Nada (linguistik)
Nada merupakan tinggi nada dari sebuah bahasa untuk membedakan arti secara sebenarnya ataupun secara tata bahasa, juga infleksi dari sebuah kata.[1] Semua bahasa verbal menggunakan nada untuk melambangkan perasaan dan informasi parlinguistik lainnya, fitur bahasa ini dinamakan intonasi, tetapi tidak semua bahasa menggunakan nada untuk membedakan antar kata ataupun infleksi bahasa yang biasanya terjadi pada vokal dan konsonan. Bahasa yang memiliki fitur ini dinamakan bahasa nada, perbedaan pola suara yang sangat berbeda pada bahasa seperti ini dinamakan tonemik[2] yang merupakan sebuah analogi dari fonem. Bahasa nada sering dijumpai pada bahasa-bahasa yang terdapat di Asia timur, tenggara, Afrika, Amerika, dan gugus kepulauan Pasifik. Terdapat sekitar 70 persen bahasa di dunia yang merupakan bahasa nada.[1] Bahasa Tionghoa, bahasa Thai dan bahasa Vietnam merupakan salah satu diantara bahasa nada paling dikenal saat ini. Banyak dari tonem dalam bahasa ini yang dilambangkan dengan diakritik, seperti tanda nada bahasa Vietnam yang memiliki lima diakritik, yakni tanda grave (À), tanda akut (Á), tanda tilda (Ã), tanda kail diatas huruf (Ả), dan titik dibawah vokal (Ạ). Bahasa Tionghoa menggunakan empat tanda diakritik untuk empat nada pinyin, yang menandakan pola titik nada dari sebuah suku kata. Diakritik tersebut adalah: nada tingkat tinggi (mā, yang dilambangkan dengan makron), nada naik (má, yang dilambangkan dengan akut), penurunan sedikit dan dikuti penaikan nada (mǎ, yang dilambangkan dengan háček), dan nada jatuh/turun (mà, yang dilambangkan dengan grave). Juga terdapat nada netral di bahasa Tionghoa yang menunjukkan bahwa suatu suku kata diucapkan sangat lemah, namun pola titik nadanya tergantung pada nada suku kata berikutnya.
Penggunaan
suntingBanyak bahasa yang menggunakan pola titik nada sebagai intonasi, untuk menunjukkan prosodi dan fragmatik, namun hal ini tidak dapat membuat bahasa tersebut sebagai bahasa nada. Dalam bahasa nada, setiap suku kata memiliki kontur pola titik nada dan terdapat pada antar suku kata dengan fitur segmental yang sama (konsonan dan vokal), tetapi dengan nada yang berbeda dalam pasangan minimal.
Sebagai contoh, nada dalam bahasa Mandarin Tionghoa yang memiliki lima nada yang ditunjukkan dengan kata dengan diakritik diatas vokal lainnya, seperti:
- Nada tingkat tinggi: /á/ (pinyin ⟨ā⟩)
- Penaikan nada yang dimulai dari nada tingkat sedang /ǎ/ (pinyin ⟨á⟩)
- Nada tingkat rendah dengan penurunan sedikit (jika tidak ada suku kata berikutnya, maka dapat membentuk nada "celup" (turun - naik): /à/ (pinyin ⟨ǎ⟩)
- Penurunan tajam nada secara singkat, dimulai dari tingkat tinggi ke bawah diambang batas cangkupan suara dari penutur: /â/ (pinyin ⟨à⟩)
- Nada netral dengan tanpa kontur spesifik, digunakan di suku kata lemah, pola titik nada bergantung pada nada dari suku kata berikutnya.
Nada ini kemudian digabungkan dengan suku kata, seperti ma untuk menghasilkan kata berbeda. Berikut merupakan set minimal dari ma dalam transkripsi pinyin:
Gabungan ini mungkin juga dapat digabungkan dengan komponen yang serupa untuk menciptakan suatu kata:
- Han sederhana: 妈妈骂马的麻吗?
- Han tradisional: 媽媽罵馬的麻嗎?
- Pinyin: Māma mà mǎde má ma?
- IPA /máma mâ màtə mǎ ma/
- Arti: 'Apakah ini (sedang) melipat jerami kuda?'
Fitur nada ini juga digunakan sebagai pembelit lidah, seperti pembelit lidah yang terkenal dalam bahasa Thai standar:
- ไหมใหม่ไหม้มั้ย.
- IPA: /mǎi mài mâi mái/
- Translation: 'Apakah pabrik (yang) baru (itu) terbakar?'[a]
Bahasa Vietnam juga memiliki versinya sendiri:
- Bấy nay bây bày bảy bẫy bậy.
- IPA: [ɓʌ̌i̯ nai̯ ɓʌi̯ ɓʌ̂i̯ ɓa᷉i̯ ɓʌ̌ˀi̯ ɓʌ̂ˀi̯]
- Arti: 'Semua dari kalian memasang tujuh jebakan secara tidak benar!'
Kanton memiliki versinya sendiri:
- 一人因一日引一刃一印而忍
- Jyutping: jat1 jan4 jan1 jat1 jat6 jan5 jat1 jan6 jat1 jan3 ji4 jan2
- IPA:
- Arti: Mengapa seseorang masih menyembunyikan diri meskipun telah menampakan pisau dan jejaknya
Nada biasanya terdapat pada vokal, namun pada bahasa nada dimana suku kata konsonan merupakan bersuara, nada dapat terjadi pada konsonan tersebut. Biasanya ini terjadi pada suku kata sengau, seperti dalam bahasa Bantu dan bahasa Kru, juga dapat ditemukan di bahasa Serbo-Kroasia. Juga mungkin untuk pola titik nada (atau nada) kontrastif secara leksikal untuk meluas sebesar seluruh kata atau morfem dan bukannya menggunakan inti suku kata (vokal), seperti dalam bahasa Punjabi.[3]
Nada juga dapat ditemukan dalam cara kompleks yang dimunculkan melalui proses yang dikenal sebagai nada sandhi.
Catatan
sunting- ^ Nada berubah seiring waktu, tetapi mungkin mempertahankan ejaan aslinya. Ejaan bahasa Thailand dari kata terakhir didalam pembelit lidah ⟨ไหม⟩, menunjukkan nada yang mengalami penaikan namun kata ini biasanya diuvapkan dengan nada tinggi. Sehingga terdapat ejaan baru, yakni มั้ย, dalam penulisan informal.
Referensi
sunting- ^ a b Yip (2002), hlm. 1–3, 17–18.
- ^ R.L. Trask, A Dictionary of Phonetics and Phonology, Routledge 2004. Entry for "toneme".
- ^ Singh, Chander Shekhar (2004). Punjabi Prosody: The Old Tradition and The New Paradigm. Sri Lanka: Polgasowita: Sikuru Prakasakayo. hlm. 70–82.