Kesultanan Tallo

kerajaan di Asia Tenggara
(Dialihkan dari Kerajaan Tallo)

Kesultanan Tallo adalah salah satu kerajaan suku bangsa Makassar yang terdapat di kota Makassar Sulawesi Selatan ,Kerajaan ini berhubungan erat dengan Kerajaan Gowa, yang secara bersama-sama setelah Islamisasi persekutuan kerajaan Gowa-Tallo oleh para sejarawan disebut dengan nama Kesultanan Makassar [3]dan kedua kerajaan Gowa-Tallo ini sangat besar

Kesultanan Tallo

1460–1760
StatusNegara Berdaulat
(1470–1510)
Vasal Gowa[1]
(1510–1520)
Negara Berdaulat[2]
(1520–1528)
Kerajaan Gowa-Tallo
(1528–1607)
Kesultanan Gowa-Tallo
(1607–1760)
Ibu kotaTallo
Pendirian
• Kerajaan Gowa terbagi dua, Atas hasil kesepakatan majelis Bate Salapang
1460
• Ekspedisi Ke Nusantara Bagian Barat
1470[a]
• Karaeng Samarluka kembali melancarkan sebuah ekspedisi laut
1500[b]
Didahului oleh
Digantikan oleh
krjKerajaan
Gowa
kslKesultanan
Gowa
Sekarang bagian dari indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Sebuah nisan di pemakaman Raja-raja Tallo

Sejarah

sunting

Kerajaan Tallo berawal dari pertengahan abad ke-15, yaitu setelah wafatnya Raja Gowa ke-6 Tonatangkalopi. Penerusnya sebagai Raja Gowa ke-7 adalah anak tertuanya Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna, sementara adiknya Karaeng Loe ri Sero memerintah sebagian wilayah sebagai Raja Tallo pertama.[3] Wilayah Kerajaan Tallo meliputi Samata, Pannampu, Moncong Loe, dan Parang Loe.[3]

Kedua kerajaan Tallo dan Gowa kemudian terlibat pertempuran dan persaingan, hingga Tallo terkalahkan. Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-10 Tonipalangga Ulaweng dan Raja Tallo ke-4 Daeng Padulu' dicapailah kesepakatan Rua karaeng se're ata (dua raja tetapi satu rakyat), yang mana dengan persetujuan tersebut, maka dalam persekutuan itu Raja Gowa menjadi Sombaya (raja tertinggi) sedangkan Raja Tallo menjadi Tuma'bicara Butta (perdana menterinya) dari persekutuan kedua kerajaan tersebut. Sejak saat itu Kerajaan Tallo selalu terlibat dan mendukung ekspansi Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan dan sekitarnya.[3]

Di antara raja-raja Tallo yang menonjol adalah Karaeng Matoaya (1593-1623) dan anaknya Karaeng Pattingalloang (1641-1654), yang adalah para perdana menteri yang terpelajar dan andal, yang membawa Kesultanan Makassar pada masa keemasannya.[4]

Daftar raja Tallo

sunting

Berikut ini adalah daftar Karaeng (raja) Kerajaan Tallo:[5]

No Nama Pemerintahan Keterangan
1 Karaeng Loe ri Sero, Tuniawanga ri Sero 1460[6]–1490[6] Anak Tunatangkalopi Raja Gowa ke-6
2 Karaeng Samarluka Tunilabu ri Suriwa 1490[6]–1500[c] Anak raja sebelumnya
3 I Mangayoangberang Karaeng Pasi' gelar anumerta Karaeng Tunipasuru 1500[6]–1543[6] Anak raja sebelumnya
4 I Mappatakakatana Daeng Padulu', Karaeng Pattingalloang, gelar anumerta "Tumenanga ri Makkoayang" 1543[6]–1576 Anak raja sebelumnya, perdana menteri pertama Kerajaan Gowa-Tallo
5 I Sambo Daeng Niasseng Karaeng Pattingalloang Karaeng Bainea 1576–1590[6] Anak raja sebelumnya
6 I Tepukaraeng Daeng Parabbung, Karaeng Tunipasulu', gelar anumerta "Tunipasulu"[6] 1590[6]–1593 Anak raja sebelumnya dan Tunijallo
7 I Mallingkaan Daeng Mannyonri, Karaeng Matoayya, "Sultan Abdullah Awalul Islam", gelar anumerta "Tumenanga ri Agamana" 1593–1623 Anak raja ke-4, raja muslim pertama Kesultanan Makassar
8 I Manginyarrang Daeng Makkio, Karaeng Kanjilo, "Sultan Abdul Jafar Muzaffar", Tumammalinga ri Timoro, gelar anumerta "Tumenanga ri Tallo" 1623–1641 Anak raja sebelumnya, pernah menyerang Timor
9 I Mangadacinna I Daeng Baqle, Karaeng Pattingalloang, "Sultan Mahmud", gelar anumerta "Tumenanga ri Bontobiraeng" 1641-1654 Saudara raja sebelumnya
10 I Mappaiyo Daeng Mannyauru', "Sultan Harun Al Rasyid", gelar anumerta "Tumenanga ri Lampana" 1654-1673 Anak raja ke-8
11 I Mappincara Daeng Mattinri, Karaeng Kanjilo, "Sultan Abdul Qadir", gelar anumerta "Tumenanga ri Pasi'" 1673–1709 Anak raja sebelumnya
12 I Mappau'rangi Daeng Mannuntungi, Karaeng Boddia, "Sultan Sirajuddin", gelar anumerta "Tumenanga ri Tallo" 1709–1714 Anak raja sebelumnya
13 I Manrabbia Daeng Ma'nassa, Karaeng Kanjilo, "Sultan Najamuddin", gelar anumerta "Tumenanga ri Jawayya" 1714–1729 Anak raja sebelumnya, meninggal di Jawa

Kompleks makam

sunting

Kompleks makam raja-raja Tallo dari abad ke-17 hingga ke-19 terletak di Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.[7]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Tahun hanya perkiraan, karena Sulalatus Salatin menyebutkan bahwa peristiwa ekspedisi Raja Semerluki terjadi pada masa pemerintahan Sultan Mansur Syah di Melaka, yang berlangsung pada 1456-1477 Masehi
  2. ^ Tahun hanya perkiraan, karena tidak ada sumber yang menyebutkan dengan jelas kapan masa pemerintahan Karaeng Samarluka alias Tunilabu ri Suriwa berakhir. Namun, diperkirakan bahwa ia berkuasa pada akhir abad ke- 15.
  3. ^ Tahun menurut perkiraan Muhammad Lazuardi, karena tidak ada sumber yang menyebutkan dengan jelas kapan masa pemerintahan Karaeng Samarluka alias Tunilabu ri Suriwa berakhir. Namun, diperkirakan bahwa ia berkuasa pada akhir abad ke- 15.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ Mattulada. Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah. hlm. 7. 
  2. ^ Cummings. William, ed. A Chain of Kings. hlm. 32. ISBN 978-90-67-18287-4. 
  3. ^ a b c d Sewang, Ahmad M. (2005). Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 22. ISBN 979-461-530-7, 9789794615300. 
  4. ^ Cummings (2002). William, ed. Making Blood White: Historical Transformations in Early Modern Makassar (edisi ke-berilustrasi). University of Hawaii Press. hlm. 30-32. ISBN 0-8248-2513-6, 9780824825133. 
  5. ^ Cummings (2011). William, ed. The Makassar Annals. 35 dari Biblioteca Indonesica. BRILL. hlm. 352-353. ISBN 90-04-25362-9, 9789004253629. 
  6. ^ a b c d e f g h i j Lazuardi, Muhammad (2021), Kronologi Sejarah Kerajaan Gowa, Tallo, dan Gowa-Tallo (Makassar) 
  7. ^ Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan (1985). Laporan Pengumpulan Data Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Kotamadia Ujung Pandang, Provensi Sulawesi Selatan, Indonesia. Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi Selatan. hlm. 56-58.