Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes

Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes[4] atau Pangeran Sjarif Ali Al Idroes[5] adalah kepala Landschap Sabamban atau Kepangeranan Sebamban atau Kerajaan Sabamban tetapi bukan merupakan Kesultanan Sabamban, salah satu daerah yang diserahkan Sultan Banjar untuk menjadi wilayah pemerintahan Hindia Belanda di Borneo Timur (sekarang termasuk bagian dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, provinsi Kalimantan Selatan).[6] Kepala pemerintahaan Sabamban bergelar Pangeran (bukan Sultan). Di wilayah Kalimantan Tenggara tersebut terdapat terdapat pula Kerajaan Pagatan, Kerajaan Kusan dan Kerajaan Pasir yang statusnya daerahnya setara tetapi sedikit lebih tinggi (kerajaan). Daerah-daerah di Kalimantan Tenggara tersebut pada 17 Agustus 1787 merupakan daerah yang diserahkan Sultan Tahmidullah II kepada VOC diwakili Residen Walbeck kemudian menjadi properti milik perusahaan VOC, selanjutkan menjadi milik Hindia Belanda yang menggantikan VOC.

Pangeran Syarif Ali bin Abdurrahman Al-Aydrus (Al-' Aydarus / Idrus)[1]
Penobatan16 April 1854
WaliLihat daftar
KelahiranBelanda Kerajaan Kubu (Hindia Belanda)
Kematian1860
Belanda Landschap Sabamban (Hindia Belanda)
AyahSyarif Abdurrahman bin Syarif Idrus (Tuan Besar Raja Kubu ke-1) bin Abdurrahman bin Ali bin Hasan Shahib Ar-Ridhah bin Alwi Shahib Tsibi bin Abdullah Maula Thaqah bin Ahmad bin Husein bin Abdullah Alaydrus Al-Akbar.[2]
IbuSyarifah Aisyah binti Syarif Abdurrahman Alkadrie - Sultan I Pontianak
AgamaIslam Sunni

Pangeran Syarif Ali al-Aydrus mengepalai daerah Sebamban dengan berpenduduk sekitar 250 jiwa, tidak termasuk para penambang, kebanyakan orang Banjar dan beberapa orang Bugis. Daerah Sebamban ini menghasilkan intan, emas, batubara, beras, dan kayu.[7]

Syarif Ali al-Aydrus adalah cucu dari Raja (Tuan Besar) Kubu - Syarif Idrus al-Aydrus, pada awalnya menetap di daerah Kubu, Kalimantan Barat (bersama keluarga bangsawan Kerajaan Kubu).[8]

Pada masa itu Dia telah memiliki satu istri dan berputra dua orang yaitu: Syarif Abubakar al-Aydrus dan Syarif Hasan al-Aydrus. Karena ada suatu konflik kekeluargaan, akhirnya Syarif Ali al-Aydrus memutuskan untuk hijrah ke Kalimantan Selatan dengan meninggalkan istri dan kedua putranya yang masih tinggal di Kerajaan Kubu, melalui sepanjang pesisir selatan Kalimantan hingga sampai di daerah Banjar.

Di daerah Banjar tersebut, dia mendirikan Kerajaan Sabamban dan menjadi Raja yang Pertama, bergelar Pangeran Syarif Ali al-Aydrus. Pada saat dia menjadi Raja Sabamban ini, dia menikah lagi dengan 3 (tiga) wanita; Yang pertama Putri dari Sultan Adam dari Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan, yang Kedua dari Bugis (Putri dari Sultan Bugis di Sulawesi Selatan), yang ketiga dari Bone (Putri dari Sultan Bone di Sulawesi Selatan). Pada saat dia telah menjabat sebagai Sultan Sabamban inilah, kedua putra dia dari Istri Pertama di Kubu, Kalimantan Barat yaitu Syarif Abubakar Alaydrus dan Syarif Hasan Alaydrus menyusul Dia ke Angsana, Tanah Bumbu.

Rujukan

sunting
  1. ^ Syamsu As, Muhammad (1999). Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya; Volume 4 dari Politik Indonesia Kontemporer; Volume 4 dari Seri buku sejarah Islam (edisi ke-2). Indonesia: Lentera. hlm. 297. ISBN 9798880161.  ISBN 9789798880162
  2. ^ Sejarah Nasional Indonesia: Edisi Revisi 2013. Indonesia: Uwais Inspirasi Indonesia. 2013. hlm. 204. ISBN 6232271211.  ISBN 9786232271210
  3. ^ http://algembira.blogspot.com/2008/10/habib-mustafa-alaydrus-tambarangan.html
  4. ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1858. 31. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1858. hlm. 134. 
  5. ^ "Landsdrukkerij". Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië voor 1860 (dalam bahasa Belanda). 33. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1860. hlm. 141. 
  6. ^ (Belanda) Pieter Johannes Veth, Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie: bewerkt naar de jongste en beste berigten, Volume 3, P. N. van Kampen, 1869
  7. ^ (Belanda) Verhandelingen en Berigten Betrekkelijk het Zeewegen, Zeevaartkunde, de Hydrographie, de Koloniën, Volume 13, 1853
  8. ^ Muhammad Syamsu As, Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, Lentera, 1996

Pranala luar

sunting