Pangeran Pekik (lahir: Surabaya - wafat: Mataram, 1670) adalah putra penguasa Surabaya yang ditaklukkan Sultan Agung tahun 1625, Jayalengkara. Ia kemudian dijadikan Adipati Surabaya dan pernah ditugasi menaklukkan Giri Kedaton di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram tahun 1636. Pangeran Pekik akhirnya meninggal tahun 1670.

Pangeran Pekik
Panembahan Pekik
Adipati Surabaya ke 11
Berkuasa1625-1670
PendahuluJayalengkara
Penerustidak diketahui

Biografi

sunting

Silsilah

sunting

Pangeran Pekik[1] adalah penguasa Surabaya, ayahnya adalah Panembahan Joyolengkoro.

Sebagai penguasa Surabaya, Panembahan Joyolengkoro adalah keturunan dari ulama besar Surabaya, Susuhunan Ampel atau Sayyid Raden Ahmad Rahmatullah. Menurut silsilah keturunan Sunan Ampel, beliau adalah bagian dari keluarga ahlul-bait, yakni cabang dari keturunan Ali bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Abi Thalib.

Panembahan Joyolengkoro punya empat orang anak, yakni

  1. Pangeran Pekik Joyo Lengkoro
  2. Pangeran Truno Joyo Lengkoro
  3. Pangeran Indrajit Joyo Lengkoro
  4. Pangeran Wirodarmo Joyo Lengkoro

Istri Pangeran Pekik adalah Ratu Wandansari.

Pangeran Pekik mempunyai tiga orang anak, salah satunya Bagus Joko Umar/ Suromenggolo. Bagus Joko Umar sendiri mempunyai cicit yang bernama Suromenggolo.

Gelar dan Jabatan

sunting

Pangeran Pekik memiliki beberapa gelar dan jabatan, di antaranya yakni

  • Pangeran Anom, gelar yang didapat ketika menjabat sebagai Adipati Surabaya.
  • Gagak Emprit, gelar pemberian rakyatnya (berarti orang yang memiliki derajat tinggi, tetapi bisa menyatu dengan rakyatnya).
  • Raja Pandhita Wali dengan ucapannya Sabda Pandhita Ratu.

Dia mempunyai nama kecil, di antaranya Raden Bagus Pekik atau Raden Muhammad Nur Pekik atau Imam Faqih. Di dalam religi Jawa Pangeran Pekik juga bergelar Panembahan Pekik.

Pangeran Pekik menaklukkan Giri Kedaton

sunting

Jayalengkara meninggal dunia beberapa waktu setelah penaklukan Surabaya karena usianya yang sudah tua. Putranya, yaitu Pangeran Pekik oleh Sultan Agung dijadikan sebagai pemimpin ulama di Ampel.

Sekitar tahun 1630 Sultan Agung menjalin persaudaraan dengan Pangeran Pekik. Ia menikahkan adiknya yang bernama Ratu Pandansari dengan pangeran dari Surabaya tersebut.

Giri Kedaton di Gresik pada tahun 1633 mencoba lepas dari kekuasaan Mataram. Semua perwira Mataram segan menghadapi Panembahan Kawis Guwa yang merupakan keturunan Sunan Giri.

Maka, pada tahun 1636 Sultan Agung memerintahkan Pangeran Pekik, yang merupakan keturunan Sunan Ampel (Sunan Ampel adalah guru Sunan Giri), untuk maju menumpas pemberontakan Giri Kedaton. Panembahan Kawis Guwa dapat dikalahkan dan dibawa menghadap ke Mataram.

Sejak 1645 Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I sebagai Raja Mataram selanjutnya. Raja baru ini cenderung kurang suka terhadap Pangeran Pekik yang merupakan mertuanya sendiri.

Dikisahkan dalam naskah-naskah babad, Amangkurat I memiliki calon selir seorang gadis Surabaya bernama Rara Oyi, putri Ki Mangun Jaya. Karena masih kecil, Rara Oyi pun dititipkan pada Ki Wirareja. Setelah dewasa, kecantikan Rara Oyi menarik hati Raden Mas Rahmat, putra Amangkurat I yang lahir dari permaisuri putri Pekik. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1663.

Makam Pangeran Pekik berada di Makam Banyusumurup, Imogiri, Bantul, DIY. Kompleks makam yang khusus diperuntukkan bagi keluarga kerajaan yang dianggap membangkang.

Kepustakaan

sunting
  • Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  • Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  • http://www.bantulkab.go.id/kecamatan/Imogiri.html Diarsipkan 2015-03-20 di Wayback Machine.

Referensi

sunting

Catatan Kaki

sunting
  1. ^ "Adipati Jayalengkara / Raja Tegal Arum d. 1630 - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2022-04-18.