Kertamandala, Panjalu, Ciamis
Kertamandala adalah desa di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.[1][2]
Kertamandala | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Ciamis | ||||
Kecamatan | Panjalu | ||||
Kode pos | 46264 | ||||
Kode Kemendagri | 32.07.08.2002 | ||||
Luas | 59 km² | ||||
Jumlah penduduk | 789 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Sejarah
suntingPada awalnya, Desa Kertamandala merupakan satu kesatuan dengan desa Mandalare yang kemudian dimekarkan. Kampung Mandala yang sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Desa Mandalare menjadi pusat Desa Kertamandala. Desa Kertamandala membawahi 8 kampung, yaitu: Mandala, Kertabraya (Tabraya), Banjar, Salauni, Cibungur, Rumalega, Tembong, dan Cicangkrung. Selain itu terdapat beberapa daerah kampung yang lebih kecil yang menjadi bagian dari kampung yang lebih besar, yaitu Ciburih (bagian dari Mandala) dan beberapa yang lainnya. Tiap-tiap kampung dipimpin oleh seorang kepala kampung yang dikenal dengan sebutan Lurah. Di Dusun Mandala, terdapat sebuah masjid yang bernama At-Taqwa. Masjid ini biasanya sering digunakan untuk melaksan akan Sholat Iedul Fitri. Di Dusun Mandala juga terdapat suatu pesantren sekaligus Sekolah Menengah Pertama yang bernama Miftahul Khoer.[butuh rujukan]
Pariwisata
suntingSitu Lengkong
suntingKisah ini berawal dari seorang raja dari Kerajaan Kediri. Setelah Ken Arok, raja Singosari memberontak ke kerajaan kediri, Akhirnya dia berkuasa di Jawa Timur. Para anggota keluarga dan prajurit kerajaan Kediri melarikan diri ke beberapa daerah di Pulau Jawa. Salah satunya adalah ke daerah Panjalu. Di sana mereka mendirikan Kerajaan Panjalu. Nama Panjalu diambil dari salah satu daerah yang ada di Jawa Timur. Mereka terus mempunyai anak. Sampai akhirnya ada salah seorang anak yg bernama Boros Ngora. Dia selalu berjudi, memasang tato. Akhirnya pihak kerajaan mengusirnya dari situ. Dia terus mengembara sampai akhirnya dia sampai di Mekkah. Dia bertemu dengan Sayyidina Ali Karamallahu Wajhahu. Disana ia (Ali) sedang di dalam tenda. Sedang menulis. Datang Boros Ngora ke dalam tenda. Karena Borosngora Hindu, tanpa mengucapkan salam dia masuk tanpa izin. Ali marah. Dia menancapkan penanya ke tanah. Ngora mencoba membantu. Bisa. Singkat cerita ia pun masuk Islam dan haji serta membawa air di mangkuk batok kelapa yang bolong. Dia bisa membawa air itu sampai ke tanah Jawa. Tanpa tumpah sedikitpun. Ucap ayahya itulah ilmu sejati. Tapi tiba-tiba air itu tumpah dan menggenangi jurang yang dalam. Anehnya air yg hanya sedikit itu bisa membanjiri jurang itu. Jadilah itu Situ Lengkong. Disana terdapat legenda ada buaya putih yang berjaga di dasar laut itu. Di tengah pulau itu terdapat pulau kecil. Di tempat itu dipercaya ada makam seseorang. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Situ Lengkong.[butuh rujukan]
Referensi
sunting- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 10 Juni 2023.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 10 Juni 2023.
Pranala luar
sunting