Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand the Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

--Pesan ini dikirim secara otomatis menggunakan bot. 6 Februari 2024 04.32 (UTC)

La Unión (kapal pengangkut budak)

sunting

Kapal uap beroda dayung, yang dikenal sebagai "La Unión" ditemukan oleh para arkeolog di Teluk Meksiko, dua mil laut dari Sisal pada tahun 2017. Namun, diperlukan tiga tahun penelitian untuk memastikan bahwa itu adalah kapal budak Maya.

Pada saat itu, praktik perbudakan sudah dinyatakan ilegal di Meksiko. Namun, banyak operator kapal serupa yang memanipulasi suku Maya, yang seringkali tidak memiliki tanah akibat konflik tersebut, untuk menandatangani kontrak sebagai pekerja. Padahal, dalam kenyataannya, orang-orang suku Maya ini tidak diperlakukan sebagai pekerja, melainkan sebagai budak.

Sementara itu, kapal "La Union" mengalami ledakan dan tenggelam di pelabuhan Sisal di Yucatan pada September 1861 saat dalam perjalanan menuju Havana. Bangkai kapal yang ditemukan oleh para arkeolog ini diduga sebagai kapal La Union berdasarkan sisa-sisa fisiknya, termasuk kayu roda samping yang terbakar dan bekas ledakan pada boilernya. Lokasi penemuan bangkai kapal ini juga sesuai dengan laporan kontemporer tentang kecelakaan La Union pada tahun 1861, yang menewaskan setengah dari 80 awak kapal dan 60 penumpang di dalamnya.

Pada bulan Oktober 1860, La Union sempat ditahan di negara bagian Campeche karena ditemukan membawa 29 orang Maya, termasuk anak-anak berusia tujuh tahun. Walaupun demikian, penangkapan tersebut tidak menghentikan La Union untuk melanjutkan perjalanannya, yang juga melibatkan pengangkutan serat sisal dan pembayaran penumpang ke Kuba.

Sampai sekarang, kepastian mengenai keberadaan suku Maya di perjalanan terakhir kapal tersebut masih belum jelas karena ada kemungkinan mereka didaftarkan sebagai kargo, bukan penumpang. Pihak La Union diduga berusaha menyembunyikan keberadaan suku Maya. Terkait dengan penemuan bangkai kapal ini, arkeolog Helena Barba Meinecke mencatat bahwa orang Maya yang ditangkap sering kali dikirim ke Kuba, dan banyak di antara mereka yang tidak pernah kembali.

Referensi

sunting

Elasser, Alla. "Mexican archaeologists identify the first Mayan slave ship to have ever been discovered". Diakses tanggal 21 Februari 2024. 

Fauziah, Annisa. "Diduga Dalangi Perbudakan Suku Maya, Bangkai Kapal La Union Ditemukan Usai Tenggelam 159 Tahun Lalu". Diakses tanggal 21 Februari 2024. 

Jean Pierre de Crousaz

sunting

Jean-Pierre de Crousaz (lahir 13 April 1663, Lausanne, Swiss—wafat 22 Februari 1750, Lausanne) adalah seorang teolog Swiss, filsuf, dan kontroversialis yang paling penting dalam surat-suratnya kepada berbagai koresponden yang mengungkapkan iklim intelektual pada masanya. Dia dikenal karena karyanya yang menggabungkan pemikiran filsafat dengan analisis kritis terhadap karya-karya sastra dan seni.

Awal Kehidupan dan Pendidikan

sunting

De Crousaz dibesarkan dalam lingkungan intelektual di Lausanne, di mana ia menunjukkan bakat luar biasa dalam filsafat sejak usia muda. Ia menempuh pendidikan di Universitas Lausanne, di mana ia mendalami berbagai bidang ilmu, termasuk logika, metafisika, dan estetika.

Dia menjadi profesor di Lausanne dari tahun 1700 hingga 1724 (menjabat sebagai rektor universitas dua kali) dan kembali dari tahun 1738 hingga 1749. Pada periode antara itu, setelah meninggalkan Swiss akibat perselisihan teologis, ia menjabat sebagai guru besar di Groningen, Belanda, selama dua tahun dan menjadi tutor Pangeran Frederick dari Hesse-Kassel (1726–1732). Crousaz menulis banyak karya matematika dan filsafat. Traité du beau-nya (1714; "Traktat tentang Keindahan") adalah upaya untuk menjelaskan perbedaan subjektif dalam pandangan estetika. Dengan dorongan dari Kardinal Fleury, ia berusaha untuk membantah doktrin filsuf Prancis Pierre Bayle dan filsuf Jerman Gottfried Wilhelm Leibniz. Kritikannya terhadap Esai tentang Manusia karya Alexander Pope diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Samuel Johnson (1742). Korespondensinya belum dipublikasikan, meskipun sekitar 2.000 surat telah ditemukan.

Kontribusi dan Pemikiran

sunting

1. Pemikiran Filosofis. De Crousaz dikenal karena karyanya dalam logika dan epistemologi. Ia memperkenalkan gagasan-gagasan baru tentang alasan dan pemahaman, yang mempengaruhi perkembangan pemikiran filsafat pada masanya.

2. Kritik Sastra. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah dalam bidang kritik sastra. De Crousaz menulis sejumlah karya yang mengulas karya-karya sastra terkenal pada masanya, seperti karya-karya Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau. Kritikannya yang tajam dan analitis membuatnya dihormati di kalangan para sastrawan dan intelektual.

3. Pemikiran Estetika. De Crousaz juga memberikan kontribusi dalam bidang estetika, dengan mengeksplorasi konsep-konsep tentang keindahan dan nilai-nilai seni. Pandangannya yang mendalam tentang seni memengaruhi perkembangan estetika di abad ke-18.

Pengaruh dan Warisan

sunting

Jean Pierre de Crousaz meninggalkan warisan intelektual yang kuat dalam sejarah filsafat dan sastra. Karyanya terus memengaruhi pemikiran dan penelitian di berbagai bidang, dari filsafat hingga sastra, bahkan hingga saat ini. Para cendekiawan masih mempelajari dan menghargai kontribusinya terhadap pemikiran manusia.

Kesimpulan

sunting

Jean Pierre de Crousaz adalah seorang filsuf dan kritikus yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran Eropa. Dengan karyanya yang mencakup bidang logika, kritik sastra, dan estetika, ia telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam dunia intelektual. Kehadirannya terus dirasakan melalui pengaruhnya yang berkelanjutan dalam pemikiran dan penelitian modern.

Referensi

sunting

1. Rosseau. Jean-Jacques. Emile, or On Education. Translated by Allan Bloom (edisi ke-1979). Basic Books. 

2. The Editors of Encyclopedia Britannica. "Jean-Pierre de Crousaz". Diakses tanggal 25 Februari 2024. 

3. Scruton, Roger (1982). "The Aesthetics of Jean Pierre de Crousaz". The Philosophical Quarterly. 32 (128): 147–162.