Jalak bali

spesies burung
(Dialihkan dari Leucopsar rotschildi)

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25 cm,[2] dari suku Sturnidae. Ia turut dikenali sebagai Curik Ketimbang Jalak.[3] Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali dan merupakan hewan endemik Indonesia. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali.

Jalak bali
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Sturnidae
Genus: Leucopsar
Spesies:
L. rothschildi
Nama binomial
Leucopsar rothschildi

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Morfologi

sunting

Ciri-ciri morfologis jalak bali adalah sebagai berikut:[4][5]

  • Bulunya 90% berwarna putih bersih, pada ujung bulu sayap dan bulu ekornya ditemukan warna hitam lebarnya 25 mm.
  • Pelupuk matanya berwarna biru tua mengelilingi bola mata, paruh runcing dengan panjang 2–3 cm, di bagian ujungnya berwarna kuning kecoklatan, rahangnya berwarna abu-abu kehitaman.
  • Burung jantan bentuknya lebih indah, mempunyai jambul di kepalanya dengan beberapa helai bulu berwarna putih bersih.
  • Panjang dari ujung paruh sampai ujung ekor kurang lebih 25 cm, panjang paruh 3 cm, panjang kepala 5 cm, panjang leher 2 cm, panjang sayap 13 cm, panjang ekor 6 cm, dengan warna kehitaman di ujungnya sepanjang 2 cm dan panjang kaki (tidak termasuk paha) 4 cm.
  • Berat badan 107,75 gram, jumlah bulu sayap 11-12 helai dan jumlah bulu ekor 17-18 helai.

Perbedaan Jantan dengan Betina

sunting
  • Kepala jantan lebih besar, berbentuk panjang. Sedangkan kepala betina lebih kecil dan cenderung bulat.
  • Jambul jantan lebih panjang, sedangkan jambul betina relatif lebih pendek.
  • Ukuran tubuh jantan lebih besar dan gagah, sedangkan betina tampak lebih ramping.[4]
 
Jalak Bali

Kicauan jalak mimiliki suara yang khas berupa campuran siul yang memiliki jeda nada beberapa saat dan suara lengkingan. Burung ini tergolong burung bersuara ribut, dan berceloteh keras, terkadang meniru suara burung lainnya.

Reproduksi

sunting

Jalak bali merupakan satwa monogamus, yaitu hanya memiliki satu pasangan dalam satu musim kawin, sehingga sex rasionya adalah 1:1 dan umur mulai proses perkawinan 7-9 bulan dengan jumlah telur maksimum sebanyak 3 butir yang dierami oleh kedua indukan selama sekitar 16 hari. Menurut Thompson dan Brown (2001), jalak bali melakukan proses perkawinan di alam pada umur dua tahun serta masa produktif jalak bali dalam menghasilkan keturunpai umur 1an untuk jantan sam7 tahun dan untuk betina sampai umur 12 tahun.[6]

Perkawinan jalak bali di dalam penangkaran terjadi sepanjang tahun. Biasanya jalak bali yang telah bertelur dan menetaskan anaknya selama 14 hari akan bertelur kembali setelah anaknya berusia sekitar 4-5 minggu atau jarak waktu bertelur sekitar dua bulan.[4]

 
Jalak Bali di Kebung Binatang Houston

Habitat dan Penyebaran

sunting

Jalak bali menyukai habitat hutan mangrove, hutan rawa, hutan musim dataran rendah dan daerah savana. Penyebaran jalak bali secara alami hanya terdapat di Taman Nasional Bali Barat (TNBB),[5]). Selain itu, penyebaran jalak bali terdapat di daerah Tegal Bunder, Lampu Merah, Batu Gondang, Prapat Agung, Batu Licin, dan Teluk Brumbun.[6]

Populasi

sunting

Ketika pertama kali diidentifikasi pada 1910, diperkirakan 300–900 ekor hidup di alam liar. Hasil sensus yang dilakukan sejak tahun 1974 sampai dengan 1986, menunjukkan keadaan perkembangan populasi yang tidak menggembirakan. Dari tahun 1974 sampai dengan 1981 terjadi peningkatan jumlah, tetapi sejak tahun 1983 terjadi penurunan populasi.[7] Populasi jalak bali di habitat alaminya yaitu di Taman Nasional Bali Barat selalu mengalami penurunan. Diketahui pada tahun 1984 jumlah jalak bali diperkirakan 125-180 ekor. Pada tahun 1988 jumlah jalak bali sekitar 37 ekor dan 12-18 ekor pada tahun 1990. Pada tahun 1998 didapatkan 10-14 ekor serta diperkirakan semuanya adalah jantan.[8] Data terakhir yang dikumpulkan oleh PEH Bali Barat pada tahun 2006 hanya ditemukan 6 ekor [9].Lalu, pada tahun 2009 Kenwrick (2009), mencatat di Pulau Nusa Penida tercatat sebanyak 65 individu dewasa dan 62 juvenile. Saat ini, tercatat 115 individu burung jalak ini, dan diperkirakan itu adalah jumlah maksimum.[7]

Aktifitas Harian

sunting

Di habitat alaminya jalak bali termasuk jenis burung yang suka terbang secara berombongan, pada musim kawin yang berlangsung antara bulan September-Desember mereka terbang secara berpasangan sambil mencari makan. Satwa ini membuat sarang di dalam lubang- lubang pohon pada ketinggian 2,5–7 m dari tanah. Jalak bali mempunyai aktivitas harian yang sama, yaitu setelah matahari terbit yaitu pada pukul 05.00-05.30 WITA mereka mulai terbang secara berkelompok menuju tempat makan/minum, dan mereka kembali menuju tempat tidur sebelum matahari terbenam yaitu pada pukul 14.30 WITA. Kegiatan harian ini akan berhenti sama sekali pada pukul 18.45 WITA. Radius pergerakan hariannya bervariasi dari 3–10 km tergantung pada keadaan lingkungannya.[6] Meskipun di alam jalak bali merupakan burung yang paling liar namun aktivitas yang dilakukannya selalu diiringi komunikasi suara antar pasangan- pasangan yang ada. Jalak bali merupakan burung yang menyukai kebersihan. Satwa ini suka bermain air untuk membersihkan badannya. Setelah itu, mereka mengeringkan tubuhnya dengan cara mengigit-gigit bulunya satu persatu. Pengeringan bulu ini dilakukan dengan berjemur sinar matahari dan bertengger di ranting-ranting pohon. Bulu-bulunya akan mengering dan kembali mengkilap bahkan semakin bercahaya.[10]

Ancaman dan Hambatan

sunting

Ada beberapa faktor yang menjadi hambatan atau bahkan ancaman bagi perkembangan burung Jalak Bali, diantaranya yaitu:

  • Predator, cth : Biawak dan Ular (dijumpai diwilayah Nusa Penida)
  • Faktor alam, habitat aslinya hanya terkonsentrasi dibagian barat pulau Bali yaitu Taman Nasional Bali Barat.
  • Perburuan, perburuan liar masih sering dijumpai walaupun Jalak Bali sudah dilindungi Undang-Undang.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ IUCN Detail 22710912
  2. ^ www.fobi.web.id[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Tempo, Volume 33, Issues 44-52, Badan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya, 2005 - Indonesia
  4. ^ a b c Mas’ud B. 2010. Teknik Menangkarkan Burung Jalak di Rumah. Bogor: IPB Press.
  5. ^ a b Thohari M. 1987. Gejala inbreeding dalam penangkaran satwaliar. Media Konservasi 1(4): 1-10.
  6. ^ a b c Alikodra, HS. 1987. Masalah pelestarian jalak bali. Media Konservasi 3(4).
  7. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :3
  8. ^ Thompson SD, Brown E. 2001. North American regional studbook for the Bali Mynah (Leucopsar rothschildii). Chicago: Department of Conservation and Science Lincoln Park Zoo.
  9. ^ Taman Nasional Bali Barat. 2009. Pengelolaan penangkaran jalak bali (Leucopsar rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat.
  10. ^ Kurniasih, L. 1997. Jalak Bali (Leucopsar rotschildi stresmann) spesies yang makin langka di habitat aslinya. Makalah Ilmiah Biosfer No. 9: 3-7.

Pranala luar

sunting