Latah adalah kondisi di mana perilaku abnormal terjadi akibat seseorang mengalami kaget secara tiba-tiba atau stresor luar lainnya yang hampir secara eksklusif diamati pada orang-orang dari Asia Tenggara. Bila diinduksi, penderitanya biasanya akan melakukan perilaku seperti berteriak, mengumpat, gerakan menari, tertawa tidak terkendali, meniru dan patuh pada perintah. Gejala fisiknya mencakup peningkatan denyut jantung dan keringat berlebih, tetapi tidak ada hubungan sebab-akibat fisiologis yang jelas di luar hubungan nyata antara syok mendadak dan/atau stres emosional berat yang telah teridentifikasi. Karena tidak ada penelitian yang menunjukkan apakah perilaku tersebut disebabkan oleh kelainan genetik yang unik bagi orang yang berketurunan Asia Tenggara, serangkaian gejala psikosomatis yang dipicu oleh faktor antropologi budaya Asia Barat Daya, atau penyebab lain yang belum diketahui, penyebabnya masih belum dapat dipastikan.

Latah awalnya[1] dianggap sebagai gangguan kaget yang spesifik pada suatu budaya[2][3] dan sejarahnya ini dianggap sebagai perbedaan pribadi dan bukan suatu penyakit.[3] Kondisi serupa telah tercatat dalam budaya dan lokasi lain. Misalnya, ada yang disebut <i>Jumping Frenchmen of Maine</i>, imu di kalangan wanita suku Ainu di Jepang, mali-mali atau silok di kalangan orang Filipina, dan bat-schi (บ้าจี้) di kalangan orang Thailand; [4] namun, hubungan antara sindrom-sindrom ini masih kontroversial.[5]

Catatan paling awal

sunting

Penyebutan latah paling awal terdapat pada jurnal J.R. Logan tahun 1849 saat ia melakukan perjalanan dari Melaka ke Naning. Meskipun ini hanya referensi yang mungkin, pada tahun 1860-an, latah telah diidentifikasi dengan jelas di Malaya dan Jawa. Awalnya dianggap hanya sebagai "penyakit otak", hanya sedikit yang dipahami tentang latah pada masa itu. Catatan O'Brien dari awal hingga pertengahan tahun 1880-an adalah pengumpulan informasi pertama tentang latah yang tercatat. Ia mengamati bahwa latah lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan pria, dan lebih mungkin terjadi pada wanita yang lebih dewasa, dibandingkan wanita yang lebih muda.[6] Berdasarkan banyak catatan asli dari para pelancong Eropa, latah tampaknya tidak banyak berubah baik pada populasi demografi yang terkena maupun gejala-gejalanya.

Administrator kolonial Inggris Frank Swettenham menulis tentang latah dalam buku esainya Malay Sketches (1895). Frank menggambarkan bagaimana dua polisi dari Pulau Ambon yang bertugas di Selangor pada tahun 1874 yang menderita latah (dan) dijadikan bahan lelucon oleh rekan-rekannya.

Dalam DSM

sunting

Latah dimasukkan dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) IV di bawah bagian "Gangguan Disosiatif: Tidak Disebutkan Lain" sebagai sindrom yang terikat budaya. DSM IV menggambarkan latah sebagai hipersensitivitas terhadap rasa takut yang tiba-tiba, sering kali disertai ekopraksia, ekolalia, nurut pada perintah, dan perilaku disosiatif atau trancelike behavior. Disebutkan pula kebudayaan lain di mana latah ditemukan, tetapi satu-satunya informasi lebih lanjut yang diberikan DSM-IV adalah bahwa di Malaysia, latah lebih sering ditemukan pada wanita paruh baya. Sindrom ini telah dihapus dari DSM-5, dan alih-alih memperluas daftar sindrom terikat budaya DSM IV, DSM-5 malah menyediakan daftar silang untuk gangguan yang lebih umum dikenal yang diklasifikasikan sindrom terikat budaya. DSM-5 telah menghapus istilah "sindrom terikat budaya" dan menggantinya dengan istilah yang lebih "sensitif", serta glosarium yang sekarang berisi daftar singkat sindrom terikat budaya yang sebelumnya dikenal, diberi judul "Gangguan disosiatif Tertentu Lainnya" dan "Tidak Tertentu". Diskusi yang lebih umum, yang melibatkan pembentukan identitas budaya, penjelasan, dan penilaian, telah ditambahkan.

Dalam budaya populer

sunting

William S. Burroughs menyebut latah beberapa kali dalam novelnya tahun 1959 Naked Lunch, "sebuah parodi manusia massa modern di bawah program pengkondisian modern dari periklanan dan moralitas yang ditimbulkan oleh publik", menurut Eric Mottram. [7] Burroughs mendeskripsikan latah sebagai sesuatu yang melibatkan echopraxia, serta terjadi secara dipaksa dan bukan terjadi secara spontan. Latah juga disebutkan dalam novel Burroughs tahun 1963, The Yage Letters.

Kemungkinan penyebab terjadinya latah

sunting

Timbulnya latah sering dikaitkan dengan stres. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tanner dan Chamberland pada tahun 2001,[8] sejumlah besar partisipan penelitian telah mengalami stres dalam hidup(nya) (seperti meninggalnya anak atau suami) sebelum menjadi latah. Selain itu, sejumlah besar peserta dari banyak studi penelitian telah melaporkan mimpi aneh yang terjadi tepat sebelum timbulnya latah. Mimpi-mimpi ini biasanya memiliki unsur seksual, sering kali melibatkan penis. Menurut Tanner dan Chamberland, mungkin mimpi tersebut, meskipun bervariasi, mengindikasikan semacam disfungsi di area anatomi tertentu. Dengan meneliti hal ini lebih jauh, kita bisa mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai penyebab dan/atau pengobatan latah.[8] :526-529 Osborne (2001) menyatakan bahwa latah merupakan salah satu pelampiasan emosional yang mungkin dilakukan dalam budaya yang mengekang. [9] Winzeler percaya bahwa latah tidak terlalu merendahkan wanita dibandingkan pria, dan bahwa wanita sesungguhnya memiliki lebih banyak kebebasan dalam masyarakat karena mereka tidak memiliki standar seketat pria. Ia berpendapat bahwa seiring bertambahnya usia, pria menjadi lebih peduli dengan martabat dan ketenangan pribadi, sedangkan wanita tidak begitu peduli. Oleh karena itu, perempuan merasa lebih bebas dalam melakukan perilaku latah, sedangkan laki-laki tidak.

Referensi

sunting
  1. ^ Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV (edisi ke-4th). Washington, DC: American Psychiatric Association. 1994. ISBN 0-89042-061-0. OCLC 29953039. 
  2. ^ Dreissen YE, Tijssen MA (December 2012). "The startle syndromes: physiology and treatment". Epilepsia. 53 (Suppl 7): 3–11. doi:10.1111/j.1528-1167.2012.03709.x. PMID 23153204. 
  3. ^ a b Gimlette JD (August 1897). "Remarks on the Etiology, Symptoms, and Treatment of Latah, with a Report of Two Cases". British Medical Journal. 2 (1912): 455–7. doi:10.1136/bmj.2.1912.455-a. PMC 2407745 . PMID 20757229. 
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama latah UCSD
  5. ^ Winzeler, Robert L. (1995). Latah in Southeast Asia: The History and Ethnography of a Culture-bound Syndrome. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 33–51. ISBN 978-0-521-44077-6. Diakses tanggal 2008-02-26. 
  6. ^ Gimlette, J. D. (21 August 1897). "Remarks on the Etiology, Symptoms, and Treatment of Latah, with a Report of Two Cases" [Electronic version]. British Medical Journal, 455-457.
  7. ^ Parkingson A.D., Giving Away the Basic American Root[ed]ness Diarsipkan 2017-01-14 di Wayback Machine.
  8. ^ a b Tanner, C M; Chamberland, J (2001). "Latah in Jakarta, Indonesia". Movement Disorders. 16 (1): 526–529. doi:10.1002/mds.1088. PMID 11391750. 
  9. ^ Osborne, L. (2001, May). "Regional Disturbances". New York Times. Retrieved April 6, 2016.

Bacaan lebih lanjut

sunting