Kelulut

lebah tanpa sengat

Kelulut atau lebah tanpa sengat adalah salah satu jenis lebah dari suku Meliponini yang bagian tubuhnya tidak memiliki organ yang berfungsi sebagai sengat. Tubuh kelulut memiliki panjang sekitar 3–4 milimeter. Bagian tubuh yang seharusnya menjadi sengat pada kelulut mengalami reduksi sehingga tidak dapat difungsikan.[1] Kelulut memiliki kemampuan untuk menghasilkan madu dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan lebah hutan. Kemampuan lain yang dimiliki oleh kelulut ialah mampu menghasilkan propolis dan roti lebah.[2] Habitat kelulut ditemukan di seluruh wilayah di dunia.[1] Kelulut merupakan salah satu jenis serangga yang hidup berkelompok dengan membentuk koloni. Satu koloni kelulut dapat berjumlah antara 300 sampai 80.000 lebah. Koloni kelulut banyak ditemukan di daerah tropika dan subtropis, khususnya di kawasan Amerika Selatan, Australia dan Asia Tenggara.[3]

Kelulut

Morfologi sunting

Berbagai jenis kelulut dapat dibedakan berdasarkan kondisi morfologi masing-masing spesies. Bagian tubuh yang dapat dijadikan sebagai pembeda secara umum adalah bentuk kepala, mata, antena, sayap depan, tulang kering belakang, basitarsus belakang, ruang malar, tulang rahang, propodeum, mesoscutum, mesoscutellum, gena, venasi sayap, dan hamuli. Pembeda lainnya berupa warna tubuh yang dikenali pada bagian clypeus, abdomen, tegula, sayap dan kepala.[4]

Tubuh kelulut berukuran kecil dengan panjang sekitar 3–4 milimeter dengan sayap terentang hingga 8 milimeter. Warna tubuh kelulut adalah hitam. Bagian tubuh kelulut memiliki sengat yang tidak berfungsi sebagai alat pertahanan. Kelulut melindungi dirinya dengan mengigit musuhnya atau membakar kulit musuhnya dengan larutan basa. Musuh yang menyerang akan dikelilingi oleh koloni kelulut yang menyerang organ vital seperti mata, hidung dan telinga. Kelulut juga dilengkapi dengan sistem imun bawaan yang digunakan ketika menyerang serangga pengganggu lain. Ada perbedaan bentuk dan ukuran antara lebah ratu dan lebah pekerja. Lebah ratu berukuran tiga hingga empat kali lebih besar dibandingkan lebah pekerja. Perut lebah ratu berukuran besar dan menyerupai rayap. Warna tubuh lebah ratu adalah kecoklatan dan mempunyai sayap yang pendek. Sedangkan lebah pekerja memiliki kepala yang besar dan rahang yang panjang.[3]

Penyebaran koloni sunting

Kelulut hidup dengan membentuk kelompok dalam satu koloni yang jumlahnya berkisar antara 300–80.000 ekor lebah. Sekitar 500 spesies kelulut dikenali hingga tahun 2014 dengan lima genus yang meliputi Melipona, Trigona, Meliponula, Dectylurina, dan Lestrimelitta. Penyebaran kelulut berpusat di wilayah Asia Selatan membentang dari India hingga ke Sri Lanka. Di kawasan Asia Tenggara, kelulut menyebar dari Taiwan hingga ke Indonesia. Penyebarannya juga ditemukan di Australia hingga ke Kepulauan Solomon. Selain itu, koloni kelulut juga ditemukan di Amerika Latin mulai dari Meksiko hingga ke Argentina.[5]

Satu koloni kelulut terdiri dari golongan reproduksi dan golongan bukan reproduksi. Golongan reproduksi terdiri dari seekor lebah ratu dan ratusan lebah jantan yang berperan sebagai pasangan reproduksi. Sementara itu, golongan bukan reproduksi terdiri atas ribuan sampai seratus ribu lebah pekerja.[6] Koloni kelulut tercatat sebanyak 600 jenis di seluruh dunia dengan penyebaran utama yaitu di wilayah netropikal, afrotropikal dan Indo-Malay atau Astralasian.[4]

Sumber makanan sunting

Kelulut memperoleh sumber makanan hampir dari semua jenis tumbuhan yang menumbuhkan bunga. Tumbuhan yang tumbuh di dalam hutan maupun tumbuhan yang digunakan untuk pertanian dan perkebunan dapat menjadi sumber makanan bagi kelulut. Ketersediaan sumber makanan yang melimpah membuat kelulut menjadi salah satu sumber daya hutan bukan kayu yang dapat dibudidayakan.[3]

Produk sunting

Kelulut mampu menghasilkan tiga jenis produk yaitu madu, propolis dan roti lebah. Madu merupakan cairan manis keasaman yang diperoleh kelulut dari nektar bunga atau pucuk daun. Madu menjadi makanan utama bagi kelulut dan manusia memanfaatkannya sebagai campuran minuman dan obat. Propolis adalah lem yang dibuat oleh kelulut dari getah tumbuhan dan digunakan sebagai pelindung sarang dan mencegah pemangsa memasuki sarang lebah. Kandungan nutrisi di dalam propolis bermanfaat bagi kesehatan manusia. Sedangkan roti lebah adalah butiran nektar jantan yang berbentuk seperti tepung. Roti lebah dijadikan sebagai makanan tambahan bagi kelulut. Kandungan kimianya meliputi asam fitokoidal yang mencegah masuknya bakteri dan perkecambahan di dalam sarang lebah.[7]

Madu sunting

Kelulut menghasilkan madu dengan warna, rasa dan kelengketan yang berbeda dengan madu yang dihasilkan oleh lebah hutan. Madu kelulut termasuk salah satu makanan super yang diperdagangkan dalam skala mancanegara. Nutrisi yang terkandung di dalam madu kelutut lebih memberikan banyak manfaat dibandingkan dengan madu lebah hutan. Madu kelulut mengandung asam fenolik yang meliputi asam p-kumarat, asam protokatechuik dan asam vinilik. Asam fenolik ini mampu menurunkan risiko manusia terkena penyakit kanker dan radang. Khasiat madu kelulut akan berkurang ketika mengalami fermentasi akibat adanya ragi dan mikroorganisme yang timbul selama tingkat kelembapan tinggi.[8]

Propolis sunting

Kelulut dapat menghasilkan propolis dengan jumlah empat kali lipat dibandingkan dengan lebah hutan dalam jangka waktu yang sama. Propolis ini kemudian digunakan untuk berbagai macam penyakit pada manusia, antara lain sakit gigi, influenza, diabetes melitus, dan tuberkulosis. Kemampuan menyembuhkan penyakit ini merupakan efek dari kandungan propolis yang mengandung antioksidan dan fenol yang berlimpah.[9]

Pembudidayaan sunting

Kelulut lebih mudah dibudidayakan bila dibandingkan dengan lebah hutan. Budi daya kelulut lebih aman dikarenakan kelulut tidak menyengat dan mudah melakukan adaptasi dengan lingkungan baru. Dalam hal pemberian pakan, kelulut memiliki sumber makanan yang beragam sehingga tidak perlu pemeliharaan yang teratur serta tidak perlu peralatan khusus. Kelutut juga tidak memiliki masa berhenti produksi dan lebih tahan terhadap hama penyakit. Sifat kehidupan kelulut ini membuat budi daya dapat dilakukan secara menetap.[10]

Faktor lingkungan dan ketersediaan makanan menjadi penentu keberhasilan budidaya kelulut, khususnya pada hasil produksi dan perkembangan koloni. Suhu, kelembapan udara, curah hujan dan ketinggian tempat menjadi faktor lingkungan yang penting. Kualitas dan kuantitas madu yang diproduksi oleh kelulut dipengaruhi oleh suhu udara, kebersihan dan keamanan tempat bersarang, serta jenis teknologi budi daya yang diterapkan. Selain itu, pengendalian hama dan penyakit lebah juga menjadi faktor yang penting.[6]

Manfaat dari pembudidayaan kelulut dapat ditinjau secara ekologi, ekonomi dan sosial. Secara ekologi, kelulut melakukan proses penyerbukan dalam proses mencari sumber makanan. Produk yang dihasilkan oleh kelulut bernilai ekonomi sehingga bermanfaat sebagai sumber pendapatan. Penjualan produk kelulut kemudian akan membuka peluang usaha bagi masyarakat, dijadikan sebagai objek penelitian dan sebagai potensi daerah, sehingga memberikan manfaat sosial.[3]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b Wahyuni, dkk. 2020, hlm. 29.
  2. ^ Wahyuni, dkk. 2020, hlm. 30.
  3. ^ a b c d Fatimah, N., Abidinsyah, dan Prayitno, B. 2020, hlm. 192.
  4. ^ a b Priawandiputra, dkk. 2020, hlm. 3.
  5. ^ Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu 2018, hlm. 2.
  6. ^ a b Fatimah, N., Abidinsyah, dan Prayitno, B. 2020, hlm. 193.
  7. ^ Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu 2018, hlm. 4.
  8. ^ Syariffuddeen, M.A.A., dkk. (7–8 Februari 2018). "Pemprosesan Madu Kelulut Secara Sistematik Menurut Piawaian Malaysia" (PDF). 2018 MSAE Conference. Serdang. 
  9. ^ Priawandiputra, dkk. 2020, hlm. 1.
  10. ^ Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu 2018, hlm. 6.

Daftar pustaka sunting