Kerajaan Gianyar adalah salah satu kerajaan yang pernah didirikan di Pulau Bali pada awal abad ke-18 Masehi.[1] Pendiri Kerajaan Gianyar adalah I Dewa Manggis Kuning.[2] Kerajaan ini menjalin persahabatan dengan Kerajaan Badung dan Kerajaan Tabanan serta bermusuhan dengan Kerajaan Klungkung, Kerajaan Bangli, dan Kerajaan Mengwi.[3]

Pendirian sunting

Pendiri Kerajaan Gianyar adalah I Dewa Manggis Kuning, anak dari raja Kerajaan Gelgel yang bernama Sri Dalem Seganing (1580-1630). Ibunya bernama Ni Desak Ayu Gedong Artha yang menjadi permaisuri di Kerajaan Gelgel. Pada awalnya, I Dewa Manggis Kuning berkuasa di Badung, tetapi ia pindah ke Alas-Bun dan menikahi I Gusti Ayu Pahang. Setelah itu ia menetap di Bengkel dan menjadi penguasa di wilayah itu dan mendirikan Kerajaan Gianyar.[2]

Politik sunting

Kerajaan Gianyar sering terlibat perang dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, terutama dengan Kerajaan Klungkung. Beberapa wilayah kekuasaannya menjadi rebutan dari persatuan tiga kerajaan, yaitu Kerajaan Klungkung, Bangli, Mengwi dan Badung. Setelah diadakan Perjanjian Pasobaya, Kerajaan Gianyar menjalin persahabatan dengan Kerajaan Badung dan Kerajaan Tabanan dan merebut kembali wilayahnya yang dikuasai oleh Kerajaan Klungkung.[3]

Daftar raja Gianyar sunting

Daftar raja di Kerajaan Gianyar sebagai berikut:

  • Dewa Manggis I Kuning (kepala desa Pahang)
  • Dewa Manggis II Pahang (kepala desa Pahang) [anak Dewa Manggis Kuning]
  • Dewa Manggis III Bengkel (kepala desa Bengkel) [anak Dewa Manggis Pahang]
  • Dewa Manggis IV Jorog (Raja Gianyar c. 1771-1788) [anak Dewa Manggis Bengkel]
  • Dewa Manggis V di Madya (c. 1788-1820) [anak Dewa Manggis Jorog]
  • Dewa Manggis VI di Rangki (c. 1820-1847) [anak Dewa Manggis di Madya]
  • Dewa Manggis VII di Satria (1847–1884; wafat 1891) [anak Dewa Manggis di Rangki]

Di bawah kekuasaan Klungkung 1884-1891

  • Dewa Pahang (1891–1896) [anak Dewa Manggis di Satria]
  • Dewa Manggis VIII (Dewa Gede Raka s.d. 1908) (1896–1912) [saudara Dewa Pahang]
  • Ide Anak Agung Ngurah Agung (gelar Dewa Manggis diganti dengan gelar Anak Agung, 1913-1943) [anak Dewa Manggis VIII]
  • Ide Anak Agung Gede Agung (1943–1946; wafat 1999) [anak IAA Ngurah Agung]
  • Ide Anak Agung Gede Oka (1946–1950) [saudara IAA Gede Agung]

Gianyar bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia 1950

Referensi sunting

  1. ^ Ketut Laksemi Nilotama, Sangayu (2009). "Makna Simbol Gelar Raja Dalam Masyarakat Adat Bali". ITB Journal of Visual Art and Design. 3 (1): 43–56. doi:10.5614/itbj.vad.2009.3.1.4. ISSN 1978-3078. 
  2. ^ a b Pastika; et al. (2015). Branding Kabupaten Gianyar: Representasi Identitas Kabupaten Seni dan Kabupaten Pusaka di Tengah Komunikasi Lokal, Nasional dan Internasional (PDF). Gianyar: Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar. hlm. 11–12. ISBN 978-602-1586-50-1. 
  3. ^ a b Alit, Dewa Made (2017). "Konflik Antara Kerajaan Gianyar Dengan Kerajaan Klungkung Tahun 1884-1894". Social Studies. 5 (2): 24. ISSN 2301-4695. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-23. Diakses tanggal 2020-08-29.