Michel Thomas Verhoeks

Mgr. Michel Thomas Verhoeks, C.M. (29 Maret 1893 – 8 Mei 1952) adalah Vikaris Apostolik Surabaia sejak 8 Mei 1942 hingga wafatnya pada 8 Mei 1952.

Yang Mulia

Michel Thomas Verhoeks

Vikaris Apostolik Surabaia
GerejaGereja Katolik Roma
TakhtaKeuskupan Surabaya
Penunjukan16 Oktober 1941
(48 tahun, 201 hari)
Masa jabatan berakhir
8 Mei 1952
(59 tahun, 40 hari)
PendahuluTeofilo Emilio de Backere, C.M.
PenerusJan Antonius Klooster, C.M.
Jabatan lainUskup Tituler Eleutheropolis di Palaestina (1941–1952)
Imamat
Tahbisan imam
27 April 1919[1]
(26 tahun, 29 hari)
Tahbisan uskup
8 Mei 1942
(49 tahun, 40 hari)
oleh Albertus Soegijapranata, S.J.
Informasi pribadi
Nama lahirMichel Thomas Verhoeks
Lahir29 Maret 1893
Massie, Velddriel, Belanda
Meninggal8 Mei 1952(1952-05-08) (umur 59)
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
MakamPemakaman Puhsarang, Semen, Kediri, Jawa Timur, Indonesia
KewarganegaraanBelanda
DenominasiKatolik Roma

Pastor Verhoeks ditahbiskan menjadi Imam pada tanggal 27 April 1919. Karier imamatnya dijalankan hampir semuanya di seminari; ia adalah dosen Hukum Gereja dan teologi moral di Seminari Tinggi Saint Jozef, Panningen, Belanda. Ia ditunjuk menjadi Prefek Apostolik Surabaia pada tanggal 22 Oktober 1937. Pada tanggal 16 Oktober 1941, saat status Surabaia ditingkatkan dari Prefektur Apostolik menjadi Vikariat Apostolik, ia menjadi Vikaris Apostolik pertama Surabaya. Karena kedatangannya ke Indonesia langsung menjadi Uskup, ia memiliki keterbatasan dalam berbahasa Jawa.

Ia ditahbiskan menjadi Uskup di Semarang pada 8 Mei 1942 oleh Mgr. Albertus Soegijapranata, S.J. yang merupakan Vikaris Apostolik Semarang dengan gelar Uskup Tituler Danaba sebagai Uskup Penahbis Utama. Sementara, bertindak sebagai Uskup Ko-konsekrator adalah Vikaris Apostolik Malang yang bergelar Uskup Tituler Thubunae di Numidia, Mgr. Antoine Everard Jean Avertanus Albers, O.Carm. Selain itu, dalam tahbisan ini Prefek Apostolik Bandjarmasin, Pastor Jacob Jan Kusters, M.S.F. berperan sebagai asisten dalam tahbisan episkopal tersebut.[2] Penahbisan ini dilaksanakan tidak dalam upacara yang ramai, sebab pada waktu itu perang sedang berlangsung. Mgr. Verhoeks selama beberapa saat pernah tinggal di paroki Ketabang (Kristus Raja) di Jalan Residen Sudirman, yang ketika itu pernah hendak dimaksudkan sebagai pusat Vikariat.

Sebagai seorang pemimpin Gereja Katolik di Vikariat Surabaia, Mgr. Verhoeks mengalami masa-masa sangat sulit terkait dengan Perang Dunia II, ditambah dengan kondisi pada waktu itu di Kota Surabaya dan sekitarnya yang berkobar perang melawan tentara kolonial Belanda yang—dalam buku-buku sejarah—diceritakan "membonceng" kehadiran tentara sekutu (Aliansi) melawan Jepang. Mgr. Verhoeks bersama dengan para pastor dan orang-orang Belanda di-internir oleh Jepang di Cimahi pada tahun 1943. Sebagaimana dialami oleh orang-orang Belanda waktu itu, ia juga mengalami berbagai pengalaman penganiayaan oleh tentara Dai Nippon. Pengalaman diinternir yang menjadi salah satu sebab ia mengidap penyakit yang menderanya hingga wafatnya, asma.

Sesudah kekalahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia (1945), kepemimpinan Mgr. Verhoeks di Vikariat Surabaya mendapat tantangan hebat berhubung dengan periode yang disebut Agresi Militer Belanda. Pada waktu itu, wilayah Mojokerto ke timur sampai Surabaya dikuasai oleh tentara kolonial Belanda; sementara Jombang ke barat (sampai Madiun) berada dalam kekuasaan Tentara Republik Indonesia. Mgr. Verhoeks mengalami kesulitan untuk melakukan kunjungan ke wilayah "barat" karena situasi politis yang gawat, sehingga "wilayah" kevikariatannya" seakan terbelah antara timur (Mojokerto dan Surabaya) dan barat (Jombang-Madiun). Karena itu, R.P. Dwidjosoesastro C.M., yang adalah Romo Jawa pertama dari Kongregrasi Misi yang baru pulang dari Belanda diangkatnya menjadi semacam "wakil" atau "pro-Vikaris Apostolik" yang menangani wilayah "barat".[3] Bahkan, ketika seminaris dibawa oleh Pastor Dwijosoesastro tahun 1948 dari Madiun dan Kediri ke Jalan Kepanjen 9, Surabaya untuk masuk seminari, mereka harus melewati "perbatasan" wilayah (demarkasi) untuk masuk ke Surabaya, dan merupakan sesuatu yang menegangkan.

Mgr. Verhoeks dikenal oleh para pastor misionaris lain sebagai seorang pemimpin yang sabar. Ia suka bersepeda dan bahkan dikenal sebagai "Uskup yang bersepeda".[4]

Salah satu hal yang menandai kepemimpinan Mgr. Verhoeks adalah berdirinya Seminari Menengah Santo Vincentius a Paulo, meskipun dia tidak bisa disebut sebagai pendirinya. Ia menjabat sampai wafat pada 8 Mei 1952 dalam usia 59 tahun, karena penyakit asma.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ "Catholic Hierarchy". Diakses tanggal 11 Januari 2013. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-21. Diakses tanggal 2016-07-10. 
  3. ^ Bdk. Piet Boonekamp CM., "Sejarah Gereja Katolik di Wilayah Keuskupan Surabaya", dalam H. Muskens, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Jilid 3b, Ende-Flores 1974, hlm. 949-999.
  4. ^ Lih. "Mgr. Michael Verhoeks CM: Vikaris Apostolik Surabaya" (tanpa penulis, terj.), dalam Missiefront Mei 1947. Agak janggal untuk membaca laporan tentang pengangkatan Mgr. Verhoeks yang terjadi tahun 1942, tetapi baru ditulis dalam publikasi majalah misi tahun 1947. Halnya menjadi jelas ketika mengingat bahwa mulai tahun 1942-1946 dunia dilanda perang, sehingga jurnal, majalah, katalog tidak bisa diterbitkan. Lih. Armada Riyanto CM, 80 Tahun Romo-Romo CM di Indonesia, CM Provinsi Indonesia, Surabaya, 2003, hlm. 121-123.
  5. ^ Armada Riyanto CM., 80 Tahun Romo-Romo CM di Indonesia, CM Provinsi Indonesia, Surabaya, 2003, hlm. 220.

Pranala luar

sunting
Jabatan Gereja Katolik
Didahului oleh:
Teofilo Emilio de Backere, C.M.
Prefek Apostolik Surabaia
22 Oktober 1937 –16 Oktober 1941
Vikaris Apostolik Surabaia
16 Oktober 1941 – 8 Mei 1952
Diteruskan oleh:
Jan Antonius Klooster, C.M.
Hanya gelar saja
Didahului oleh:
Nicolás de Carlo
— TITULER —
Uskup Eleutheropolis di Palaestina
16 Oktober 1941 – 8 Mei 1952
Diteruskan oleh:
Giuseppe de Nardis