Meister Eckhart adalah seorang teolog dan mistikus Kristen.[1][2] Ia merupakan seorang rahib Dominikan yang berasal dari Jerman.[2] Eckhart termasuk salah satu tokoh mistik yang terkenal dari gereja Abad Pertengahan selain Bernardus dari Clairvaux.[3]

Eckhart von Hochheim
Lahirc. 1260
Dekat Gotha, Kekaisaran Romawi Suci
Meninggal1327 or 1328
Kemungkinan Avignon
Nama lain"Meister Eckhart"
EraFilsafat abad pertengahan
KawasanFilsafat Barat
AliranMistisisme Kristen
Intelektualisme metafisika
The Meister Eckhart portal of the Erfurt Church.

Riwayat Hidup sunting

Ia dilahirkan di Hocheim, Thuringia pada tahun 1260. Eckhart pernah menjadi profesor bidang Teologi di Paris dan menjadi penasihat serta pendamping biara-biara di wilayah Jerman Selatan. Pada tahun 1323, dia menjadi profesor teologi di Koln.[2] Ia menghadapi pengadilan gereja tahun 1326 dengan tuduhan menyebarkan ajaran-ajaran sesat melalui khotbah-khotbah yang disampaikannya.[2] Eckhart berusaha membela diri dengan mengajukan tesis pembelaan namun persoalan tersebut tidak selesai juga tetapi diteruskan hingga ke Kuria Kepausan.[2] Eckhart kemudian pergi ke Avignon, Prancis untuk menghadap pengadilan Kepausan terkait persoalan dirinya yang dianggap mengajarkan ajaran sesat.[2] Dalam perjalanannya menuju Avignon inilah Eckhart kemudian meninggal dunia.[2] Sementara itu, keputusan pengadilan atas perkara Eckhart baru dijatuhkan tahun 1329, satu tahun setelah ia meninggal.[2]

Pemikiran sunting

Walaupun Eckhart adalah seorang Dominikan yang semestinya kuat dengan pengaruh filsafat Aristoteles,tetapi pada kenyataannya ia pemikirannya lebih mengarah kepada Neoplatonisme.[2] Ia menjadi yakin pada kebenaran dalam pandangan Neoplatonisme karena pernah bertugas menjadi penasihat rohani para suster.[2] Saat itulah, Eckhart berkenalan dengan berbagai fenomena rohani yang tidak banyak dialami sebelumnya.[2] Ini mendorong Eckhart untuk tertarik mempelajari mistik sekalipun dirinya bukan seorang visioner.[2] Eckhart sangat berani membicarakan tentang persatuan jiwa manusia dengan Allah.[3] Baginya, hanya Allah yang sungguh-sungguh ada.[3] Bila dibandingkan dengan Allah maka tidak ada makhluk yang ada.[3] Akan tetapi, dalam dirinya, manusia mempunyai cetusan hakikat-hakikat ilahi yakni hati nurani.[3] Oleh sebab itu, manusia perlu mengosongkan diri agar ia menjadi sadar akan kehadiran Allah di dalam dirinya.[3] Ketika manusia kehilangan perhatian pada apa yang tidak ada, ia menjadi satu dengan Dia yang ada.[3] Saat manusia berasa pada tingkat kesadaran yang paling tinggi, manusia menjadi sangat dekat dengan Allah bahkan tidak dapat dibedakan lagi dengan Allah.[3]

Karya-karya Penting sunting

  • Questiones Parisiensis.[4]
  • Paradise of The Intelligent Souls.[4]
  • Opus Tripatitum yang terdiri dari tiga jilid: Work of Proposition, Work of Questions, Work of Expositions.[4]
  • Sentences of Peter Lombard.[5]
  • Book of Divine Consolation.[5]
  • Enam tafsiran atas Kitab suci. Karyanya ini dibuatnya saat berada di Strasbourg dan Cologne.[5]

Pranala luar sunting

Referensi sunting

  1. ^ {en} Trevor A.Hart (ed). 2000. The Dictionary of Historical Theology. Grand Rapids: William & Eerdmans Publishing.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l {id} Paul Budi Kleden. 2006. Membongkar Derita, Teodice:Sebuah Kegelisahan Filsafat dan Teologi. Maumere:Ledalero. Hal. 155.
  3. ^ a b c d e f g h {id} Th.Van den End. 2008. Harta Dalam Bejana. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 142.
  4. ^ a b c {en} Daniel Patte. 2010. The Cambridge Dictionary of Christianity. New York: Cambridge university Press. 341, 342
  5. ^ a b c {en} Robert Audi (ed). 1999. The Cambridge Dictionary of Philosophy. London: Cambridge University Press. 216