Kalimantan Timur

provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia
(Dialihkan dari Borneo Timur)

Kalimantan Timur adalah sebuah provinsi di pulau Kalimantan, Indonesia. Luas total Kalimantan Timur adalah 127.346,92 km². Populasi provinsi ini pada 2020 sebanyak 3.941.766 jiwa, dan pada pertengahan 2024 sebanyak 4.050.079 jiwa.[2][5] Kalimantan Timur merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah ke empat di Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Samarinda.

Kalimantan Timur
Dari kiri ke kanan, atas ke bawah: Lamin adat Tawai Samarinda, Tari Pemung Tawai, Replika Yupa Kerajaan Kutai, Kedaton Kutai Kartanegara, Pelabuhan Balikpapan, Pulau Beras Basah Bontang, Batu Dinding Mahakam Ulu, Sungai Mahakam.
Bendera Kalimantan Timur
Julukan: 
Benua Etam
Motto: 
Ruhui - rahayu[a]
(Banjar Samarinda) Kehidupan yang harmonis, damai sejahtera, aman, dan tenteram
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 10 Tahun 2022[1]
Hari jadi9 Januari 1957
Ibu kotaKota Samarinda
Kota besar lainnya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 7
  • Kota: 4
  • Kecamatan: 105
  • Kelurahan: 197
  • Kampung/desa: 841
Pemerintahan
 • GubernurAkmal Malik (Pj.)
 • Wakil Gubernurlowong
 • Sekretaris DaerahSri Wahyuni
 • Ketua DPRDMakmur H. A. P. K.
Luas
 • Total127.346,92 km2 (49,168,92 sq mi)
 • Luas perairan10.217 km2 (3,945 sq mi)  4.2%%
Populasi
 (30 Juni 2024)[2]
 • Total4.050.079
 • Kepadatan32/km2 (82/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 87,37% Islam
  • 0,38% Buddha
  • 0,22% Hindu
  • 0,01% Konghucu[2]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 78,20 (2023)
 tinggi [3]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode pos
Kode area telepon
Daftar
  • 0541 - Samarinda, Tenggarong
  • 0542 - Balikpapan, Sepaku, Penajam
  • 0543 - Tanah Grogot, Babulu, Waru
  • 0545 - Melak
  • 0548 - Bontang
  • 0549 - Sangatta
  • 0554 - Tanjung Redeb (Berau)
Kode ISO 3166ID - KI
Pelat kendaraanKT
Kode Kemendagri64 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS64 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 943.411.298.000,00- (2020)[4]
Lagu daerah"Indung-Indung"
Rumah adatRumah Lamin
Senjata tradisional
  • Mandau
  • Bujak
  • Serepang
  • Kelibit
  • Sumpit
  • Gayang
Flora resmiAnggrek hitam
Fauna resmiPesut mahakam
Situs webwww.kaltimprov.go.id
  1. ^ Tidak seperti moto daerah lainnya yang ditulis dengan huruf kapital, motto daerah Kalimantan Timur selalu ditulis dengan huruf kecil.

Provinsi Kalimantan Timur sebelum dimekarkan menjadi Kalimantan Utara merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia setelah Papua, dengan luas 194.489 km persegi yang hampir sama dengan Pulau Jawa atau sekitar 6,8% dari total luas wilayah Indonesia. Kalimantan Timur berbatasan dengan Sarawak (Malaysia Timur), kemudian Kalimantan Utara, Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi.

Sejarah

Wilayah Kalimantan Timur dahulu mayoritas adalah hutan hujan tropis. Terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir dan Kesultanan Berau. Di pusat-pusat kerajaan tersebut berkembang bahasa serumpun yang memiliki benang merah dari leluhur bahasa yang sama yaitu rumpun bahasa Melayik.[6]

Wilayah Kalimantan Timur meliputi Paser, Kutai, Berau dan juga Karasikan (Buranun/pra-Kesultanan Sulu) diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (yang berkedudukan di Candi Agung di Amuntai) hingga tahun 1620 pada masa Kesultanan Banjar. Bahkan sebelum adanya bala bantuan dari Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar sudah melebarkan pengaruhnya ke Paser, Kutai, dan Berau.[7] Perjanjian yang ditanda tangani antara Pieter Pietarsz (utusan VOC) dengan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura, Raja Kutai Kartanegara dalam tahun 1635 memuat antara lain bahwa perdagangan bebas hanya dibolehkan antara Kerajaan Kutai dengan orang-orang Banjar dan Belanda saja.[8]

Kedatangan orang Banjar membantu memperluas pengaruh kekuasaan Kesultanan Kutai terhadap masyarakat Dayak di pedalaman.[9][10] Semenjak itulah pedagang-pedagang asal Banjar mulai mendominasi sebelum kedatangan migrasi orang Bugis pada tahun 1638-1654 dan jatuhnya Makassar ke tangan Belanda tahun 1667. Antara tahun 1620-1624, negeri-negeri di Kaltim diklaim sebagai daerah pengaruh Sultan Alauddin dari Kesultanan Gowa, Makassar, sebelum adanya perjanjian Bungaya.[11]

Menurut Hikayat Banjar Sultan Makassar pernah meminjam ("menyewa") tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan Sultan Tallo I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang,[7] yang menjadi mangkubumi dan penasihat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654 dan juga mertua Sultan Hasanuddin[12][13][14] yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)[7], sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan. Namun berdasarkan Perjanjian Kesultanan Banjar dengan VOC pada tahun 1635, VOC membantu Banjar mengembalikan negeri-negeri di Kaltim menjadi wilayah pengaruh Kesultanan Banjar. Hal tersebut diwujudkan dalam perjanjian Bungaya, bahwa Kesultanan Makassar dilarang berdagang hingga ke timur dan utara Kalimantan.

Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia Belanda. CONTRACT MET DEN SULTAN VAN BANDJERMASIN 4 Mei 1826. / B 29 September 1826 No. 10, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.[15][16]

Pada tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur (sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall.[17] Kaltim merupakan bagian dari Hindia Belanda.[18] Kaltim 1800-1850.[19] Dalam tahun 1879, Kaltim dan Tawau merupakan Ooster Afdeeling van Borneo bagian dari Residentie Zuider en Oosterafdeeling van Borneo.[20] Dalam tahun 1900, Kaltim merupakan zelfbesturen (wilayah dependensi)[21] Dalam tahun 1902, Kaltim merupakan Afdeeling Koetei en Noord-oost Kust van Borneo.[22][23] Tahun 1942 Kaltim merupakan Afdeeling Samarinda dan Afdeeling Boeloengan en Beraoe.[24]

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memiliki 8 provinsi, yaitu: Sumatra, Borneo (Kalimantan), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Pada masa pergerakan kemerdekaan (1945-1949), Indonesia mengalami perubahan wilayah akibat kembalinya Belanda untuk menguasai Indonesia, dan sejumlah "negara-negara boneka" dibentuk Belanda dalam wilayah negara Indonesia. Wilayah Kalimantan Timur baru bergabung ke dalam Negara Republik Indonesia secara resmi pada 10 April 1950.

Sebelumnya, pada awal 1950 rakyat Kaltim dalam wadah koalisi Front Nasional yang dipimpin Abdoel Moeis Hassan (bukan Inche Abdoel Moies) menuntut penghapusan swapraja-swapraja alias empat Kesultanan yang ada di Kaltim serta menuntut agar Federasi Kaltim bergabung ke RI. Kala itu, Federasi Kaltim warisan Van Mook berada dalam kedaulatan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS), bukan RI. Pemerintahan Federasi Kaltim merupakan gabungan Kesultanan Kutai, Sambaliung, Gunung Tabur, Bulungan, plus neoswapraja Pasir.

Tuntutan Front Nasional dipenuhi pemerintah lokal dan pusat. Berturut-turut: Februari, 10 Maret, dan 16 Maret; Dewan Kaltim, Federasi Kaltim, dan Residen Kaltim meminta Pemerintah RIS mewujudkan tuntutan rakyat Kaltim. Pada 19 Maret, Pemerintah RI setuju. 24 Maret Presiden RIS juga setuju. Penggabungan Kaltim ke wilayah RI dilakukan dalam upacara serah-terima dari Pemerintah RIS kepada Pemerintah RI. RIS diwakili Aji Raden Afloes (Plt. Residen Kaltim). Adapun RI diwakili Dr. Moerdjani (Gubernur Kalimantan). Bertindak sebagai saksi, Menteri Dalam Negeri Mr. Soesanto Tirtoprodjo.

Penggabungan Kaltim ke RI tercatat dalam sejarah sebagai daerah pertama di luar Jawa dan Sumatra usai Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menggabungkan diri ke wilayah RI. Status wilayah kaltim pada awal bergabung ke RI hingga 6,5 tahun kemudian adalah keresidenan di bawah Provinsi Kalimantan yang beribu kota di Banjarmasin.[25] Residen Kalimantan Timur pada 1950 adalah Ruslan Muljohardjo, lalu digantikan Achmad Arief Gelar Datuk Madjo Oerang dari tahun 1951 sampai 1954,[26] dan residen terakhir sebelum menjadi provinsi adalah A.P.T. Pranoto, adik Sultan Kutai.

 
Provinsi Kalimantan dibentuk kembali pada tanggal 14 Agustus 1950 yang beribu kota di Banjarmasin, dengan gubernur dr. Moerdjani (m. 1950-1953) dan sebagai Kepala Daerah Provinsi Kalimantan adalah Mas Subarjo (m. 1950-1953).

Pembentukan provinsi Kalimantan Timur

Provinsi Kalimantan Timur selain sebagai kesatuan administrasi, juga sebagai kesatuan ekologis dan historis. Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956[27] dengan gubernurnya yang pertama adalah APT Pranoto.

Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Pada tahun 2012, kembali terjadi pemekaran wilayah yang ditandai dengan pembentukan Provinsi Kalimantan Utara.

Daerah-daerah Tingkat II di dalam wilayah Kalimantan Timur, dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 27 Tahun 1959 Diarsipkan 2007-09-28 di Wayback Machine., Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1955 No.9).

Lembaran Negara No.72 Tahun 1959 terdiri atas:

  • Pembentukan 2 kotamadya, yaitu:
  1. Kotamadya Samarinda, dengan Kota Samarinda sebagai ibu kotanya dan sekaligus sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Timur.
  2. Kotamadya Balikpapan, dengan kota Balikpapan sebagai ibu kotanya dan merupakan pintu gerbang Kalimantan Timur.
  • Pembentukan 4 kabupaten, yaitu:
  1. Kabupaten Kutai, dengan ibu kotanya Tenggarong
  2. Kabupaten Pasir, dengan ibu kotanya Tanah Grogot.
  3. Kabupaten Berau, dengan ibu kotanya Tanjung Redeb.
  4. Kabupaten Bulungan, dengan ibu kotanya Tanjung Selor.

Pembentukan kota dan kabupaten baru

 
Gedung DPRD Kaltim

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1981, maka dibentuk Kota Administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam Perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah Diarsipkan 2007-10-08 di Wayback Machine., maka dibentuk 2 Kota dan 4 kabupaten, yaitu:

  1. Kabupaten Kutai Barat, beribu kota di Sendawar
  2. Kabupaten Kutai Timur, beribu kota di Sangatta
  3. Kabupaten Malinau, beribu kota di Malinau
  4. Kabupaten Nunukan, beribu kota di Nunukan
  5. Kabupaten Mahakam Ulu beribu kota di Ujoh Bilang
  6. Kota Tarakan (peningkatan kota administratif Tarakan menjadi kotamadya)
  7. Kota Bontang (peningkatan kota administratif Bontang menjadi kotamadya)

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2002, maka Kabupaten Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Penajam Paser Utara.

Pada tanggal 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan kabupaten/kota di Kalimantan Timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No. 49 Tahun 2007.

Pada tanggal 25 Oktober 2012, DPR RI mengesahkan pembentukan Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan pemekaran dari Kalimantan Timur. Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan menjadi wilayah provinsi baru tersebut, sehingga jumlah kabupaten dan kota di Kalimantan Timur berkurang menjadi 9 wilayah. Pada bulan Mei 2013 Kabupaten Mahakam Ulu dimekarkan dari Kutai Barat sehingga kabupaten dan kota di Kalimantan Timur menjadi 10 wilayah.

Geografi dan iklim

Geografi

 
Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Timur

Daerah Kalimantan Timur yang terdiri dari luas wilayah daratan 127.346,92 km² dan luas pengelolaan laut 25.656 km², terletak antara 113°44' dan 119°00' Bujur Timur, dan antara 2°33 'Lintang Utara dan 2°25' Lintang Selatan.[28] Dengan adanya perkembangan dan pemekaran wilayah, Kalimantan Timur yang merupakan provinsi terluas ketiga setelah Papua dan Kalimantan Tengah, dibagi menjadi 7 (tujuh) kabupaten, 3 (tiga) Kota, 107 kecamatan dan 1.032 desa/kelurahan.[5]

Tujuh kabupaten tersebut adalah Paser dengan ibu kota Tanah Grogot, Kutai Barat dengan ibu kota Sendawar, Kutai Kartanegara dengan ibu kota Tenggarong, Kutai Timur dengan ibu kota Sangatta, Berau dengan ibu kota Tanjung Redeb, Penajam Paser Utara dengan ibu kota Penajam, dan Mahakam Ulu dengan ibu kota Long Bagun (pemekaran dari Kabupaten Kutai Barat). Sedangkan tiga Kota adalah Balikpapan, Samarinda, dan Bontang. Kalimantan Timur merupakan salah satu pintu gerbang utama di wilayah Indonesia bagian Timur. Daerah yang juga dikenal sebagai gudang kayu dan hasil pertambangan ini mempunyai ratusan sungai yang tersebar pada hampir semua kabupaten kota dan merupakan sarana angkutan utama di samping angkutan darat, dengan sungai yang terpanjang Sungai Mahakam.

Provinsi Kalimantan Timur terletak di paling timur Pulau Kalimantan. Tepatnya provinsi ini berbatasan langsung dengan Kalimantan Utara di sebelah Utara, Laut Sulawesi dan Selat Makassar di sebelah Timur, Kalimantan Selatan di sebelah Selatan, dan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah serta Sarawak, Malaysia di sebelah Barat. Daratan Kalimantan Timur tidak terlepas dari perbukitan yang terdapat hampir di seluruh kabupaten. Jumlah danau di provinsi ini juga cukup banyak yaitu sekitar 18 buah. Sebagian besar danau-danau tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan danau yang paling luas yaitu Danau Semayang dan Melintang yang masing-masing mempunyai luas area 13.000 ha dan 11.000 ha.

Iklim

 
Citra satelit Kaltim ketika musim kemarau.

Seperti iklim wilayah Indonesia pada umumnya, Kalimantan Timur beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedang musim penghujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan April. Keadaan ini terus berlangsung setiap tahun yang diselingi dengan musim peralihan pada bulan-bulan tertentu. Selain itu, karena letaknya di daerah khatulistiwa maka iklim di Kalimantan Timur juga dipengaruhi oleh angin Muson, yaitu angin Muson Barat November-April dan angin Muson Timur Mei-Oktober. Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim di Kalimantan Timur kadang tidak menentu. Pada bulan-bulan yang seharusnya turun hujan dalam kenyataannya tidak ada hujan sama sekali, atau sebaliknya pada bulan-bulan yang seharusnya kemarau justru terjadi hujan dengan waktu yang jauh lebih panjang.

Suhu dan kelembaban

Suhu udara suatu tempat ditentukan oleh tinggi dan rendahnya daerah tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Secara umum, Kalimantan Timur beriklim panas dengan suhu pada tahun 2013 berkisar antara 21,6 ⁰C di Berau pada bulan Oktober sampai 35,6 ⁰C di Berau pada bulan September. Rata-rata suhu terendah adalah 22,1⁰C dan tertinggi 35,1⁰C terjadi di Berau. Selain sebagai daerah tropis dengan hutan yang luas, pada tahun 2013 rata-rata kelembaban udara Kalimantan Timur antara 83-87 persen. Kelembaban udara terendah diamati oleh stasiun meteorologi Samarinda terjadi pada beberapa bulan dengan kelembaban 82 persen. Sedangkan tertinggi terjadi di Berau pada bulan Februari dengan kelembaban 91 persen.

Curah hujan dan keadaan angin

Curah hujan di daerah Kalimantan Timur sangat beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Rata-rata curah hujan tertinggi tercatat pada Stasiun Meteorologi Berau sebesar 245,1 mm dan terendah selama tahun 2013 tercatat pada Stasiun Meteorologi Samarinda yaitu 237,8 mm. Pada beberapa stasiun pengamat memantau kondisi angin di Kalimantan Timur pada 2013. Pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin antara 3 sampai 4 knot. Kecepatan angin tertinggi adalah 4 knot terjadi di Balikpapan dan Berau, sementara yang terendah adalah 3 knot di Samarinda.

Sumber daya alam

Keanekaragaman hayati

 
Danau Melintang di Kabupaten Kutai Kartanegara.
 
Air Terjun Tanah Merah, Samarinda.

Kalimantan Timur memiliki kekayaan flora dan fauna.[29] Di Kalimantan Timur kira-kira tumbuh sekitar 1000-189.000 jenis tumbuhan,[butuh rujukan] antara lain anggrek hitam yang harga per bunganya dapat mencapai Rp, 100.000,- hingga Rp, 500.000,-

Sumber daya alam

Masalah sumber daya alam di sini terutama adalah penebangan hutan ilegal yang memusnahkan hutan hujan, selain itu Taman Nasional Kutai yang berada di Kabupaten Kutai Timur ini juga dirambah hutannya. Kurang dari setengah hutan hujan yang masih tersisa. Pemerintah lokal masih berusaha untuk menghentikan kebiasaan yang merusak ini. Selain Itu Juga Memiliki Sumber daya Alam untuk Pariwisata.

Pemerintahan

Gubernur

 
Kantor Gubernur Kalimantan Timur.

Gubernur adalah pimpinan tertinggi dalam pemerintahan provinsi Kalimantan Timur. Saat ini, gubernur yang menjabat di Kalimantan Timur yakni Akmal Malik sebagai penjabat sejak 2023.

Gubernur Potret Partai Mulai menjabat Akhir menjabat Masa jabatan Periode Wakil
Akmal Malik
(Penjabat)
(lahir 1970)
  Independen 2 Oktober 2023 Petahana 1 tahun, 70 hari Transisi Lowong

Pegawai Negeri Sipil

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tenaga honorer di kantor pemerintah kabupaten/ kota se-Kalimantan Timur berjumlah 87.408 orang, yang terbanyak di Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu 16.575 orang, sedangkan yang paling sedikit di Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu yaitu sebanyak 742 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan PNS pada kantor pemerintah provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur, 14 orang (13 laki-laki dan 1 perempuan) berpendidikan S-3, berpendidikan S1/DIV sebanyak 2.155 orang, sedangkan berpendidikan SLTA 2.759 orang.[28]

Dewan Perwakilan

DPRD Kalimantan Timur beranggotakan 55 orang[30] yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kalimantan Timur terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik dengan jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kalimantan Timur yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Samarinda, Sutoyo, di Gedung Utama DPRD Provinsi Kalimantan Timur. Komposisi anggota DPRD Kalimantan Timur periode 2019-2024 terdiri dari 10 partai politik dimana Partai Golongan Karya merupakan pemilik kursi terbanyak yaitu 12 kursi.[31][32][33][34] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kalimantan Timur dalam dua periode terakhir.[35][36][37][38]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019
Sebelum Pemekarana
2014-2019
Sesudah Pemekaranb
2019-2024 2024-2029
Golkar 12   13   12   15
Gerindra 6   6   8   10
PDI-P 7   10   11   9
PKB 5   4   5   6
PKS 4   4   4   4
PAN 5   4   5   4
NasDem 3   2   2   3
PPP 3   4   4   2
Demokrat 5   4   3   2
Hanura 5   4   1   0
Jumlah Anggota 55   55   55   55
Jumlah Partai 10   10   10   9
Keterangan:
aDPRD Kaltim dan DPRD Kaltara
bDPRD Kaltim


Daftar kabupaten dan kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[39] Jumlah penduduk (2020)[39] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Berau Tanjung Redeb Sri Juniarsih Mas 36.962,37 238.214 13 10/100
 
 
2 Kabupaten Kutai Barat Sendawar F.X. Yapan 20.384,60 165.938 16 4/190
 
 
3 Kabupaten Kutai Kartanegara Tenggarong Edi Damansyah 27.263,10 734.485 18 44/193
 
 
4 Kabupaten Kutai Timur Sangatta Ardiansyah Sulaiman 35.747,50 424.334 18 2/139
 
 
5 Kabupaten Mahakam Ulu Ujoh Bilang Bonifasius Belawan Geh 15.315,00 35.010 5 -/50
 
 
6 Kabupaten Paser Tanah Grogot Fahmi Fadli 7.730,88 277.401 10 5/139
 
 
7 Kabupaten Penajam Paser Utara Penajam Muhammad Zainal Arifin (Pj.) 3.333,06 181.349 4 24/30
 
 
8 Kota Balikpapan - Rahmad Mas'ud 533,00 727.655 6 34/-
 
 
9 Kota Bontang - Basri Rase 149,80 185.928 3 15/-
 
 
10 Kota Samarinda - Andi Harun 718,00 834.824 10 59/-
 
 


Menurut data BPS tahun 2014, Kalimantan Timur terdiri dari 1.026 desa definitif, 155 desa diantaranya masih berstatus swadaya, 373 desa swakarya dan 498 desa swasembada. Sedangkan dari sejumlah desa definitif tersebut, 158 desa mempunyai LKMD (Lembaga Keamanan Masyarakat Desa) kategori I, 333 Desa kategori II dan 529 desa kategori III.[28]

Demografi

Suku Bangsa

 
Tari Anyam suku Dayak Kenyah di Lamin Adat Pemung Tawai kelurahan Budaya Pampang, Kota Samarinda, 2018.
 
Tari Ronggeng suku Paser Kalimantan Timur

Suku bangsa paling dominan tahun 2010 di Kalimantan Timur (termasuk Kalimantan Utara) yaitu suku Jawa (30,24%) yang menyebar di hampir seluruh wilayah terutama kawasan transmigrasi hingga perkotaan. Suku bangsa terbesar kedua yaitu suku Bugis (20,81%) yang banyak menempati kawasan pesisir pantai dan perkotaan. Suku bangsa terbesar ketiga adalah Banjar (12,45%) yang cukup dominan di Kota Samarinda dan Balikpapan. Kalimantan Timur merupakan tujuan utama migran asal Pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan Selatan.[40][41]

Di urutan keempat yaitu suku Dayak (9,94%) yang menempati kawasan pedalaman, terutama seperti kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu. Suku Kutai (7,80%) yang mendiami Kutai Kartanegara dan Kutai Timur berada di urutan kelima. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Komposisi Suku Bangsa di Kalimantan Timur (sebelum pemekaran Kalimantan Utara)[40][42]
No Suku bangsa Jumlah (2010) %
1 Jawa 1.069.605 30,24%
2 Bugis 735.819 20,81%
2 Banjar 440.453 12,45%
4 Dayak 351.437 9,94%
5 Kutai 275.696 7,80%
6 Toraja 78.251 2,21%
7 Paser 67.015 1,89%
8 NTT 58.118 1,64%
9 Sunda 55.659 1,57%
10 Madura 46.823 1,32%
11 Buton 44.193 1,25%
12 Batak 37.145 1,05%
13 Tionghoa 32.757 0,92%
14 Sasak, NTB 32.224 0,91%
15 Makassar 31.701 0,90%
16 Minahasa 20.413 0,58%
17 Bali 8.630 0,24%
18 Palembang 8.038 0,23%
19 Papua 7.837 0,22%
20 Maluku 6.746 0,19%
21 Minangkabau 6.670 0,19%
21 Melayu 6.053 0,17%
22 Lampung 4.602 0,13%
23 Betawi 4.080 0,12%
24 Gorontalo 2.974 0,08%
Suku-suku lainnya 103.569 2,92%
Total 3.536.503 100,00%

Bahasa

Bahasa pengantar masyarakat Kalimantan Timur umumnya menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Banjar (disebut Bahasa Banjar Samarinda). Persebaran Bahasa Banjar ke Kalimantan Timur karena besarnya jumlah perantauan Suku Banjar asal Kalimantan Selatan sejak masa kolonial Belanda sehingga Bahasa Banjar digunakan sebagai bahasa sehari-hari khususnya di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Penutur Bahasa Jawa dan Bahasa Bugis juga cukup besar di Kalimantan Timur karena banyaknya pendatang asal Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi yang mendiami Kalimantan Timur.

Bahasa lainnya yang dituturkan masyarakat Kalimantan Timur diantaranya adalah rumpun Melayik seperti Bahasa Kutai Kota Bangun,Bahasa Kutai Tenggarong, Bahasa Berau dan rumpun Barito seperti Bahasa Paser, Bahasa Benuaq, Bahasa Bentian, Bahasa Tunjung dan bahasa Borneo Utara atau Orang Ulu seperti Bahasa Bahau, Bahasa Modang, Bahasa Aoheng atau Penihing, Bahasa Seputan, dan Bahasa Basap Berau. Dan bahasa-bahasa inilah yang sebenarnya Bahasa Asli yang berasal dari daerah Kalimantan Timur itu sendiri walau tidak berfungsi sebagai lingua franca secara luas dibandingkan bahasa pendatang di atas.

Agama

 
Islamic Center Samarinda.
 
Gereja Katolik Sangatta.
 
Vihara Eka Dharma Manggala Samarinda

Data pemerintahan Kalimantan Timur tahun 2024 menunjukkan bahwa masyarakat penduduk di Kalimantan Timur mayoritas penganut agama Islam yakni sebanayk berjumlah 87,37%. Kemudian, penduduk yang beragama Kekristenan sebanyak 12,02% dengan rincian Protestan sebanyak 7,51% dan Katolik sebanyak 4,51%. Selebihnya menganut agama Buddha sebanyak 0,38%, Hindu sebanyak 0,22% dan lainnya 0,02%.[2]

Sementara untuk sarana rumah ibadah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur tahun 2021, terdapat 2.984 masjid, 3.034 mushola, 1.580 gereja Protestan, 297 gereja Katolik, 49 pura, 26 vihara, dan 4 klenteng.[43]

Agama di Kalimantan Timur Semester I 2024[2]
Agama Percent
Islam
  
87,37%
Protestan
  
7,51%
Katolik
  
4,51%
Buddha
  
0,38%
Hindu
  
0,22%
Konghucu
  
0,01%

Perekonomian

Hasil utama provinsi ini adalah hasil tambang seperti minyak, gas alam dan batu bara. Sektor lain yang kini sedang berkembang adalah agrikultur, pariwisata dan industri pengolahan. Beberapa daerah seperti Balikpapan dan Bontang mulai mengembangkan kawasan industri berbagai bidang demi mempercepat pertumbuhan perekonomian. Sementara kabupaten-kabupaten di Kaltim kini mulai membuka wilayahnya untuk dibuat perkebunan seperti kelapa sawit dan lain-lain.

Kalimantan Timur memiliki beberapa tujuan pariwisata yang menarik seperti kepulauan Derawan di Berau, peternakan buaya di Balikpapan, peternakan rusa di Penajam, Kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pulau Kumala di Tenggarong dan lain-lain.

Pendidikan

 
Gedung Rektorat Universitas Mulawarman di Kalimantan Timur.

Dalam bidang pendidikan, Kalimantan Timur terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan guna mencetak sumber daya manusia Provinsi Kalimantan Timur yang dapat bersaing di kancah nasional maupun internasional. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur membuat langkah-langkah diantaranya mencanangkan Program Wajib Belajar 12 Tahun dan dialokasikannya dana APBD sebesar 20% untuk pendidikan. Selain itu juga pemerintah mempunyai program beasiswa yaitu Kaltim Cemerlang yang diperuntukkan untuk masyarakat Kalimantan Timur dalam rangka meningkatkan pembangunan di wilayah Kalimantan Timur[44]

Provinsi Kalimantan Timur memiliki universitas terbesar yaitu Universitas Mulawarman, Universitas ini telah banyak didukung dalam pengembangan dari infrastruktur maupun kualitas SDM tenaga pendidik oleh Pemerintah Provinsi. Selain Universitas Mulawarman juga terdapat perguruan-perguruan tinggi negeri dan swasta lainnya yang juga didukung oleh Pemerintah Provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota.

Selain perguruan tinggi, provinsi Kalimantan Timur terus meningkatkan kualitas sekolah-sekolah dari segi SDM dan infrastruktur. Kini telah banyak sekolah-sekolah bertaraf nasional maupun internasional yang sedang digarap di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.[44]

Ibu Kota Negara Baru

Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah ibu kota baru Indonesia yang sedang dibangun di Provinsi Kalimantan Timur. Kota ini direncanakan menggantikan Jakarta sebagai ibu kota negara untuk mengurangi tekanan beban yang semakin berat di Jakarta serta menciptakan pusat pemerintahan yang lebih efisien dan modern. Proyek pembangunan IKN diumumkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada 26 Agustus 2019, dengan alasan utama untuk memindahkan pusat administrasi dan pemerintahan negara dari Pulau Jawa yang padat ke Pulau Kalimantan yang lebih luas dan relatif bebas dari risiko bencana alam seperti gempa bumi dan banjir.

Lokasi dan Geografi

IKN Nusantara terletak di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara , Provinsi Kalimantan Timur. Lokasi ini dipilih karena strategis, berada di tengah-tengah wilayah Indonesia dan memiliki risiko bencana alam yang rendah. Kawasan ini juga dekat dengan kota-kota besar seperti Balikpapan dan Samarinda, yang akan mendukung pembangunan infrastruktur dan konektivitas IKN dengan wilayah sekitarnya.

Latar Belakang dan Alasan Pemindahan Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta telah menjadi wacana sejak era pemerintahan Presiden Soekarno. Jakarta, sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, dan bisnis, menghadapi berbagai masalah seperti kemacetan lalu lintas, banjir, dan penurunan permukaan tanah yang signifikan. Selain itu, konsentrasi aktivitas ekonomi dan kepadatan penduduk yang tinggi di Jakarta menimbulkan tantangan besar bagi keberlanjutan kota tersebut.

Pemindahan ibu kota ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antara Pulau Jawa dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Dengan memindahkan ibu kota ke Kalimantan, diharapkan dapat menciptakan pusat pertumbuhan baru dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.

Perencanaan dan Pembangunan

Pembangunan IKN Nusantara mengikuti konsep "Kota Cerdas" (smart city) dan "Kota Hutan" (forest city), di mana aspek teknologi dan keberlanjutan lingkungan menjadi fokus utama. Rencana induk (master plan) IKN mencakup pembangunan berbagai infrastruktur modern seperti gedung pemerintahan, pusat pendidikan, fasilitas kesehatan, serta area komersial dan perumahan.

IKN Nusantara juga dirancang sebagai kota yang ramah lingkungan, dengan banyak ruang terbuka hijau, pengelolaan air yang efisien, serta penggunaan energi terbarukan. Pemerintah menargetkan bahwa sebagian besar gedung dan infrastruktur di IKN akan menggunakan teknologi hijau, termasuk penggunaan transportasi umum yang berbasis listrik dan pengurangan emisi karbon.

Pariwisata, seni dan budaya

Lagu daerah

  • Burung Enggang (bahasa Kutai)
  • Meharit (Bahasa Kutai)
  • Sabar'ai-sabar'ai (Bahasa Banjar)
  • Anjat Manik (Bahasa Melayu Berau Benua)
  • Bebilin (Bahasa Tidung)
  • Andang Sigurandang (Bahasa Tidung)
  • Bedone (Bahasa Dayak Benuaq)
  • Ayen Sae (Bahasa Dayak)
  • Sorangan (Bahasa Banjar)
  • Lamin Talunsur (Bahasa Kutai)
  • Buah Bolok (Bahasa Kutai)
  • Aku Menyanyi (Bahasa Kutai)
  • Sungai Kendilo (Bahasa Dayak Paser)
  • Rambai Manguning (Bahasa Banjar)
  • Ading Manis (Bahasa Banjar)
  • Indung-Indung (Bahasa Melayu Berau)
  • Basar Niat (Bahasa Melayu Berau)
  • Berampukan (Bahasa Kutai)
  • Undur Hudang (Bahasa Kutai)
  • Kada Guna Marista (Bahasa Banjar)
  • Tajong Samarinda (Bahasa Kutai)
  • Citra Niaga (Bahasa Kutai)
  • Taman Anggrek Kersik Luwai
  • Ne Poq Batangph
  • Banuangku
  • Kekayaan Alam Etam (Bahasa Kutai)
  • Mambari Maras (Bahasa Banjar)
  • Kambang Goyang (Bahasa Banjar)
  • Apandang Jakku
  • Keledung
  • Ketuyak
  • Jalung
  • Antu
  • Mena Wang Langit
  • Tung Tit
  • To Kejaa
  • Ting Ting Nging
  • Endut-Endut
  • Enjung-Enjung
  • Julun Lajun
  • Sungai Mahakam
  • Samarinda Kota Tepian (Bahasa Kutai)
  • Jagung Tepian
  • Kandania
  • Sarang Kupu
  • Adui Indung
  • Nasi Bekepor (Bahasa Kutai)
  • Nasib Awak
  • Tenau
  • Luwai
  • Balarut di Sungai Mahakam (Bahasa Banjar)
  • Leleng (Bahasa Kenyah)
  • Merutuh(Bahasa Tonyooi-Benuaq)

Seni suara

  • Bedeguuq (Dayak Benuaq)
  • Berijooq (Dayak Benuaq)
  • Ninga (Dayak Benuaq)
  • Enluei (Dayak Wehea)

Seni berpantun

  • Perentangin (Dayak Benuaq)
  • Ngelengot (Dayak Benuaq)
  • Ngakey (Dayak Benuaq)
  • Ngeloak (Dayak Benuaq)

Seni dan budaya

Baju adat

Musik

Tarian

  • Tarian Gantar dari Suku Dayak Benuaq
  • Tarian Ngeleway dari Suku Dayak Benuaq
  • Tarian Ngerangkaw dari Suku Dayak Benuaq
  • Tarian Kencet dari Suku Dayak Kenyah
  • Tarian Datun dari Suku Dayak Kenyah
  • Tarian Hudoq dari Suku Dayak Wehea
  • Tarian Kejien dari Suku Dayak Wehea
  • Belian
  • Tarian Maropeng dari Suku Banjar Samarinda
  • Tari Topeng dari Suku Kutai
  • Tari Jepen dari Suku Kutai, Melayu Berau, Tidung dan Paser

Penyembuhan penyakit

Tolak Bala/Hajatan/Selamatan

Perkawinan

Senjata tradisional

 
Mandau

Upacara adat kematian

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-04-05. Diakses tanggal 2022-04-05. 
  2. ^ a b c d e "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 18 Agustus 2024. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Hasil Long Form SP2020 2021-2023". www.kaltim.bps.go.id. Diakses tanggal 8 Januari 2024. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). hlm. 12. Diakses tanggal 6 Maret 2021. 
  5. ^ a b "Jumlah Penduduk Menurut Agama di Provinsi Kalimantan Timur Semester II 2022". www.dkp3a.kaltimprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-26. Diakses tanggal 18 Mei 2023. 
  6. ^ Nordhoff, Sebastian; Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2013). Glottolog.east2755 Leipzig: Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.
  7. ^ a b c (Melayu) Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X
  8. ^ van Dijk, Ludovicus Carolus Desiderius (1862). Ne©erland's vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Camobdja, Siam en Cochin-China (dalam bahasa Belanda). Scheltema. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2019-08-30. 
  9. ^ Dr.Yekti Maunati (2003). Identitas Dayak. Indonesia: Lkis Pelangi Aksara. hlm. 313. ISBN 9789799492982. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2018-08-26.  ISBN 979949298X
  10. ^ Kartodirdjo, Sartono (1987). Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium. Indonesia: Gramedia. hlm. 121. ISBN 9794031291. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2018-10-17.  ISBN 9789794031292
  11. ^ (Belanda)Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië". 23 (1-2): 201. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2013-01-24. 
  12. ^ Hikayat Banjar: "Kemudian daripada itu tatkala Kiai Martasura ke Mangkasar, zaman Karaing Patigaloang itu, ia menyuruh pada Marhum Panembahan itu meminjam Pasir itu akan tempatnya berdagang serta bersumpah: "Barang siapa anak cucuku hendak aniaya lawan negeri Banjar mudah-mudahan dibinasakan Allah itu." Maka dipinjamkan oleh Marhum Panembahan. Itulah mulanya Pasir - serta diberi desa namanya Satui dan Hasam-Hasam dan Kintap, dan Sawarangan itu, Banacala, Balang Pasir dan Kutai dan Berau serta Karasikan - itu tiada mahanjurkan hupati ke Martapura itu.
  13. ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 6. Lange & Co.: 243. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2011-05-02. 
  14. ^ (Indonesia) Denys Lombard. Nusa Jawa: silang budaya kajian sejarah terpadu: Jaringan Asia,. 2. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 129. ISBN 9796054531. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2011-04-21.  ISBN 978-979-605-453-4 ISBN 979-605-452-3 ISBN 978-979-605-452-7
  15. ^ (Indonesia) Hindia-Belanda (1965). Bandjermasin (Sultanate), Surat-surat perdjandjian antara Kesultanan Bandjarmasin dengan pemerintahan2 V.O.C.: Bataafse Republik, Inggeris dan Hindia- Belanda 1635-1860 (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia, Kompartimen Perhubungan dengan Rakjat. hlm. 228. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2018-08-23. 
  16. ^ Perkara 4. Sri Paduka Sultan Adam salinkan kepada radja dari Nederland segala negeri jang tersebut di bawah ini: Pulau Tatas dan Kuin sampai di subarang kiri Antasan Ketjil dan pulau Burung mulai dari kuala Bandjar subarang kanan sampai di Pantuil dan di Pantuil subarang pulau Tatas lantas ke timur Rantau Kuliling dengan segala sungai2nja Kelajan Ketjil Kelajan Besar dan kampung jang di subarang pulau Tatas sampai di sungai Messa di ulu kampung Tjina lantas ke darat sampai di sungai Baru sampai di sungai Lumbah dan pulau Bakumpai mulai dari kuala Bandjar subarang kiri mudik sampai di kuala Andjaman di kiri milir sampai kuala Lopak dan segala tanah Dusun semuanja desa2 kiri kanan mudik ka ulu mulai Mengkatip sampai terus negeri Siang dan di ilir sampai di kuala Marabahan dan tanah Dajak Besar Ketjil dengan semuanja desa2nja kiri kanan mulai di kuala Dajak mudik ka ulu sampai terus ke ilir sungai Dajak dengan segala tanah di daratan jang takluk padanja dan tanah Mendawai Sampit Pembuang semuanja desa2nja dengan segala tanah jang takluk padanja dan tanah Kutaringin Sintang Lawey Djelei semuanja desa2nja dengan segala tanah jang takluk padanja. Dan Taboniou dan segala tanah Laut sampai di Tandjung Silatan dan ke timur sampai watas dengan Pagatan dan ka oetara sampai di kuala Maluka mudik sungai Maluka Selingsing Lijang Anggang Banju Irang lantas ke timur sampai di gunung Pamaton sampai watas dengan tanah Pagatan dan negeri jang di pasisir timur Pagatan Pulau Laut Batu Litjin Pasir Kutai Barau semuanja dengan tanah2 jang takluk padanja.
  17. ^ (Inggris) Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy. Equinox Publishing. ISBN 602-8397-21-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2010-07-29. ISBN 978-602-8397-21-6
  18. ^ (Belanda) Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië". s.n. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2011-04-21. 
  19. ^ (Inggris) (2007)"Borneo, 1800-1857". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-05. Diakses tanggal 9 August 2011. 
  20. ^ (Inggris) (2007)"Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 9 August 2011. 
  21. ^ (Inggris) (2007)"Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-11. Diakses tanggal 9 August 2011. 
  22. ^ (Inggris) (2009)"Administrative divisions in Dutch Borneo, 1902". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 9 August 2011. 
  23. ^ (Inggris) (2007)"Administrative divisions in Dutch and British Borneo, 1902". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 9 August 2011. 
  24. ^ (Inggris) (2007)"Borneo in 1942". Digital Atlas of Indonesian History. Robert Cribb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-05. Diakses tanggal 9 August 2011. 
  25. ^ : Muhammad Sarip, Samarinda Tempo Doeloe Sejarah Lokal 1200–1999.
  26. ^ Magenda, Burhan Djabier (2010). East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy (dalam bahasa Inggris). Equinox Publishing. ISBN 978-602-8397-21-6. 
  27. ^ Diarsipkan 2007-10-08 di Wayback Machine.
  28. ^ a b c 2014, Kalimantan Timur dalam Angka 2014, Badan Pusat Statistik
  29. ^ (Inggris) Guhardja, Edi (2000). Rainforest ecosystems of East Kalimantan: El Niño, drought, fire and human impacts. Springer. ISBN 4431702725. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2011-05-23. ISBN 978-4-431-70272-6
  30. ^ BPS Provinsi Kalimantan Timur, Agustus 2018, Provinsi Kalimantan Timur Dalam Angka 2018, dikunjungi pada 7 Juni 2020.
  31. ^ "Pelantikan Dan Pengambilan Sumpah Janji Anggota DPRD Terpilih Periode 2019-2024". kaltimprov.go.id. Diskominfo Pemprov Kaltim. 02-09-2019. Diakses tanggal 28-09-2019.  [pranala nonaktif permanen]
  32. ^ "Pelantikan 55 Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur Periode 2019-2024". niaga.asia. 04-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-20. Diakses tanggal 17-09-2019. 
  33. ^ "Pengucapan Sumpa/Janji Anggota DPRD Provinsi Kaltara masa bakti 2019-2024". kpu.go.id. KPU Provinsi Kalimantan Timur. 04-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-10. Diakses tanggal 28-09-2019. 
  34. ^ Rahmad (02-09-2019). Rahmad, ed. "55 Anggota DPRD Kaltim periode 2019-2024 dilantik". ANTARA News. ANTARA KALTIM. Diakses tanggal 28-09-2019. 
  35. ^ "KPU Kaltim Menetapkan Perolehan Kursi Parpol dan Penetapan Calon Terpilih Anggota DPRD Provinsi Kaltim. Sah!!". kpu.go.id. KPU Provinsi Kalimantan Timur. 12-08-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-20. Diakses tanggal 28-09-2019. 
  36. ^ Marga Rahayu (07-08-2019). "Sempat Tertunda, KPU Akhirnya Tetapkan 55 Anggota DPRD Provinsi Kaltim". rri.co.id. RADIO REPUBLIK INDONESIA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-27. Diakses tanggal 28-09-2019. 
  37. ^ "KPU Kaltim Tetapkan 55 Anggota DPRD Kaltim Terpilih Periode 2019-2024, Inilah Namanya". prokal.co. PRO KALTIM. 06-08-2019. Diakses tanggal 28-09-2019. 
  38. ^ "Provinsi Kalimantan Timur Dalam Angka 2019". bps.go.id. BPS Provinsi Kalimantan Timur. 16-08-2019. Diakses tanggal 28-09-2019. 
  39. ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-11. 
  40. ^ a b "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). Badan Pusat Statistik. 23 Mei 2012. hlm. 36–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-08. Diakses tanggal 9 September 2021. 
  41. ^ Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, dan Agus Pramono (2015). Demography of Indonesia’s Ethnicity. Institute of Southeast Asian Studies dan BPS – Statistics Indonesia. 
  42. ^ Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono (2015). Demography of Indonesia's Ethnicity. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 109. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2021-10-28. 
  43. ^ "Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kabupaten/Kota 2021". kaltim.bps.go.id. Diakses tanggal 30 Oktober 2023. 
  44. ^ a b Pendidikan. Situs Pemerintah Provinsi Kaltim. Diakses pada 9 November 2012

Lihat pula

Pranala luar

0°57′N 116°26′E / 0.950°N 116.433°E / 0.950; 116.433