Kutukan masa jabatan kedua

Kutukan masa jabatan kedua adalah sebuah anggapan bahwa masa jabatan kedua Presiden Amerika Serikat tidak sesukses masa jabatan pertama mereka.[1][2]

Ilustrasi pembunuhan William McKinley, peristiwa yang terjadi pada masa jabatan kedua McKinley.

Menurut "kutukan" tersebut, masa jabatan kedua presiden AS biasanya diwarnai skandal besar, kebijakan gagal, musibah, atau masalah lainnya.[3][4][5] Dua puluh satu presiden AS menjabat selama dua periode[6] dan semuanya menghadapi kesulitan yang dikaitkan dengan kutukan ini. Konon, gara-gara Franklin D. Roosevelt melanggar batas periode de facto dengan memutuskan maju untuk periode ketiga dan keempat, arwah George Washington mengutuk semua presiden selanjutnya yang menjabat dua periode.[4][5] Namun demikian, beberapa presiden yang menjabat sebelum Roosevelt, termasuk Washington sendiri, juga mengalami kutukan ini.[2]

Benar tidaknya anggapan tersebut masih dipersoalkan. Misalnya, setelah menganalisis persentase dukungan publik dari era Harry S. Truman sampai Barack Obama, pakar statistik politik Nate Silver menemukan bahwa dukungan publik rata-rata lebih rendah pada periode kedua, tetapi ia juga menemukan alasan-alasan lain yang menjelaskan perubahan dukungan tersebut. Ia menyimpulkan, "kutukan masa jabatan kedua itu konsep analisis yang lemah".[7] Selain itu, penulis politik Michael Barone menyebutkan ada beberapa presiden yang sukses di periode kedua. Menurutnya, "masa jabatan kedua yang bermasalah biasanya disebabkan karena gagal menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan dan tantangan zaman".[2] Sebaliknya, artikel The Economist tahun 2013 menyatakan bahwa kutukan masa jabatan kedua didukung oleh data. Menurut artikel tersebut, semua presiden sejak awal era Theodore Roosevelt sampai akhir era George W. Bush mengalami kelesuan ekonomi pada periode kedua, kecuali era Truman, Ronald Reagan, dan Bill Clinton.[8]

Presiden yang dikutuk

sunting
Presiden Periode kedua Peristiwa yang dianggap kutukan
  George Washington 1793–1797 Efek Perang Revolusi Prancis[2]
Skandal penandatanganan Perjanjian Jay[1]
Kelelahan karena konflik internal politik[9]
  Thomas Jefferson 1805–1809 Konspirasi Burr[6]
Undang-Undang Embargo 1807[2]
  James Madison 1813–1817 Pembakaran Washington[2]
  James Monroe 1821–1825 Kongres menolak undang-undang anti-perbudakan[6]
  Andrew Jackson 1833–1837 Peristiwa terkait Perang Bank yang memicu Kepanikan 1837[10]
  Abraham Lincoln 1865 Pembunuhan Abraham Lincoln[11]
  Ulysses S. Grant 1873–1877 Kepanikan 1873[6]
Kegagalan upaya penegakan hak warga Afrika-Amerika di selatan pada Zaman Rekonstruksi[2]
Banyak skandal[9]
  Grover Cleveland 1893–1897 Menderita kanker mulut[11]
Kepanikan 1893[6]
  William McKinley 1901 Pembunuhan William McKinley[2]
  Theodore Roosevelt 1905–1909[note 1] Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Woodrow Wilson 1917–1921 AS masuk Perang Dunia I[2]
Popularitas anjlok karena tidak menerima keberatan publik atas Perjanjian Versailles[2] sehingga perjanjian ini ditolak Senat
Gagal mendorong AS masuk Liga Bangsa-Bangsa[9]
Mengalami stroke[9]
Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Calvin Coolidge 1925–1929[note 1] Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Franklin D. Roosevelt 1937–1941 Kegagalan "rencana reformasi peradilan"[1]
Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Harry S. Truman 1949–1953[note 1] Perang Korea[12]
Skandal pembebastugasan Jenderal Douglas MacArthur[13]
  Dwight D. Eisenhower 1957–1961 Skandal jas[1]
Insiden U-2 1960[1][5]
Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Lyndon B. Johnson 1965–1969[note 1] Perang Vietnam[12]
Reaksi terhadap Great Society[12]
Kerusuhan kota dan Komisi Kerner[12]
Dikalahkan Eugene McCarthy dalam pemilihan pendahuluan di Wisconsin[6]
Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Richard Nixon 1973–1974[note 2] Skandal Watergate dan pengunduran dirinya[4][12]
Ekonomi AS tidak sekuat periode pertamanya[8]
  Ronald Reagan 1985–1989 Skandal Iran–Contra[1][4]
  Bill Clinton 1997–2001 Gugatan Paula Jones[7]
Skandal Lewinsky dan pemakzulan Clinton[1][4]
Kontroversi pengampunan[14]
  George W. Bush 2005–2009 Gagal mereformasi Social Security[3]
Badai Katrina[15]
Pendakwaan Scooter Libby dalam skandal Plame[13]
Krisis keuangan 2007–2008[16]
  Barack Obama 2013–2017 Masalah peluncuran HealthCare.gov[17]
Kebocoran dokumen Edward Snowden[14]
Penutupan pemerintah federal Amerika Serikat 2013[11]
Kontroversi tebang pilih IRS[18]
Pernyataan bersalah David Petraeus[17]
Kritik atas penanganan kasus virus ebola di Amerika Serikat[18]
Berbagai serangan teroris di AS, termasuk serangan San Bernardino 2015 dan penembakan klub malam Orlando 2016[17][19]
Rendahnya dukungan publik untuk strategi melawan NIIS[17]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ a b c d Menjabat periode pertama setelah menyelesaikan periode pendahulunya yang meninggal saat menjabat.
  2. ^ Menjadi presiden pertama yang mundur

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g Clymer, Adam (November 7, 2012). "Triumphant Obama Faces New Foe in 'Second-Term Curse'". The New York Times. Diakses tanggal November 9, 2012. 
  2. ^ a b c d e f g h i j Barone, Michael (January 20, 2013). "Unlucky (Lame) Ducks?". The Wall Street Journal. Diakses tanggal December 5, 2016. 
  3. ^ a b Fournier, Ron (November 6, 2012). "5 Reasons Why Obama and Romney Will Get No Mandate". National Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-08. Diakses tanggal November 9, 2012. 
  4. ^ a b c d e "Bush sets out to salvage 2nd term". USA Today. October 31, 2005. Diakses tanggal November 9, 2012. 
  5. ^ a b c Duberstein, Kenneth M. (October 29, 2005). "Breaking the second-term curse". Los Angeles Times. Diakses tanggal November 9, 2012. 
  6. ^ a b c d e f Lehrman, Robert A. (January 19, 2013). "Obama's second term: What history says to expect". The Christian Science Monitor. Diakses tanggal December 6, 2016. 
  7. ^ a b Silver, Nate (May 16, 2013). "Is There Really a Second-Term Curse?". The New York Times. Diakses tanggal 2013-05-19. My view, then, is that the idea of the second-term curse is sloppy as an analytical concept. There is certainly a historical tendency for presidents who earn a second term to become less popular — but some of this reflects reversion to the mean. And some recent presidents have overcome the supposed curse and actually become more popular on average during their second terms. 
  8. ^ a b c d e f g h "Second-term blues". The Economist. January 26, 2013. Diakses tanggal December 6, 2016. 
  9. ^ a b c d Akhil Reed Amar (January–February 2013). "Second Chances". The Atlantic. Diakses tanggal December 6, 2016. 
  10. ^ Henningsen, Vic (January 21, 2013). "Henningsen: Second Term Curse". Vermont Public Radio. Diakses tanggal December 6, 2016. 
  11. ^ a b c Cornwell, Rupert (November 2, 2013). "The curse of the second term hovers over hapless President Obama". The Independent. Diakses tanggal December 5, 2016. 
  12. ^ a b c d e Broder, David (January 20, 2005). "Fending Off the 'Second-Term Curse'". The Washington Post. Diakses tanggal November 9, 2012. 
  13. ^ a b Hickey, Walt (February 18, 2013). "Watch Out, Obama: Second Terms Have Been Tainted By Scandal". Business Insider. Diakses tanggal September 3, 2019. 
  14. ^ a b Hughes, Brian (July 19, 2014). "The 10 worst second-term moments for presidents since Richard Nixon". The Washington Examiner. Diakses tanggal December 18, 2016. 
  15. ^ "Like Predecessors, Bush Has Second-Term Blues". The Wall Street Journal. October 29, 2005. Diakses tanggal November 9, 2012. 
  16. ^ Kurtz, Howard (May 14, 2013). "Obama's second-term curse? Not so fast". CNN. Diakses tanggal December 19, 2017. 
  17. ^ a b c d Harwood, John (January 6, 2016). "Avoiding the Dreaded 'Second-Term Curse'". The New York Times. Diakses tanggal December 5, 2016. 
  18. ^ a b Pianin, Eric (October 22, 2014). "While Obama Skulks Around, Hillary Rides a Crest of Popularity". The Fiscal Times. Diakses tanggal December 5, 2016. 
  19. ^ "A Complete List of Radical Islamic Terror Attacks on U.S. Soil Under Obama". Daily Wire. 2016-12-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-29. Diakses tanggal 2017-01-30.