Mandar besar
Burung Mandar | |
---|---|
P. p. poliocephalus; Nakhon Sawan, Thailand | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | P. porphyrio
|
Nama binomial | |
Porphyrio porphyrio | |
Subspecies groups: | |
|
Mandar besar atau Purple swamphen (Porphyrio porphyrio) adalah burung yang biasanya dapat dijumpai di rawa-rawa yang lebih besar dan daerah rumpun gelagah di dataran rendah.[2] Burung yang terbilang lincah dan berwarna ungu kebiru-biruan ini memiliki paruh dan kaki warna merah.[2][3]
Jika ingin melihatnya, kita harus mengintip diam-diam karena ia bersembunyi di antara rumpun gelagah.[2] Masyarakat bisa melihatnya langsung jika mandar besar terbang pendek di atas tumbuh-tumbuhan dengan kaki yang menjuntai.[2] Burung ini mempunyai tinggi sekitar 43 cm.[2] Untuk makanannya sendiri, Mandar besar biasanya makan serangga seperti serangga air dan larvanya ataupun hewan-hewan kecil lainnya.[2] Selain itu burung Mandar juga suka jenis padi-padian dan tumbuh-tumbuhan air.[4]
Ciri-ciri
suntingSelain ciri-ciri yang sudah disebutkan di atas, burung ini juga mempunyai ciri unik lainnya, yakni memiliki bulu yang berwarna putih pada bagian bawah ekor dekat pantatnya.[4] Kemudian, paruh dan perisai dahi berwarna putih mencolok serta mempunyai iris merah.[5] Bunyi kicauannya keras dan tajam, yakni kik..kiik.[5] Bisa dibilang bahwa burung Mandar besar sering menyelam untuk mengambil gulma air dari dasar danau.[5] Selain itu, hewan yang satu ini senang berkelahi dan saling mengejar pada waktu berbiak.[5] Adapun ciri lainnya adalah burung ini biasanya berlari panjang di atas air sebelum lepas landas.[5]
Mandar besar dapat mencapai ukuran sebesar 40 cm.[5] Ini berarti fauna yang satu ini memiliki ukuran badan yang lebih besar daripada burung Terkuak (burung yang aktif pada malam hari dan mempunyai suara seperti terkruak terkruak).[4]
Telur yang dihasilkannya bisa mencapai belasan butir.[4] Setiap betina Mandar besar mampu bertelur 3-6 butir setiap periode berbiak dengan sarang yang dapat menampung sampai 12 butir telur.[6] Kemudian, paruh dan kaki burung ini berukuran besar serta pendek dan di atas kepalanya terdapat warna merah yang menyerupai jengger ayam.[4]
Habitat
suntingMandar besar dapat ditemukan di Eropa, Afrika, Pulau Samoa di Samudera pasifik dan Asia, termasuk Indonesia.[4] Di Indonesia burung ini biasanya terdapat di Pulau Sulawesi yang juga merupakan habitat dari burung jenis Terkuak dan Ayam-ayaman, orang-orang di sana biasa menyebutnya dengan nama Dentunda.[4] Burut ini tidak tercatat di Sumatra dan termasuk burung yang jarang berkunjung di Kalimantan, Jawa dan Bali.[5] Dulu diketahui merupakan populasi berbiak di danau-danau daerah pegunungan seperti dataran tinggi Yang yang berada di Jawa Timur, akan tetapi sekarang tidak ditemukan lagi.[5] Penyebaran Global paleartik, pada musim dingin Mandar Besar berada di daerah selatan tetapi jarang mencapai Indonesia., namun dapat ditemukan di Pulau Irian.[5]
Burung ini senang hidup berkelompok dan cenderung memilih daerah yang dekat dengan tanah, sawah, danau-danau, atau rawa-rawa sebagai sarangnya.[4] Karena kecenderungannya hidup di daerah yang berair atau rawa-rawa, maka Mandar besar disebut dengan Ayam Rawa.[4]
Referensi
sunting- ^ BirdLife International (2012). "Porphyrio porphyrio". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 26 November 2013.
- ^ a b c d e f Derek Holmes, dkk (1999).Burung-burung di Jawa dan Bali.Jakarta:Puslitbang Biologi- LIPI. Terj. Soenarto Adisoemarto Hal 18 Cet 1
- ^ "Menikmati Surga Burung di Rawapening". Suara Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g h i "Burung Mandar". Agro Burung. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-20. Diakses tanggal 30 April 2014.
- ^ a b c d e f g h i "Flora dan Fauna". Balai Kliring Keanekaragaman Hayati Nasional. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-17. Diakses tanggal 15 Mei 2014.
- ^ "Mandar Besar". Kutilang Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 30 April 2014.