Luther Maata
Karya Terbesar Dalam Sejarah Pdt. Dr. David Sarju Sucipto, M.Th. Dosen STTIN
Alkitab sebagaimana tertulis di dalam Roma 5:12, secara gamblang mengungkapkan: Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama, seperti yang telah dibuat oleh Adam… Dosa merupakan tindakan yang dilakukan oleh makhluk yang berakal budi. Pengertian ini juga berlaku untuk semua orang (semua agama). Pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa, sesuatu yang tragis telah terjadi, yakni gambar Allah yang sempurna menjadi rusak dan tercemar. Dengan upayanya sendiri maka mustahil manusia dapat bersekutu kembali dengan Allah yang kudus. Manusia perlu penebusan untuk memulihkan gambar yang telah rusak tersebut. Paulus menegaskan, ”Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita” (Roma 6:23). Melalui ayat ini dapat diketahui bahwa hanya melalui Yesus, manusia memperoleh pengampunan dosa dan jaminan keselamatan. Manusia adalah makhluk berdosa, maka membutuhkan kasih karunia. Usaha-usaha yang dilakukannya tidak dapat membawanya masuk ke dalam sorga. Tidak mungkin pula manusia bisa selamat karena melaksanakan seperangkat aturan hukum lahiriah keagamaan atau syariat-syariat agama. Paulus membeberkan, “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa (Roma 3:20). Keselamatan mutlak atas kasih karunia Allah bukan karena hasil jerih payah apapun yang diupayakan manusia. Alkitab memberikan informasi, “Sebab oleh karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Kalimat “bukan hasil usahamu” dikaitkan dengan sesosmenoi dia pisteos artinya “kamu telah diselamatkan melalui iman.” Sedangkan kalimat “bukan hasil pekerjaanmu” dalam bahasa Yunani ouk exergon artinya “bukan dari perbuatan-perbuatan” (yang dituntut Taurat). Maksud kata “tersebut” adalah manusia tidak dapat diselamatkan dengan perbuatan amalnya. Dengan demikian yang mendatangkan keselamatan adalah kasih karunia Allah oleh iman. Di antara para penulis Perjanjian Baru, hanya Paulus yang memberi perhatian kepada uraian tentang pembenaran karena iman. Kupasannya bisa dibaca dalam Surat Roma dan Surat Galatia. “Benar” menurut pemahaman Paulus adalah orang yang berkenan kepada Allah. Dalam Roma 1:17 diungkapkan, bahwa dalam Injil kebenaran Allah telah nyata dan ungkapan itu dikembangkan Paulus dalam Roma 3:21. Menurut Paulus, kebenaran Allah harus dipahami sebagai watak Allah yang benar. Pembenaran yang dimaksud Paulus juga mempunyai kepentingan khusus mengingat adanya wawasan Yahudi berkatian dengan “perbuatan atau jasa” yang mengarah kepada penitikberatan perbuatan. Dalam pengamatan Guthrie, Paulus menghubungkan pembenaran dengan pendamaian. Dalam mengurai pembenaran, Paulus mengkaitkan dengan kematian Kristus dilihat sebagai “jalan pendamaian.” Menurut penalaran Paulus, manusia tidak dapat memperoleh pembenaran oleh dirinya sendiri, sebagai jalan ke luarnya maka Allah telah menyiapkannya. Paulus melihat kematian Kristus di kayu salib merupakan persembahan untuk memperoleh pendamaian (Guthrie, 1995:127). Sedangkan dalam pandangan R.C. Sproul, pembenaran merupakan forensic. Artinya seseorang dinyatakan dan diperhitungkan atau dianggap benar pada waktu Allah mengaruniakan kebenaran Kristus. Kondisi yang dibutuhkan untuk ini adalah iman. “Iman yang membenarkan adalah iman yang hidup, bukan iman pengakuan yang kosong” jelas Sproul. Baginya, iman merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi yang bergantung sepenuhnya kepada Kristus untuk keselamatan. Itulah sebabnya, dalam pemahaman R.C. Sproul, iman yang menyelamatkan adalah iman pertobatan yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (1998:251-152).
Douglas pun mememiliki pemahaman yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, iman secara moral sangat vital. Iman adalah pemberian Allah dan keselamatan atas prakarsa Allah berdasarkan kasih karunia-Nya. Iman bukan sekedar pengakuan, tetapi tindakan yang muncul dari hati seseorang untuk mengikut Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (1997:527). Terkait dengan itu, para penulis Injil mengakui, keselamatan dapat diterima oleh seseorang melalui tanggapan iman (Bnd. Matius 4:19; 16:24; Lukas 9:23-25; Yohanes 10:4,27; 12:26; Wahyu 14:4). Paulus menjelaskan, orang yang mengambil keputusan percaya kepada Allah telah didamaikan dan murka-Nya telah disingkirkan (Bnd. Roma 5:9-10). Pekerjaan Yesus sebagai “pelayan pendamaian” oleh Paulus diuraikan dalam 2 Korintus 5:19, “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus tidak memperhitungkan pelanggaran mereka…” Doktrin pendamaian secara gamblang dikupas Paulus dalam Roma 5:7-11: Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya. Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu. Dalam buku, Kedaulatan dan Karya Kristus, John R.W. Stott menekankan pentingnya pendamaian. Stott, mengutip terjemahan Inggris istilah “pendamaian.” Pendamaian dipakai kata atonement. Kata atonement artinya suatu aksi dimana dua golongan yang bertentangan dijadikan satu atau keadaan di mana kesatuan itu dinikmati dan dinyatakan. Stott, menyimpulkan manusia menerimanya bukan karena usahanya, melainkan berdasarkan anugerah Allah (1991:77). Pembenaran merupakan tindakan Allah, di mana melalui pembenaran tersebut Allah mendeklarasikan orang berdosa yang tidak benar menjadi benar setelah Allah melimpahkan kebenaran Kristus. Dengan demikian, tidak seorang pun yang mendapatkan pembenaran karena perbuatan-perbuatan baik siapa pun pelakunya. Pembenaran menuntut iman yang nyata dan hidup, bukan sekedar pengakuan. Berulang kali Alkitab menegaskan, manusia diselamatkan bukan karena melakukan perbuatan-perbuatan, namun karena beriman kepada Kristus. Iman yang menyelamatkan melibatkan kepercayaan secara pribadi di dalam Yesus Kristus. Ini berarti, perjuangan-perjuangan manusia dalam meraih kese-
lamatan yang menitikberatkan pada jasa atau amal perbuatan, adalah usaha yang sia-sia.
Selain itu, iman juga merupakan sikap yang di dalamnya melepaskan segala andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan lewat cara dan jalan apapun. Dengan iman, seseorang telah dibenarkan di hadapan Allah dan hukum-Nya. Ia telah dipenuhi Kristus, ditebus dari perbudakan dosa dan kejahatan serta diterangi oleh Roh Kudus. Kasih Allah cukup luas untuk menjangkau semua orang. Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal sebagai kurban penghapus dosa di kayu salib. Kurban Kristus di kayu salib bukan suatu tindakan yang terpaksa dilakukan Allah. Jadi doktrin penyaliban dan kebangkitan Kristus merupakan sejarah terbesar yang pernah ada di muka bumi ini sekaligus menjadi pusat iman Kristen dan kunci keselamatan bagi manusia secara universal (Bnd. 1 Korintus 15). Pengorbanan Kristus di kayu salib adalah rencana agung Allah untuk membebaskan umat manusia dari dosa. Dalam hal ini manusia tidak dikatakan benar tetapi dijadikan benar. Dalam tulisannya, Louis Berkhof mengutip pendapat Wilmers: Sebagaimana pembenaran adalah pembaharuan spiritual dan kelahiran kembali, maka dosa sungguh-sungguh dihancurkan oleh-Nya… bukan hanya ditutupi. Kelahiran kembali mengemukakan suatu perubahan yang radikal, vital dan etis, dan bukan suatu permulaan baru yang sepenuhnya metafisik. Kelahiran kembali adalah langkah vital dalam perkembangan natural dari kehidupan spiritual, suatu penyucian ulang yang radikal dari proses moral kehidupan” (1997:120). Kedua, penyaliban dan kematian Yesus menyingkapkan kasih Allah dan materi yang lebih dalam tentang Kerajaan Allah. Dengan memberikan hidup-Nya di kayu salib Yesus memberikan diri-Nya sebagai korban yang sempurna bagi dosa-dosa manusia. Ketiga, seseorang dapat mengalami keselamatan hanya melalui kebangkitan Kristus. Allah menginginkan umat manusia mengalami pengalaman hidup baru yang ditebus dalam kebangkitan Yesus (2007:216-219). Fakta ini menunjukkan, bahwa Allah mengutus anak-Nya yang Tunggal ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia.
Chris Wright berkomentar menganai pernyataan Yesus, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup...” dalam Yohanes 14:6, berdiri kokoh seperti batu karang yang menghadap aksioma sinkretistik bahwa semua jalan menuju kepada Allah. Keselamatan tidak bisa diperoleh dalam siapa pun juga, tidak dalam nama lain kecuali dalam nama “Yesus dari Nazaret” yang disalibkan dan bangkit kembali. Amanat inilah merupakan landasan tugas misioner (1996:88). Menurut Donald Guthrie, fungsi seorang perantara adalah menjadi perantara bagi keduabelah pihak yang sedang bertikai. Guthrie menegaskan: Seorang pengatara berdiri di tengah-tengah dua kelompok ketika terjadi perbantahan di antara keduanya. Fungsi seorang pengantara ialah bertindak atas nama umat yang diwakili. Yang paling bermakna di sini ialah pernyataan bahwa pengantara itu adalah seorang manusia, sebab hanya seorang manusialah yang dengan tepat dapat mewakili manusia di hadapan Allah. Hal lain yang mutlak ialah keunikan Kristus sebagai pengantara: Dialah satu-satunya, tidak bisa orang lain. Keunikan ini secara istimewa ditampilkan dalam Surat Ibrani (1995: 105).
lamatan yang menitikberatkan pada jasa atau amal perbuatan, adalah usaha yang sia-sia.
Selain itu, iman juga merupakan sikap yang di dalamnya melepaskan segala andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan lewat cara dan jalan apapun. Dengan iman, seseorang telah dibenarkan di hadapan Allah dan hukum-Nya. Ia telah dipenuhi Kristus, ditebus dari perbudakan dosa dan kejahatan serta diterangi oleh Roh Kudus. Kasih Allah cukup luas untuk menjangkau semua orang. Allah telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal sebagai kurban penghapus dosa di kayu salib. Kurban Kristus di kayu salib bukan suatu tindakan yang terpaksa dilakukan Allah. Jadi doktrin penyaliban dan kebangkitan Kristus merupakan sejarah terbesar yang pernah ada di muka bumi ini sekaligus menjadi pusat iman Kristen dan kunci keselamatan bagi manusia secara universal (Bnd. 1 Korintus 15). Pengorbanan Kristus di kayu salib adalah rencana agung Allah untuk membebaskan umat manusia dari dosa. Dalam hal ini manusia tidak dikatakan benar tetapi dijadikan benar. Dalam tulisannya, Louis Berkhof mengutip pendapat Wilmers: Sebagaimana pembenaran adalah pembaharuan spiritual dan kelahiran kembali, maka dosa sungguh-sungguh dihancurkan oleh-Nya… bukan hanya ditutupi. Kelahiran kembali mengemukakan suatu perubahan yang radikal, vital dan etis, dan bukan suatu permulaan baru yang sepenuhnya metafisik. Kelahiran kembali adalah langkah vital dalam perkembangan natural dari kehidupan spiritual, suatu penyucian ulang yang radikal dari proses moral kehidupan” (1997:120). Kedua, penyaliban dan kematian Yesus menyingkapkan kasih Allah dan materi yang lebih dalam tentang Kerajaan Allah. Dengan memberikan hidup-Nya di kayu salib Yesus memberikan diri-Nya sebagai korban yang sempurna bagi dosa-dosa manusia. Ketiga, seseorang dapat mengalami keselamatan hanya melalui kebangkitan Kristus. Allah menginginkan umat manusia mengalami pengalaman hidup baru yang ditebus dalam kebangkitan Yesus (2007:216-219). Fakta ini menunjukkan, bahwa Allah mengutus anak-Nya yang Tunggal ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia.
Chris Wright berkomentar menganai pernyataan Yesus, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup...” dalam Yohanes 14:6, berdiri kokoh seperti batu karang yang menghadap aksioma sinkretistik bahwa semua jalan menuju kepada Allah. Keselamatan tidak bisa diperoleh dalam siapa pun juga, tidak dalam nama lain kecuali dalam nama “Yesus dari Nazaret” yang disalibkan dan bangkit kembali. Amanat inilah merupakan landasan tugas misioner (1996:88). Menurut Donald Guthrie, fungsi seorang perantara adalah menjadi perantara bagi keduabelah pihak yang sedang bertikai. Guthrie menegaskan: Seorang pengatara berdiri di tengah-tengah dua kelompok ketika terjadi perbantahan di antara keduanya. Fungsi seorang pengantara ialah bertindak atas nama umat yang diwakili. Yang paling bermakna di sini ialah pernyataan bahwa pengantara itu adalah seorang manusia, sebab hanya seorang manusialah yang dengan tepat dapat mewakili manusia di hadapan Allah. Hal lain yang mutlak ialah keunikan Kristus sebagai pengantara: Dialah satu-satunya, tidak bisa orang lain. Keunikan ini secara istimewa ditampilkan dalam Surat Ibrani (1995: 105).
Mulai diskusi dengan Luther Maata
Halaman pembicaraan adalah tempat orang-orang mendiskusikan bagaimana cara membuat konten Wikipedia menjadi sebaik mungkin. Mulailah diskusi baru agar terhubung dan bekerja sama dengan Luther Maata. Apa yang Anda katakan di sini akan bisa dilihat oleh siapa saja.