Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur Kesebelas
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur Kesebelas (Inggris: The Eleventh East Asia Summit) adalah sebuah forum antar pemimpin negara dan kepala negara di Asia Timur dan sekitarnya, yang telah dilaksanakan pada tanggal 6-8 September 2016 di kota Vientiane, Laos. Pertemuan ini lebih sering disebut dengan East Asia Summit (disingkat EAS).[1]
Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur Kesebelas (Eleventh East Asia Summit) | |
---|---|
Tuan rumah | Laos |
Tanggal | 6-8 September 2016 |
Kota | Vientiane |
Peserta | Anggota-anggota EAS |
Sebelumnya | KTT Asia Timur Kesepuluh |
Selanjutnya | KTT Asia Timur Keduabelas |
Isu Pembahasan
suntingPerdana Menteri Laos, Thongloun Sisoulith, selaku ketua dan juga tuan rumah, menyampaikan kata sambutan dalam forum tersebut, komitmen terhadap deklarasi Kuala Lumpur 2005 tentang pembentukan KTT Asia Timur East Asia Summit. KTT Asia Timur 2010 menyepakati Prinsip Hubungan yang Saling Menguntungkan, dan HUT EAS Kesepuluh (2015) menekankan bahwa forum ini menjadi sebuah diskusi yang luas terkait isu politik, keamanan, ekonomi dan perhatian bersama untuk menjaga perdamaian, stabilitas dan perkembangan ekonomi di kawasan Asia Timur.[2]
Meskipun keputusan UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) atau hukum laut international telah dikeluarkan, terkait sengketa wilayah perairan antara Filipina dan Tiongkok, namun Thongloun Sisoulith, sebagai ketua forum dan tuan rumah, tidak membahas isu ini secara mendalam. Sementara dalam keputusan tersebut menyatakan bahwa klaim historis peta sembilan garis putus-putus (nine-dash line) oleh Tiongkok dinyatakan tidak sah dan hal itu bertentangan dengan hukum laut internasional yang berlaku. Tingkok juga dianggap telah melanggar hukum UNCLOS karena tidak mencegah nelayan Tiongkok dalam melakukan aktivitas di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.[1]
Pertemuan kesebelas ini juga masih memprioritas peningkatan kerjasama dalam bidang energi antara ASEAN dan Tiongkok, bidang pendidikan khususnya di kawasan ASEAN, dan pentingnya stabilitas keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Dalam bidang kesehatan, EAS berkomitmen bahwa Asia-Pasifik bebas wabah malaria di tahun 2030. Sementara di bidang keamanan, komitmen menjadikan Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata dan Bebas Senjata Nuklir. Isu lain yang dibahas adalah masalah pengungsi, konflik Laut Selatan, Semenanjung Korea, terorisme, ilegal fishing, dan penanggulangan sastwa liar dan perdangan kayu ilegal.[2]
Komitmen anggota EAS
suntingDalam kata sambutannya, Li Keqiang menyatakan bahwa Tiongkok akan meningkatkan kerjasama dengan Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam upaya tanggap darurat gempa bumi. Tiongkok juga mengingatkan anggota EAS untuk memberikan perhatian lebih banyak terhadap keamanan regional.[3]
Terkait isu terorisme, Jepang menyatakan akan menyalurkan dana sebesar ¥ 45 Miliar dan memberikan dukungan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia untuk 2.000 personel selama tiga tahun, dalam upaya peningkatan kemampuan kontraterorisme atau melawan terorisme dan kelompok ekstremisme di negara-negara anggota East Asia Summit. Jepang juga ingin berkontribusi lebih aktif dalam penanggulangan ekstrimisme dengan pendekatan yang lebih komprehensif melalui kegiatan pendidikan, pembangunan sosial dan ekonomi guna menopang masyarakat yang lebih baik.[4]
Kehadiran Delegasi
suntingPara pemimpin negara dan kepala pemerintaha yang hadir dalam KTT Asia Timur Kesebelas di kota Vientiane, Laos;
Referensi
sunting- ^ a b Laksmana, Evan A. (2016-09-20). Wisnubrata, ed. "KTT Asia Timur dan Dimensi Strategis Arbitrase LCS". Kompas.com. Diakses tanggal 31 Oktober 2020.
- ^ a b "Chairmans Statement of the 11th East Asia Summit" (pdf). www.asean.org (dalam bahasa Inggris). hlm. 1. Diakses tanggal 31 Oktober 2016.
- ^ "Remarks by Li Keqiang at the 11th East Asia Summit". www.gov.cn (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Oktober 2020.
- ^ "The East Asia Summit". www.mofa.go.jp (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Oktober 2020.