hunters, 1939–1942. New York, NY: Random House. ISBN 978-0-304-35260-9. OCLC 772497339.
- Breyer, Siegfried (1989). Battleship "Tirpitz". West Chester, Pennsylvania: Schiffer Pub. ISBN 978-0-88740-184-8.
- Brown, David (1977). Tirpitz: the floating fortress. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-0-85368-341-4.
- Brown, J. D. (2009). Carrier Operations in World War II. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-1-59114-108-2.
- Campbell, John (1985). Naval Weapons of World War II. London, England: Conway Maritime Press. ISBN 978-0-87021-459-2.
- Garzke, William H.; Dulin, Robert O. (1985). Battleships: Axis and Neutral Battleships in World War II. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-0-87021-101-0.
- Gröner, Erich (1990). German Warships: 1815–1945. Annapolis: Naval Institute Press. ISBN 978-0-87021-790-6. OCLC 22101769.
- Hafsten, Bjørn (1991). Flyalarm: Luftkrigen over Norge 1939–1945. Oslo: Sem & Stenersen. ISBN 82-7046-058-3.
- Hartl, Claudia; Konter, Oliver; St George, Scott; Kirchhefer, Andreas; Scholz, Denis; Esper, Jan. "Warfare Dendrochronology – Trees as Witnesses of the Tirpitz Attacks" (PDF). copernicus.org. European Geosciences Union. Diakses tanggal 12 April 2018.
- Hildebrand, Hans H.; Röhr, Albert; Steinmetz, Hans-Otto (1993). Die Deutschen Kriegsschiffe (Volume 7). Ratingen, Germany: Mundus Verlag. ISBN 978-3-8364-9743-5.
- Kemp, Paul (1998). The Encyclopedia of 20th Century Conflict Sea Warfare. London: Arms and Armour. ISBN 1-85409-221-9.
- Koop, Gerhard; Schmolke, Klaus-Peter (1998). Battleships of the Bismarck Class: Bismarck and Tirpitz, Culmination and Finale of German Battleship Construction. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-1-55750-049-6.
- Morgan, Hugh; Weal, John (1998). German Jet Aces of World War 2. Oxford, England: Osprey Publishing. ISBN 978-1-85532-634-7.
- Ottosen, Kristian (1983). Theta Theta: Et Blad Fra Motstandskampens Historie 1940–1945. Oslo: Universitetsforlaget. ISBN 82-00-06823-4.
- Polmar, Norman; Noot, Jurrien (1991). Submarines of the Russian and Soviet Navies, 1718–1990. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 978-0-87021-570-4.
- Prager, Hans Georg (2002). Panzerschiff Deutschland, Schwerer Kreuzer Lützow: ein Schiffs-Schicksal vor den Hintergründen seiner Zeit (dalam bahasa German). Hamburg: Koehler. ISBN 978-3-7822-0798-0.
- Rohwer, Jürgen (2005). Chronology of the War at Sea, 1939–1945: The Naval History of World War Two. Annapolis: US Naval Institute Press. ISBN 978-1-59114-119-8.
- Schuck, Walter (2009). Luftwaffe Eagle – From the Me 109 to the Me 262. Ottringham: Hikoki Publications. ISBN 978-1-902109-06-0.
- Sieche, Erwin (1987). "Germany 1922–1946". Dalam Sturton, Ian. Conway's All the World's Battleships: 1906 to the Present. London, England: Conway Maritime Press. hlm. 28–49. ISBN 978-0-85177-448-0.
- Sweetman, John (2004). Tirpitz: Hunting the Beast. Gloucestershire, England: Sutton Publishing Limited. ISBN 978-0-7509-3755-9.
- Torkildsen, Torbjørn (1998). Svalbard : vårt nordligste Norge (dalam bahasa Norwegian) (edisi ke-3rd). Oslo, Norway: Aschehoug. ISBN 978-82-03-22224-5.
- Van der Vat, Dan (1988). The Atlantic Campaign. Edinburgh, Scotland: Birlinn. ISBN 978-1-84158-124-8.
- Williamson, Gordon (2003). German Battleships 1939–45. Oxford, England: Osprey Publishing. ISBN 978-1-84176-498-6.
- Zetterling, Niklas; Tamelander, Michael (2009). Tirpitz: The Life and Death of Germany's Last Super Battleship. Havertown, Pennsylvania: Casemate. ISBN 978-1-935149-18-7.
Bacaan lanjutan
sunting- Bishop, Patrick (2012). Target Tirpitz: X-Craft, Agents and Dambusters – The Epic Quest to Destroy Hitler's Mightiest Warship. Harper Press.
- Daniel, Knowles (2018). Tirpitz: The Life and Death of Germany's Last Great Battleship. Stroud: Fonthill Media.