Kisaran (kota)

ibu kota Kabupaten Asahan, Sumatera Utara
(Dialihkan dari Kisaran, Asahan)

Kisaran (Jawi: كيسرن) adalah sebuah kawasan yang terletak di provinsi Sumatera Utara, sekaligus menjadi ibu kota dari Kabupaten Asahan. Ibukota kabupaten Asahan dipindahkan dari Tanjung Balai ke kota Kisaran pada 20 Mei 1968, dengan alasan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan karena letaknya yang strategis.[5] Kisaran meliputi dua kecamatan, yakni kecamatan Kota Kisaran Barat dan Kota Kisaran Timur. Kisaran berada di Jalan Raya Lintas Sumatra dan juga jalur Kereta Api Trans Sumatra Divre I Sumut & Aceh.[6]

Kisaran
Gapura selamat datang di Kota Kisaran
Gapura selamat datang di Kota Kisaran
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Utara
KabupatenAsahan
Kecamatan- Kota Kisaran Timur
- Kota Kisaran Barat
Peresmian ibu kota30 April 1980
Dasar hukumPP No.19 Tahun 1980[1]
Luas
 • Total62,98 km2 (24,32 sq mi)
Populasi
 • Total147.639
 • Kepadatan2.344,22/km2 (6,071,5/sq mi)
Kisaran
Julukan: 
• Kota Karet • Kota Kebun • Kota Naga
Motto: 
Rambate Rata Raya
Kisaran di Sumatra Utara
Kisaran
Kisaran
Letak Kisaran di Pulau Sumatra, Indonesia
Koordinat: 2°59′17″N 99°36′46″E / 2.98812°N 99.61288°E / 2.98812; 99.61288
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kode Pos
21211-21229
Kode area telepon0623 (Kab. Asahan - Kota Tj. Balai)
Situs webwww.asahankab.go.id

Berdasarkan PP Nomor 17 Tahun 1982 status kota Kisaran sebelumnya adalah kota administratif[7], yang kemudian dihapuskan menjadi kecamatan biasa pada tahun 2003 karena tidak memenuhi persyaratan peningkatan daerah otonom.[8] Kota Kisaran mempunyai objek wisata yang menarik setelah rampungnya pembangunan Masjid Agung Haji Ahmad Bakrie (tahun 2015) yang berada di tepi Jalan Lintas Timur Sumatera, Medan-Rantau Parapat, di depan gedung Kantor Bupati Asahan. Disamping itu, Taman Alun-Alun Kisaran adalah taman sederhana nuansa alami, dengan pepohonan hijau dan sarana komplet yang tersebar di penjuru taman.[9]

Sejarah

sunting
 
Jalan utama di Kisaran pada tahun 1900-an (lokasi saat ini diperkirakan bundaran tugu pahlawan Kisaran)

"Kisaran" diambil dari legenda Sei Silau, yang menjadi lokasi bertempurnya Naga Tiongkok dengan Dundung/Sidat, dalam pertempuran itu sang naga kalah dan berkisar-kisar di aliran Sei Silau, maka warga sekitar melihatnya dan menamakan naga berkisar, dan lokasi kejadian itu dinamai dengan "KISARAN"[10]

Pengaruh Perkembangan Daerah: Seiring dengan perkembangan daerah tersebut sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, Kampung Sei Saran kemudian berkembang menjadi sebuah kota dengan mengalami perubahan pelafalan dan penulisan menjadi "Kisaran".

Pengaruh Kolonial Belanda: Selama masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Kisaran termasuk wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Nama-nama tempat di wilayah ini seringkali mengalami perubahan pelafalan dan penulisan sesuai dengan aturan dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu, penamaan "Kisaran" mungkin juga dipengaruhi oleh pengaruh kolonial Belanda pada masa itu.

Daerah Kisaran pada awalnya merupakan daerah perkebunan yang didirikan oleh perusahaan perkebunan Belanda pada abad ke-19. Daerah ini dikenal sebagai "Nederlandsch-Indische Cultuur Maatschappij" (N.I.C.M.), yang mengembangkan perkebunan tembakau dan lada di daerah ini. Pada masa kolonial Belanda, Kisaran menjadi pusat administrasi yang tergabung dalam wilayah Kesultanan Asahan yang berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Daerah ini juga menjadi pusat aktivitas ekonomi dan perdagangan, terutama dalam bidang perkebunan dan perdagangan hasil bumi seperti tembakau, lada, dan pala.

Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945, Kisaran tetap menjadi bagian dari wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 1950-an, terjadi perubahan administratif di Indonesia, termasuk di daerah Kisaran. Pada tahun 1956, Kisaran dimekarkan menjadi sebuah kecamatan yang tergabung dalam Kabupaten Asahan.

Legenda 1

sunting

Menurut legenda yang berkembang di masyarakat setempat, Kisaran awalnya merupakan sebuah kampung yang terletak di sekitar aliran Sungai Silau yang dikenal sebagai "Sei Saran". Kampung Sei Saran ini adalah nama lain dari Kampung Tebing, yang dipercaya sebagai awal mula pemukiman orang-orang Melayu, Batak Toba, maupun suku bangsa pendatang lainnya di kawasan tersebut. Nama Kampung Tebing muncul karena berada di dekat kawasan Tebing yang banyak terdapat di tepi Sei Silau akibat dari proses erosi aliran Sei Silau. Kampung ini sekarang dikenal sebagai Kelurahan Tebing Kisaran.[11]

Konon, pada zaman dahulu kala, kampung tersebut sering dilanda oleh banjir yang membuat masyarakat setempat menderita. Penduduk kampung pun mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk memohon pertolongan kepada Dewata (dalam Bahasa Batak Toba disebut "Debata") yang diyakini dapat mengendalikan air.[12] Mereka mengadakan ritual dan memohon agar air sungai tidak lagi mengganggu mereka. Setelah beberapa waktu, permohonan mereka terjawab dan air sungai menjadi tenang, tidak lagi membanjiri kampung mereka. Sebagai ucapan terima kasih kepada Dewata, kampung tersebut kemudian diberi nama "Sei Saran", yang dalam bahasa Melayu atau bahasa Batak Toba berarti "air yang tenang".

Seiring dengan perkembangan waktu, nama "Sei Saran" kemudian mengalami proses metatesis (perubahan bunyi kata) menjadi "Kisaran" dalam penggunaan sehari-hari. Legenda ini menjadi salah satu cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas budaya dan sejarah masyarakat di Kisaran.

Legenda 2

sunting

Menurut kisah yang sudah ada sejak turun-temurun, pada sekitar abad ke-16 (XVI), bukit Katarina atau bukit Naga adalah tempat bertempurnya panglima perang kerajaan Tiongkok dengan Raja Maria Pane ke-7 dari Buntu Pane Asahan, bernama Datuk Daurung. Kemudian setelah bertarung adu kesaktian, tidak ada yang kalah dan menang, maka masing-masing mengeluarkan aji pamungkas, yaitu menjelma menjadi seekor ular naga dan ikan dundung. Keduanya lalu terjun ke Sungai Silau (Sei Silau).[10]

Mereka bertempur dengan mengandalkan kesaktian masing-masing. Akan tetapi, ular naga jelmaan Panglima Perang Tiongkok dapat dipukul jatuh, tertusuk sanai (patil) dari ikan dundung jelmaan Datuk Daurung. Naga itu meraung-raung menahan sakit dan menggelepar, yang akhirnya terkulai hanyut dan terkapar di hilir Sungai Silau tidak seberapa jauh dari bukit itu.

Setelah ratusan tahun kemudian, menurut cerita secara turun temurun dan sudah menjadi semacam legenda di masyarakat, ular naga jelmaan Panglima Perang Tiongkok siuman dari pingsannya yang cukup lama. Diiringi hujan lebat, petir sambung menyambung sehingga terjadilah banjir besar.

Kemudian ular naga tersebut berkisar-kisar (berenang-renang) dan menghanyutkan diri menelusuri Sungai Silau sampai hilir Sungai Asahan di kota Tanjung Balai. Selanjutnya menuju ke Selat Malaka.

Perkampungan di kawasan tempat naga berkisar tersebut akhirnya disebut dengan nama Kampung Kisaran Naga. Sekarang menjadi Kelurahan Kisaran Naga dan kota yang berada di dekat Sungai Silau disebut dengan nama Kisaran.[13]

Batas wilayah

sunting

Kota Kisaran berada pada ketinggian 14 – 17 mdpl, dengan letak geografis pada koordinat 2°57'08"–3°01'30"LU dan 99°36'43"–99°40'38"BT. Curah hujan berkisar antara 1.680mm – 2.246mm. Kota ini berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan lainnya,[2] yakni:

Utara Kecamatan Rawang Panca Arga, Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Pulo Bandring
Timur Kecamatan Air Joman dan Kecamatan Sei Dadap
Selatan Kecamatan Sei Dadap dan Kecamatan Pulo Bandring
Barat Kecamatan Pulo Bandring

Demografi

sunting

Penduduk

sunting

Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, jumlah penduduk Kisaran sebanyak 141.915 jiwa, dan pada tahun 2023 sebanyak 147.639 jiwa.[4]

Kecamatan Jumlah Penduduk
(2020)[14][15]
Jumlah Penduduk
(2023)[4]
Kota Kisaran Barat [14]
60.428
62.043
Kota Kisaran Timur [15]
81.487
85.596
Total
141.915
147.639

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, mayoritas penduduk Kisaran menganut agama Islam yakni 83,65%, kemudian Kristen sebanyak 11,33% (Protestan 10,57% dan Katolik 0,76%). Selanjutnya penganut agama Buddha sebanyak 4,46%, Hindu sebanyak 0,07%, Konghucu dan lainnya 0,49%.[16] Agama Islam umumnya dianut sebagian besar warga Jawa, Batak Mandailing, dan Angkola, Melayu, Minangkabau, Banjar, Aceh, dan lainnya. Agama Kristen kebanyakan dianut warga Batak Toba, Karo, Simalungun, Nias, dan sebagian Tionghoa, Angkola dan Mandailing. Agama Buddha dan Konghucu umumnya adalah warga Tionghoa yang kebanyakan berada di kecamatan Kota Kisaran Barat. Untuk sarana rumah ibadah di Kisaran hingga tahun 2023, terdapat 83 masjid, 82 musholla, 26 gereja Protestan, 3 gereja Katholik, dan 12 vihara/pura.[17]

Suku bangsa

sunting

Penduduk di Kisaran memiliki latar belakang suku bangsa yang berbeda-beda, yang didominasi oleh suku Jawa, Batak, dan Melayu. Data Badan Pusat Statistik dari hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, persentasi penduduk Kisaran (Kisaran Barat dan Kisaran Timur) berdasarkan suku bangsa yakni suku Jawa sebanyak 49,87%. Kemudian Batak sebanyak 32,03%. Suku Batak dalam Sensus 2010 di Kisaran sebagian besar adalah Batak Angkola, Toba, Mandailing, dan sebagian Karo dan Pakpak.[18] Penduduk dari suku Melayu sebanyak 4,88%, kemudian Minangkabau sebanyak 4,47%, Banjar sebanyak 1,29%, Aceh sebanyak 0,56%. Suku lain sebanyak 6,90%, sebagian besar ialah Tionghoa, dan selebihnya Nias, Sunda, dan suku lainnya.[18]

No Suku Jumlah 2010 %
1 Jawa 66.510 49,87%
2 Batak 42.715 32,03%
3 Melayu 6.502 4,88%
4 Minangkabau 5.968 4,47%
5 Banjar 1.719 1,29%
6 Aceh 742 0,56%
7 Lainnya* 9.199 6,90%
Kisaran 133.355 100%

Catatan: Suku lainnya, sebagian besar adalah Tionghoa, dan selebihnya suku lain seperti Nias, Sunda dan lain-lain.

Transportasi

sunting

Fasilitas kesehatan

sunting

Rumah Sakit :

Puskesmas :

Pusat Perbelanjaan

sunting
  • Pasar Inpress
  • Pajak Diponegoro
  • Pajak Kartini
  • Pajak Bakti
  • dan Area Pusat Kota Lainnya seperti di Jl. Imam Bonjol, Jl. Diponegoro, Jl. Sisingamangaraja, Jl. HOS Cokroaminoto, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Ir. Juanda, dan sekitarnya

Galeri kota kisaran

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 1980 Tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Asahan Dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjung Balai Ke Kota Kisaran". Sekretariat Negara Republik Indonesia. 30 April 1980. Diakses tanggal 21 Mei 2024. 
  2. ^ a b "Bab 1: Geografi". Kabupaten Asahan Dalam Angka 2020 (pdf). asahankab.bps.go.id. Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. April 2020. hlm. 7,9,13. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  3. ^ Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor: 12 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Asahan Tahun 2013 – 2033. Kisaran: Pemerintah Kabupaten Asahan. 24 Desember 2013. 
  4. ^ a b c "Bab 3: Penduduk". Kabupaten Asahan Dalam Angka 2024 (pdf). asahankab.bps.go.id. Volume 47: 2024. Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. 28 Februari 2024. hlm. 98. ISBN 978-602-456-169-7. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  5. ^ Rahmad (Juni 2020). Sejarah Kota Kisaran Kabupaten Asahan, Sumatera Utara (edisi ke-1). Penerbit: Garudhawaca. ISBN 978-6-236-52100-7. 
  6. ^ A. Argus, Array, ed. (29 November 2023). "Dua Kecamatan di Kabupaten Asahan dengan Kelurahan Terbanyak". Tribun-Medan.com. 
  7. ^ "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1982 Tentang Pembentukan Kota Administratif Kisaran" (pdf). Sekretariat Negara Republik Indonesia. 9 Juni 1982. Diakses tanggal 21 Mei 2024. 
  8. ^ "Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) Nomor 33 Tahun 2003 (33/2003) Tentang Penghapusan Kota Administratif Kisaran, Kota Administratif Rantau Prapat, Kota Administratif Batu Raja, Kota Administratif Cilacap, Kota Administratif Purwokerto, Kota Administratif Klaten, Kota Administratif Jember, dan Kota Administratif Watampone" (pdf). Sekretariat Negara Republik Indonesia. 8 Juli 2003. Diakses tanggal 21 Mei 2024. 
  9. ^ Sugiono (12 Mei 2023). "Masjid Agung H Achmad Bakrie Kisaran: Sebuah Destinasi Wisata Religius dengan Konsep Melayu yang Memukau". www.timenews.co.id. Diakses tanggal 21 Mei 2024. 
  10. ^ a b Soetrisman M.E., R. (2009). Legenda Kisaran Naga: (Cerita Rakyat Asal Mula Nama Kisaran). Cerita Rakyat Sumatera Utara (Kabupaten Asahan). Indonesia: Yogyakarta: Araska. ISBN 978-602-8669-36-8. 
  11. ^ Rahmad (2 September 2016) [2013]. Sejarah Kota Kisaran. Unimed. 
  12. ^ "Inilah Asal-Usul Nama Kisaran". www.asahansatu.co.id. 22 September 2017. 
  13. ^ Anjani Kartika, Dini (11 Oktober 2023). "Asal usul Kota Kisaran". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 23 Mei 2024. 
  14. ^ a b "Bab III: Ulasan Singkat". Statistik Kependudukan Kecamatan Kisaran Barat 2020 (pdf). Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. Agustus 2021. hlm. 17. ISBN 978-602-456-238-0. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  15. ^ a b "Bab III: Ulasan Singkat". Statistik Kependudukan Kecamatan Kisaran Timur 2020 (pdf). Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. November 2021. hlm. 13. ISBN 978-602-456-274-8. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  16. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Asahan". www.sp2010.bps.go.id. BPS. Diakses tanggal 23 Maret 2022. 
  17. ^ "Bab 4: Sosial dan Kesejahteraan". Kabupaten Asahan Dalam Angka 2024 (pdf). asahankab.bps.go.id. Volume 47: 2024. Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan. 28 Februari 2024. hlm. 208. ISBN 978-602-456-169-7. Diakses tanggal 28 Mei 2024. 
  18. ^ a b "Kabupaten Asahan Dalam Angka 2010". asahankab.bps.go.id. hlm. 78–79. Diakses tanggal 23 Maret 2022. 

Pranala luar

sunting

2°59′0″N 99°37′0″E / 2.98333°N 99.61667°E / 2.98333; 99.61667