Ngesti Pandowo

(Dialihkan dari Ngesti Pandawa)

Ngesti Pandowo adalah perkumpulan kesenian tradisional Wayang Orang (WO) profesional berlokasi di Semarang. Saat ini, lokasi pentas Wayang Orang Ngesti Pandowo berada di Gedung Kesenian Ki Narto Sabdho dalam kompleks Taman Budaya Raden Saleh, Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Ngesti Pandowo merupakan satu dari tiga perkumpulan kesenian tradisional Wayang Orang profesional yang bertahan di Indonesia, di samping Wayang Orang Sriwedari di Taman Sriwedari Solo dan Wayang Orang Bharata Jakarta.[1]

Ngesti Pandowo

Sejarah

sunting

Ngesti Pandowo didirikan di Madiun oleh Sastro Sabdho pada tanggal 1 Juli 1937 dengan tujuan untuk membangkitkan kembali kehidupan wayang orang panggung. Wayang Orang Panggung merupakan perpaduan Wayang Orang Keraton (sering juga disebut wayang orang pendhapa) dengan teater barat .a Keberadaan wayang orang Ngesti Pandowo dimaksudkan juga untuk melestarikan kesenian wayang orang, serta menanamkan rasa cinta pada seni tradisi. Pertunjukan wayang orang juga memberikan hiburan pada masyarakat.b

Sejak awal berdirinya, wayang orang Ngesti Pandowo sudah disukai oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan masyarakat Jawa tetapi juga orang-orang Belanda dan keturunan Tionghoa juga menyukai seni pertunjukan tersebut. Dengan demikian, sejak dahulu wayang orang merupakan seni pertunjukan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan baik pribumi maupun non-pribumi.

Ngesti Pandowo telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang selama berada di Kota Semarang. Dalam melakukan pementasannya, Ngesti Pandowo telah beberapa kali mengalami perpindahan tempat. Pada tahun 1954, Ngesti Pandowo menempati gedung baru di kompleks gedung GRIS (Gedung Rakyat Indonesia Semarang) yang saat ini ialah Paragon City Mall Semarang. Pada tahun 1960 sampai awal tahun 1970, Ngesti Pandowo mengalami masa puncak kejayaan dan menjadi ikon Kota Semarang di bawah kepemimpinan Sastro Sabdho dan Narto Sabdho. Ngesti Pandowo menjadi kiblat bagi perkumpulan wayang orang yang ada pada jamannya. Teknik dekorasi, iringan, kostum, koreografi, dan trik panggung menjadi acuan bagi perkumpulan wayang orang lainnya.c

Popularitas Ngesti Pandowo menarik perhatian Presiden Ir. Soekarno. Pada saat terjadi bencana alam Gunung Merapi meletus 1953, Ngesti Pandowo pentas dalam rangka pengumpulan dana. Presiden Ir. Soekarno saat itu memanggil Ngesti Pandowo untuk pentas di Istana Merdeka di Jakarta dan Istana Negara di Bogor. Hal ini tentunya merupakan kebanggaan tersendiri dari wayang orang Ngesti Pandowo. Bagi suatu perkumpulan kesenian khususnya wayang orang pentas di Istana Negara adalah sesuatu yang jarang terjadi.d Oleh karena prestasinya, Ngesti Pandawa pada tahun 1962 dipanggil Presiden Sukarno ke Istana untuk menerima anugerah penghargaan seni berupa piagam Wijayakusuma dari Presiden RI.[2]

Pada tahun 1994, kompleks GRIS dipindahtangkan oleh pemerintah setempat ke pihak ketiga. Ngesti Pandowo tidak memiliki gedung pertunjukan lagi, dan harus pindah ke kompleks TBRS dan menempati sebuah gedung pertunjukan teater, selama dua tahun. Tahun 1996 pindah ke Taman Majapahit dan membentuk Yayasan Wayang Orang Ngesti Pandowo. Pada tahun 2001 Ngesti Pandowo diberi kesempatan oleh pemerintah daerah setempat untuk menggunakan sebuah gedung pertunjukan di TBRS sampai sekarang. Pada masa sekarang ini Ngesti Pandowo mengadakan pementasan di TBRS selama tiga hari dalam seminggu. Namun secara rutin, pementasan hanya dilakukan pada hari Sabtu mulai jam 8 malam.[3]

Masa Kini

sunting

Meski mengalamai pasang surut, pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandowo mampu terus dilaksanakan untuk melestarikan budaya dan menghadirkan pertunjukkan untuk masyarakat Semarang dan wisatawan. Setiap hari Sabtu jam 8 malam Ngesti Pandowo menyelenggarakan pertunjukkan Wayang Orang dengan lakon atau cerita yang berbeda-beda.[4] Berbagai media sosial seperti Facebook, Instagram, dan YouTube digunakan untuk menarik minat masyarakat dan wisatawan.

Selain di Taman Budaya Raden Saleh, Ngesti Pandowo juga melakukan pentas di beberapa kota termasuk Sukoharjo,[5] Jepara,[6] Solo,[7] dan Jakarta. Bahkan pertunjukan Wayang Orang Ngesti Pandowo juga dipentaskan untuk kalangan terbatas seperti pelajar[8] dan instansi pemerintah maupun swasta. Hal ini dilakukan untuk semakin memperkenalkan kesenian Wayang Orang kepada masyarakat.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Masdiana Safitri, menjanjikan akan merenovasi lokasi pertunjukan agar lebih rapi dan membuat pengunjung nyaman di sana.[3] Dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat dan peningkatan kenyamanan pengunjung, diharapkan kejayaan pertunjukan kesenian Wayang Orang dapat kembali menjadi hiburan tiga generasi dengan pesan moral yang tak lekang oleh zaman.

Catatan

sunting
a. ^ Rustopo, 2007
b. ^ Mumpuni, 1986
c. ^ Rinardi, 2002
d. ^ Moehadi, 1987

Referensi

sunting
  1. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-04-16. Diakses tanggal 2017-04-15. 
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-17. Diakses tanggal 2017-04-17. 
  3. ^ a b https://radarsemarang.com/2017/01/28/pemprov-didesak-bantu-ngesti-pandawa/
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-16. Diakses tanggal 2017-04-15. 
  5. ^ "Salinan arsip". Suara Merdeka Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-16. Diakses tanggal 2017-04-15. 
  6. ^ http://www.jeparahariini.com/pemerintahan/bupati-jepara-sambut-positif-rth-kreatif/
  7. ^ "Salinan arsip". Suara Merdeka Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-16. Diakses tanggal 2017-04-15. 
  8. ^ "Salinan arsip". Suara Merdeka Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-16. Diakses tanggal 2017-04-15. 

Pranala luar

sunting