Nistagmus (bahasa Inggris: Nystagmus) adalah kondisi ketika bola mata membuat gerakan berulang yang cepat dan tidak terkendali.[1] Nistagmus berasal dari bahasa Yunani "nystagmos" (mengantuk) dan "nystazein" (mengantuk, tertidur).[2] Nistagmus dapat berlangsung terus-menerus, paroksismal, dan dipicu oleh pandangan atau posisi kepala tertentu.[2]

Saat nistagmus terjadi, bola mata dapat bergerak ke segala arah, baik itu sisi ke sisi (nistagmus horizontal), atas dan bawah (nistagmus vertikal), maupun berputar (nistagmus rotasi). Gerakan ini dapat bervariasi antara lambat atau cepat dan biasanya terjadi pada kedua mata. Mata mungkin bergetar lebih kuat saat melihat ke arah tertentu.[1]

Orang dengan nistagmus mungkin akan memiringkan atau memutar kepala untuk melihat lebih jelas. Hal ini membantu memperlambat gerakan mata.[1]

Klasifikasi

sunting

Terdapat dua klasifikasi utama nistagmus berdasarkan waktu kemunculannya:[3]

  1. Nistagmus Infantil: Muncul segera setelah kelahiran.
  2. Nistagmus Sekunder: Mulai muncul setelah usia 6 bulan.

Nistagmus Infantil

sunting

Nistagmus infantil (sebelumnya dikenal sebagai nistagmus kongenital) adalah jenis nistagmus onset dini yang dimulai pada masa bayi.[4] Tipe ini biasanya terjadi tanpa disertai keluhan lain, tidak terkait dengan kelainan kongenital lainnya, dan tidak hilang tetapi dapat berkurang seiring waktu.[3] Nistagmus infantil dapat terjadi secara spontan atau diwariskan. Nistagmus yang diwariskan dapat bersifat terkait kromosom X, resesif, atau dominan.[5] Penyebab lain dari nistagmus infantil meliputi kelainan perkembangan pada struktur mata, seperti kornea, lensa, retina, dan saraf optik, atau kelainan pada jalur visual di otak.[3]

Nistagmus Sekunder

sunting

Nistagmus yang berkembang setelah masa bayi awal (di atas usia 6 bulan) disebut sebagai nistagmus sekunder atau nistagmus acquired.[6] Nistagmus sekunder memiliki beberapa penyebab medis dan neurologis, termasuk obat-obatan tertentu, strok, cedera otak atau tumor, dan penyakit sistem vestibular. Ketika organ vestibular tidak berfungsi dengan normal, tubuh kesulitan menjaga keseimbangan dan dapat memicu nistagmus.[3] Semua bentuk nistagmus sekunder memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya. Nistagmus dianggap sekunder jika muncul pada usia 6 bulan atau lebih, terutama jika disertai dengan nistagmus asimetris (di mana satu mata menunjukkan amplitudo dan/atau frekuensi yang lebih besar dibandingkan mata lainnya), pemeliharaan nistagmus optokinetik, defek pupil aferen relatif, papiledema, atau tanda serta gejala neurologis.[7] Penyebab nistagmus dapat diketahui melalui pengecekan riwayat medis yang menyeluruh, pemeriksaan fisik, serta terkadang dengan tes darah dan pencitraan.[3]

Epidemiologi

sunting

Prevalensi nistagmus diperkirakan sekitar 24 per 10.000 orang, dengan kecenderungan sedikit lebih tinggi pada keturunan Eropa.[8] Prevalensi nistagmus infantil dilaporkan sekitar 17 per 10.000, namun angka ini dapat turun menjadi 6,7 per 100.000 dalam beberapa laporan.[9] Frekuensi nistagmus didapat bervariasi antara anak-anak dan orang dewasa, dengan prevalensi sekitar 17% pada anak-anak dan 40% pada orang dewasa.[8]

Gejala

sunting

Pasien dengan nistagmus tidak selalu merasakan dunia seolah bergerak. Banyak dari mereka hanya mengalami penglihatan kabur dan ketidaknyamanan saat melihat ke arah yang dapat memperburuk nistagmus. Oscillopsia, yaitu sensasi ilusi bahwa dunia yang diam bergerak, mungkin dirasakan oleh pasien dengan nistagmus yang lebih parah.[10]

Jika nistagmus terkait dengan masalah pada sistem vestibular di telinga bagian dalam atau di otak, pasien mungkin juga mengalami gejala seperti vertigo, pusing, atau kehilangan keseimbangan.[10]

Manajemen dan Pengobatan

sunting

Pada penanganan nistagmus infantil, koreksi refraktif merupakan pilihan manajemen utama. Lensa kontak seringkali lebih unggul dibandingkan kacamata dalam meningkatkan fungsi visual karena lensa kontak memberikan koreksi optik yang optimal pada mata yang terus bergerak, serta efek proprioseptif tambahan.[11] Gabapentin dan memantine ditemukan efektif dalam mengurangi intensitas nistagmus pada nistagmus infantil dan pada beberapa kasus dapat meningkatkan ketajaman penglihatan.[12] Di samping itu, Baclofen terbukti bermanfaat dalam mengatasi nistagmus infantil.[13] Pengobatan nistagmus sekunder biasanya menggunakan obat-obatan seperti baclofen, gabapentin, kanabis, memantine, dan aminopiridin.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Boyd, Kierstan (2024-04-05). "What is Nystagmus?". American Academy of Ophthalmologist. Diakses tanggal 2024-07-24. 
  2. ^ a b Sekhon, Rupinder K.; Rocha Cabrero, Franklyn; Deibel, Jonathon P. (2024). Nystagmus Types. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 30969533. 
  3. ^ a b c d e Kates, Malcolm M.; Beal, Casey J. (2021-02-23). "Nystagmus". JAMA (dalam bahasa Inggris). 325 (8): 798. doi:10.1001/jama.2020.3911. ISSN 0098-7484. 
  4. ^ Zahidi, Asma AA; Woodhouse, J. Margaret; Erichsen, Jonathan T.; Dunn, Matt J. (2017-09-25). "Infantile nystagmus: an optometrist’s perspective". Clinical Optometry (dalam bahasa English). 9: 123–131. doi:10.2147/OPTO.S126214. PMC 6118861 . PMID 30214368. 
  5. ^ Hertle RW, Dell’Osso LF. Nystagmus in Infancy and Childhood. New York, NY: Oxford University Press; 2013
  6. ^ Panthagani, Jesse; Virdee, Jasvir; MacDonald, Trystan; Bruynseels, Alice; Batra, Ruchika (2020-11-02). "Acquired nystagmus". British Journal of Hospital Medicine (dalam bahasa Inggris). 81 (11): 1–8. doi:10.12968/hmed.2020.0320. ISSN 1750-8460. 
  7. ^ Ehrt O. Infantile and acquired nystagmus in childhood. Eur J Paediatr Neurol. 2012 Nov;16(6):567-72.
  8. ^ a b Sarvananthan N, Surendran M, Roberts EO, Jain S, Thomas S, Shah N, et al. The prevalence of nystagmus: the Leicestershire nystagmus survey. Invest Ophthalmol Vis Sci, 50 (2009), pp. 5201-5206
  9. ^ Nash DL, Diehl NN, Mohney BG. Incidence and Types of Pediatric Nystagmus. Am J Ophthalmol. 2017 Oct;182:31-34.
  10. ^ a b Kane, Colin. "Nystagmus". John Hopkins Medicine. Diakses tanggal 2024-07-24. 
  11. ^ Nystagmus UK Eye research group (NUKE); Self, J. E.; Dunn, M. J.; Erichsen, J. T.; Gottlob, I.; Griffiths, H. J.; Harris, C.; Lee, H.; Owen, J. (2020-09). "Management of nystagmus in children: a review of the literature and current practice in UK specialist services". Eye (dalam bahasa Inggris). 34 (9): 1515–1534. doi:10.1038/s41433-019-0741-3. ISSN 0950-222X. PMC 7608566 . PMID 31919431. 
  12. ^ a b Mehta, Arpan R; Kennard, Christopher (2012-06). "The pharmacological treatment of acquired nystagmus". Practical Neurology (dalam bahasa Inggris). 12 (3): 147–153. doi:10.1136/practneurol-2011-000181. ISSN 1474-7758. 
  13. ^ McLean, Rebecca Jane; Gottlob, Irene (2009-08). "The pharmacological treatment of nystagmus: a review". Expert Opinion on Pharmacotherapy (dalam bahasa Inggris). 10 (11): 1805–1816. doi:10.1517/14656560902978446. ISSN 1465-6566.