Konten buatan pengguna

Konten buatan pengguna (bahasa Inggris: User-generated content)[1] merupakan konten foto, suara, teks, animasi, hingga video yang diunggah oleh pengguna pada jejaring sosial dan juga wiki.[2]

Sejarah

sunting

Bermula dari kemajuan teknologi dari era pertanian, industri dan saat ini memasuki era informasi, situs web menjadi semakin banyak digunakan. Menurut Joseph Carl Robnett Licklider dalam Moens, Li&Chua (2013), komputer akan menjadi koneksi yang menghubungkan banyak negara sehingga orang bisa mengakses data atau program yang diinginkan. Dan hal itu sudah ada di internet hari ini.

Dua puluh tujuh tahun kemudian, WWW diperkenalkan oleh Tim Berners-Lee. WWW menjadi sistem yang saling terhubung satu sama lain serta pranala suatu data yang langsung terkoneksi di internet. Dengan peramban web, seorang pengguna langsung bisa melihat konten yang berbasis multimedia.

Banners-Lee memberikan kesempatan setiap individu untuk mengunggah dokumen lewat internet. Konten Buatan Pengguna secara digital dimulai pada era 1990 disaat Richard Stallman membuat ensiklopedia berbasis situs web yang bisa dirangkai dan diubah bersama. Hal tersebut berkaitan dengan proses penerbitan Wikipedia pada tahun 2001. Konten buatan pengguna mulai berkembang di portal situs web, dimana seseorang bisa berinteraksi dan berkolaborasi satu dengan yang lain di media sosial seperti kegunaan utama Konten Buatan Pengguna yang menyatukan komunitas virtual. Hingga saat ini, konektivitas yang ada dalam Konten Buatan Pengguna sudah banyak dikembangkan ke perspektif yang lain seperti bidang bisnis, pendidikan dan pemerintahan.

Pada awalnya, penggunaan konten buatan pengguna sudah dimulai sejak dulu yaitu pada tahun 1857. konten buatan pengguna digunakan pada penulisan kamus multi-volume Oxford English Dictionary, oleh pionir pertama Richard Chenevix Trench. Kemudian pada tahun 1990-an mulai bermunculan penggunaan konten buatan pengguna pada media seperti IMDb.

Penggunaan konten buatan pengguna sangat populer digunakan pada pertengahan 2000-an. Salah satu media yang menggunakan sistem konten buatan pengguna ini adalah BBC pada tahun 2005. Hal ini sejalan dengan sebuah artikel mereka pada tahun 2006, yang mengatakan bawah merekalah satu satunya industri media yang mengadopsi konten buatan pengguna. Kemudian penggunaan konten buatan pengguna oleh BBC melalui program mereka yang melibatkan khalayak dalam menerima foto-foto dan penyebarannya kepada khalayak lainnya. Selanjutnya media lain seperti Sky News melalui program citizen journalism untuk mendapatkan dan mengumpulkan konten foto dan video dari pengguna mereka.[3]

Dengan perkembangan internet yang semakin pesat, konten buatan pengguna semakin menjadi salah satu pusat penyebaran informasi. Munculnya Wikipedia pada tahun 2001 dan Flickr pada tahun 2004.

Evolusi situs web

sunting

Evolusi situs web yang semula dari “Read-Only” menjadi “Read and Write Interaction”. WWW menghubungkan orang kepada publik serta membagikannya. Situs web 2.0 memuat segala hal tentang dunia sosial, di mana orang biasa bisa bertemu, berkolaborasi dan membagikan aplikasi sosial berbasis software di Web.

Menurut O’Reilly dalam Moens, Li&Chua (2013), ciri-ciri web baru adalah:

  1. Situs web adalah platform
  2. Memanfaatkan kecerdasan kolektif
  3. Data adalah kelanjutan dari kemudahan untuk mengontrol sesuatu
  4. Akhir dari siklus rilis perangkat lunak
  5. Model pemrograman yang ringan
  6. Perangkat lunak di atas tingkat satu perangkat
  7. Banyak pengalaman pengguna

Seiring bertumbuhannya jumlah situs web, para pemilik situs web berpikir, bagaimana agar banyak pengguna internet tertarik untuk masuk ke dalam situs web mereka dan berpartisipasi. Manfaat aplikasi web yang menarik, kemudahan penggunaan, antarmuka yang nyaman, layanan terjamin, knowledge sharing mungkin bisa membuat pengguna internet tertarik untuk mencoba bahkan turut berpartisipasi didalamnya.

Sebagian kalangan mengungkapkan bahwa ini sebagai Perbudakan 2.0. Mereka (para Founder) dapat memperbaharui konten situsnya sendiri dengan membuat aplikasi web kemudian mempekerjakan jutaan pengguna internet untuk mengisi konten utamanya. Mereka (para pengguna internet) tidak dibayar dari menulis konten tapi founder mendapatkan banyak manfaat dengan situs yang mereka tawarkan.[butuh rujukan]

Konten buatan pengguna pada era digital sangat menjadi penting karena teknologi yang sudah memadahi untuk setiap orang bisa berkreasi membuat sesuatu. Dengan banyak variasi yang bisa digunakan para konsumen untuk memproduksi konten sendiri, hal ini tidak hanya berfungsi di dunia jurnalisme tapi dalam keseluruhan konten situs web, bahkan di sosial media. Demokrasi informasi membuat perbedaan yang awalnya sifat komunikasi berasal dari satu orang saat ini menjadi banyak ke banyak orang. Hal tersebut disertai dengan perubahan sifat konsumen yang menjadi pengguna yang memproduksi dengan menggunakan internet sebagai aspek utama. Publikasi tidak memerlukan percetakan atau sebuah tempat untuk memproduksi barang terlebih dulu karena informasi sudah dalam bentuk digital dan setelah diunggah ke suatu portal di internet pasti setiap orang mampu melihatnya.

Bahan yang bisa digunakan juga banyak, mulai dari gambar visual, suara, teks, gambar bergerak, hingga video. Media sosial juga menjadi sarana yang tepat ketika seseorang ingin memproduksi sesuatu secara mandiri. Karena fitur-fitur yang ada sudah sangat membantu untuk bisa memproduksi suara, gambar, video hingga gambar bergerak. Informasi sudah sangat bisa diakses dengan cara memberikan link yang kita inginkan untuk dilihat pembaca ketika ingin menyampaikan karya kita yang berada di portal media lain misalnya seperti suara yang ada di Soundcloud maupun video di Youtube.

Untuk semakin menjangkau khalayak, biasanya para pemilik portal menyediakan kolom komentar untuk mengetahui sejauh mana khalayak menyukai artikel yang ada dalam portal tersebut. Tidak hanya komentar namun juga bisa memberikan emotikon perasaan yang akan menggambarkan perasaan pembaca setelah membaca artikel yang terdapat di portal tersebut.

Konten buatan pengguna bukan konsep baru, namun bagaimana saat ini pada era digital, khalayak menjadi lebih bersifat partisipatif dalam setiap penggunaan fasilitas di internet. Bisa dikatakan juga, konten buatan pengguna tidak bisa dipisahkan dari proses jurnalisme warga yang semakin marak terjadi di masyarakat.

Konten yang dibahas oleh khalayak juga tidak hanya membahas apa yang sedang dibahas oleh portal media hari itu, khalayak sangat bisa membahas topik yang memang ingin diperdalam olehnya lewat konten yang diproduksi. Misalnya dengan portal jurnalisme warga yang dimiliki oleh Net TV, Kompas, Tempo dan Detik, masing-masing memiliki isi konten situs web yang berbeda satu dengan yang lain. Tergantung bagaimana khalayak ingin mengekspresikan lewat tulisan, gambar maupun video.

Kegunaan atau fungsi

sunting

Adapun beberapa kegunaan atau fungsi dari konten buatan pengguna:

Sebagai media untuk jurnalisme

sunting

Di era digital ini, semua orang bisa menjadi jurnalis atau penulis berita. Perusahaan media massa mulai mengembangkan sebuah situs web khusus bagi para pengguna internet untuk menyampaifkan opini atau menulis suatu artikel secara gratis. Salah satu situs web tersebut yaitu kompasiana.com. Para pengguna internet yang ingin menulis artikel dapat membuat akun agar dapat log masuk di situs web tersebut dan pengguna bisa langsung menulis artikel yang dia inginkan. Namun perlu dingat, artikel yang terdeteksi terdapat plagiat didalamnya akan langsung dihapus oleh pihak kompasiana.

Menginformasikan keadaan sekitar

sunting

Berkembangnya media sosial memberi kemudahan bagi para penggunanya untuk menginformasikan keadaan lingkungan sekitar. Pengguna dapat mengunggah foto atau mendeskripsikan keadaan serta dapat meminta bantuan sesama pengguna lain apabila terjadi sesuatu. Instagram sebagai salah satu media sosial yang ada menjadi primadona bagi pengguna di dunia karena dapat mengunggah foto atau video serta deskripsi secara bersamaan, selain itu, pengguna dapat mencantumkan komentar mengenai foto yang ditampilkan sehingga informasi yang disampaikan bisa lebih lengkap. Selain itu, ada pula fitur repost yang digunakan sebagai alat untuk mengunggah ulang foto dari akun yang lain. Fitur ini dapat mengambil foto dari beberapa orang dan terdapat nama dari pengunggah yang sebenarnya sehingga orang mudah mengetahui pemilik dari foto tersebut.

Sebagai sarana hiburan

sunting

Kebanyakan orang bermedia sosial untuk menghibur diri sendiri. Instagram sebagai salah satu media sosial yang ada, mulai banyak digunakan untuk kegiatan konten buatan pengguna ini. konten buatan pengguna digunakan sebagai sarana untuk mengunggah sesuatu yang menghibur dengan konten-konten yang ringan dan mudah dipahami. Salah satu proses konten buatan pengguna dalam hal ini yaitu 9GAG dalam media sosial Instagram. 9GAG menggunakan media sosial Instagram untuk memberi informasi yang menghibur dengan mengunggah video atau foto yang menghibur. Video dan foto tersebut hampir semua berasal dari pengguna lain yang mencantumkan sebuah hashtag atau menandai akun 9GAG dan 9GAG mengunggah ulang foto atau video tersebut ke akun mereka menggunakan fitur repost.

Sebagai kegiatan perdagangan atau proses jual-beli

sunting

Internet saat ini digunakan dalam berbagai hal khususnya dalam kegiatan ekonomi. Internet dapat digunakan sebagai kegiatan atau proses jual-beli, baik sesama pengguna atau perusahaan tertentu. Ada beberapa perusahaan yang menciptakan situs web khusus untuk jual-beli sesama pengguna. Dengan bermodalkan internet dan ponsel pintar, pengguna dapat membeli barang keinginannya tanpa harus berjalan jauh berkeliling mencari barang yang akan dibeli dan juga menjual barang yang ingin mereka jual tanpa harus mencari lahan untuk berjualan. Shopee, Bukalapak, dan Tokopedia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang membuat platform atau situs web bagi para pengguna yang ingin menjual atau membeli barang secara cepat dan mudah. Pengguna hanya perlu login untuk membuat akun di situs web atau akun platform tersebut dan pengguna dapat langsung mencari barang untuk dibeli ataupun menjual barang-barang yang mereka jual.

Ajang promosi dengan harga minimum

sunting

Jalannya User Generated Content (UGC) berfokus sosial media dan blog individual. Hal ini memungkinkan untuk perusahaan meminimalisir budget yang mereka keluarkan untuk promosi produk mereka.

Dipastikan bahwa konten yang dibuat akan selalu baru

sunting

Penggunaan sosial media sebagai salah satu alat untuk proses berjalannya UGC, perusahaan akan selalu dituntut membuat konten di sosial media yang mereka gunakan agar selalu mengikuti trend dan tidak melulu dengan ide campaign yang sama.

Konten buatan pengguna pada jurnalisme

sunting

Tren grassroot media menjadi marak pada era digital yang kemudian menjadi bentuk baru dari jurnalisme partisipasi yang mulai dimiliki banyak media-media online. Hal itu berarti jurnalis profesional akan bisa mengontrol produksi berita dengan pengguna mereka yang juga turut aktif dan berpartisipasi dalam membuat kreasi dari konten yang ada. Kolaborasi diantara jurnalis profesional dan jurnalis amatir menjadi perpaduan yang baik dalam pembuatan konsep konten buatan pengguna. Pembedanya adalah kesempatan jurnalisme warga yang disediakan dalam portal dan situs tersendiri yang dimiliki perusahaan berita, dan jurnalis profesional merujuk pada media mainstream yang biasa dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Dalam istilah sosiologi, literasi berita, pembuatan berita melibatkan partisipasi dari penggguna yang akan menjadi variasi tersendiri dalam portal-portal berita baik itu nasional maupun internasional.

Konten buatan pengguna di Indonesia

sunting

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia menjadikan Indonesia memiliki pengguna internet nomor enam di dunia dengan jumlah 83,7 juta orang pada tahun 2014.[4] Hampir sebagian masyarakat Indonesia telah memiliki media sosial sebagai sarana untuk berinteraksi di dunia maya. Seiring meningkatnya intensitas penggunaan internet dan media sosial, masyarakat mulai beralih ke konten buatan pengguna yang dibuat oleh beberapa media mainstream atau pengguna lain. Konten buatan pengguna dibentuk sebagai sarana untuk membangun sebuah media dengan berbagai kanal yang berbeda seperti untuk hiburan, jurnalis, jual beli, dan lain-lain. Konten buatan pengguna juga memancing atau mengajak pengguna internet untuk berdiskusi mengenai topik-topik tertentu, sehingga pengguna tidak hanya menjadi konsumen media saja tetapi pengguna juga dapat menghasilkan produk berupa konten dari hasil pemikiran mereka lalu dipublikasikan di media sosial.

Kutipan

sunting
  1. ^ "Kampanye untuk konten buatan pengguna". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-13. Diakses tanggal 2018-10-08. 
  2. ^ Berthon, Pierre; Pitt, Leyland; Kietzmann, Jan; McCarthy, Ian P. (August 2015). "CGIP: Managing Consumer-Generated Intellectual Property". California Management Review (dalam bahasa Inggris). 57 (4): 43–62. doi:10.1525/cmr.2015.57.4.43. ISSN 0008-1256. 
  3. ^ "The BBC May be the First Mainstream Industrial Medium to Adopt User-Generated Content". BBC News. 4 July 2006. Diakses tanggal April 2, 2017. 
  4. ^ KOMINFO, PDSI. "Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia". Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-22. 

Referensi

sunting
  1. Khajuria Iesha & Rachna. (2017). A Study of User-Generated Content on Social Networking - Global Journals. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2018, Pukul 23.40
  2. Moens M., Li J.&Chua T. (2014). Mining User Generated Content. US: CRC Press.
  3. Paulussen, S.&Ugille, P. (n.d.). User Generated Content in the newsroom: professional and organisational constrain on participatory journalism. Belgium: Ghent University.
  4. Shah, R.&Zimmermann, R. (2017). Multimodal analysis of konten buatan pengguna. Switzerland: Springer.
  5. Wyrwoll C. (2014). Social media: fundamentals, models and ranking of konten buatan pengguna. Germany: Universitat Hamburg.

Pranala luar

sunting