Maurice Blondel
Maurice Blondel adalah seorang filsuf Prancis yang juga merupakan salah satu filsuf Katolik terbesar pada abad ke-20.[1] Blondel dilahirkan di kota Dijon pada tahun 1861.[1][2] Pada tahun 1881, Blondel belajar filsafat di Paris.[1] Setelah itu, pada tahun 1895, Blondel diangkat sebagai dosen di Universitas Lille.[1] Kemudian ia menjadi dosen filsafat di Universitas Aix-en-Provence dan mengajar di sana sampai tahun 1927, ketika ia mengundurkan diri karena alasan kesehatan.[1] Ia menetap di kota Aix-en-Provence hingga meninggal pada tahun 1949.[1]
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 2 November 1861 Dijon (Kekaisaran Perancis Kedua) |
Kematian | 4 Juni 1949 (87 tahun) Aix-en-Provence (Prancis) |
Data pribadi | |
Agama | Gereja Katolik Roma |
Pendidikan | École Normale Supérieure (1881–1884) Universitas Paris |
Kegiatan | |
Tesis akademis | Action: Essay on a Critique of Life and a Science of Practice (en) (1893 ) |
Pekerjaan | dosen (1899–1927), adjunct professor (en) (1896–1899), dosen (Eropa) (1895–1896), guru (1885–1889), filsuf, penulis |
Bekerja di | Aix-Marseille University (1896-1971) (en) , adjunct professor (en) , dosen (1896–1927) Universitas Lille, dosen (Eropa) (1895–1896) |
Karya kreatif | |
Karya terkenal | |
Murid doktoral | Gaston Berger (mul) |
Keluarga | |
Anak | Charles Blondel (en) |
Saudara | Georges Blondel (en) |
Kerabat | André Blondel (mul) (sepupu laki-laki pertama) Édith Royer (en) (Ibu mertua) |
Penghargaan
| |
Blondel pernah menyebabkan polemik karena tulisan-tulisannya tentang hubungan filsafat dan agama.[1] Dari pihak orang-orang Kristen, Blondel dituduh telah merasionalisasikan agama dan menjadikan agama Kristen semacam filsafat.[1] Sedangkan kalangan akademisi filsafat juga menuduh Blondel berusaha mengingkari kemandirian filsafat dari agama dan berusaha mencampuradukkan filsafat dengan agama.[1] Blondel menjawab pelbagai tuduhan itu melalui banyak artikel dan surat namun akhirnya Blondel memilih berdiam diri saja.[1]
Pokok filsafat Blondel adalah "perbuatan", yang sebenarnya tidak terlalu lazim dalam tema filsafat waktu itu.[1][2] Blondel berupaya menjadikan perbuatan sebagai ikatan yang menyatukan antara manusia yang satu dengan yang lainnya.[1] Selain itu, perbuatan juga menyatukan pemikiran dan kehidupan, tata susunan sosial, dan juga iman kepercayaan.[1] Tema "perbuatan" inilah yang dipakai Blondel menjembatani hubungan antara filsafat dan agama, sebab pada waktu itu filsafat cenderung menyingkirkan seluruh pembicaraan tentang agama.[1]
Referensi
sunting