Halo, Netralitas. Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia!
Memulai
Memulai
Memulai
Bantuan
Bantuan
Bantuan
  • Bantuan:Isi - tempat mencari informasi tentang berkontribusi di Wikipedia, sebelum bertanya kepada pengguna lain.
  • FAQ - pertanyaan yang sering diajukan tentang Wikipedia.
  • Portal:Komunitas - informasi aktivitas di Wikipedia.
Tips
Tips
Kiat
Membuat kesalahan?
Membuat kesalahan?
Membuat kesalahan?
  • Jangan takut! Anda tidak perlu takut salah ketika menyunting atau membuat halaman baru, menambahkan atau menghapus kalimat.

    Pengurus dan para pengguna lainnya yang memantau perubahan terbaru akan segera menemukan kesalahan Anda dan mengembalikannya seperti semula.

Welcome! If you are not an Indonesian speaker, you may want to visit the Indonesian Wikipedia embassy or a slight info to find users speaking your language. Enjoy!
Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Badak Jawa (bicara) 3 April 2024 08.40 (UTC)Balas

Penjelasan

sunting

Halo! Saya telah membaca artikel Ahmad al-Muhajir di Wikipedia Inggris subjudul Descendants and status (arti:Keturunan dan status) disitu tertulis At first the term Alawi is given to all descendants of Ali ibn Abi Talib, both of his al-Hasan and al-Husayn. Later, to distinguish the descent of Alawi ibn Ubayd Allah, the title Aal Bani Alawi is then used.

The Sayyids from the family of Ba 'Alawi sada of Yemen trace their descent to Aḥmad al-Muhâjir through his grandson, Alawi "Sahib al-Sumal" ibn Ubayd Allah. kalau diartikan menjadi Pada awalnya, istilah Alawi diberikan kepada semua keturunan Ali bin Abi Thalib, baik al-Hasan maupun al-Husain. Kemudian, untuk membedakan keturunan Alawi ibn Ubayd Allah, gelar Aal Bani Alawi kemudian digunakan.

Para Sayyid dari keluarga Ba 'Alawi sada dari Yaman melacak keturunan mereka ke Aḥmad al-Muhâjir melalui cucunya, Alawi "Sahib al-Sumal" ibn Ubayd Allah. Berarti jika disimpulkan Ubaidillah merupakan cucunya Ahmad al-Muhajir bukan anaknya Badak Jawa (bicara) 3 April 2024 08.50 (UTC)Balas

Jika anda memiliki pendapat silakan memberikan referensinya. Salam Badak Jawa (bicara) 3 April 2024 08.53 (UTC)Balas
@Netralitas kalaupun Ubaidillah bin Ahmad merupakan anak dari Ahmad al-Muhajir seharusnya artikelnya juga ada di Wikipedia Inggris ataupun Wikipedia Arab dan banyak referensi dari sumber terpercaya yang membahas Ubaidillah bin Ahmad namun setelah saya cari di Wikipedia Inggris tidak ada artikel Ubaidillah bin Ahmad apalagi di Wikipedia Arab dan sampai sekarang masih terdapat perdebatan nasab Ba'Alawi di kalangan ulama Badak Jawa (bicara) 3 April 2024 09.03 (UTC)Balas


Terima kasih atas tanggapannya. Sopan sekali bahasa anda. Di infobox wikipedia bahasa Inggris Imam Muhajir ada anak bernama Ubaidillah. Sayid Alawi itu anaknya Ubaidilah. Jadi Sayid Alawi bin Ubaidillah. Perdebatan nasab Ba Alawi baru muncul tahun 2020 keatas. Mayoritas ulama di Indonesia sebelumnya tidak pernah membantah nasab Ba Alawi. Ulama besar di Indonesia seperti Habib Lutfi, KH Abdul Hamid, Guru Sekumpul, Syech Nawawi Al Bantani, KH Kholil Bangkalan dll juga keturunan Ba Alawi. Banyak kitab keluaran abad 8-10 menyebut Ubaidillah.

Semua bermula dari penelitian Imamuddin (eks FPI) yang kesal karena tidak didukung jadi pejabat Banten dan faktor politik. Yaitu Habib Lutfi yang mendukung Prabowo Gibran dan anti Habib yang mendukung Ganjar Mahfud. Juga ditambah oknum Wahabi radikal yang tidak suka Habib mendukung Islam moderat versi Jokowi. Mereka mengklaim tidak ada kitab abad sejaman yang menyebut Ubaidillah. Kitab yang menyebut Ubaidillah itu abad 10 keatas. Padahal dalam Islam maupun wikipedia tidak ada syarat kitab silsilah harus sejaman. Silsilah para raja dan para Nabi termasuk Nabi Muhammad tidak ada yang sejaman. Nabi Muhammad disebut keturunan Nabi Ibrahim dari jalur Nabi Ismail dst tpi dari jalur Nabi Ismail kebawah itu kitabnya ribuan tahun jaraknya. Bahkan mereka yang menolak Habib itu mengaku keturunan jalur Hasan dan Husein selain Ba Alawi tpi kitab mereka juga tidak sejaman. Kitab yang tidak ada nama Ubaidillah itu dibuat saat masih di Iraq belum hijrah. Imamuddin membantah Imam Muhajir hijrah ke Yaman. Padahal makam Imam Muhajir ada di Yaman sama dengan makam Ubaidillah. Imamuddin mengklaim makam Imam Muhajir palsu. Tpi selama ribuan tahun warga Yaman menanggap itu makam Imam Muhajir. Imamuddin tidak bisa menunjukkan makam Imam Muhajir yang lain selain di Yaman.

Bantahan penelitian Imamuddin. Intinya kitab yang tidak ada nama Ubaidillah

https://www.faktakini.info/2023/04/hb-ahmad-ghozali-assegaf-bantahan.html https://www.sekindo.id/2023/07/04/mengakhiri-polemik-nasab-ba-alawi-oleh-h-tb-a-khudori-yusuf/ https://www.faktakini.info/2023/04/bantah-imaduddin-gus-luthfi-para-ulama.html https://www.hops.id/unik/2948787435/pernyataan-kh-imaduddin-utsman-al-bantani-dibantah-habib-ali-zaenal-abidin-al-kaff-salah-dalam-sejarah-dan https://www.faktakini.info/2023/04/meluruskan-imamuddin-utsman-yang.html


https://www.faktakini.info/2023/12/pbnu-mengakhiri-polemik-nasab-baalawi.html PBNU meyakini nasab Ba Alawi. Para Aulia dan Ulama NU sejak zaman dahulu seperti KH Hasyim ‘Asy’ari, KH Kholil Bangkalan, KH Hasan Genggong, KH Abdurrahman Wahid, KH Abdul Hamid Pasuruan, KH Abdullah bin Nuh, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Mas Soebadar, KH Idris Marzuqi Lirboyo, KH Muhammad Zaini Abdul Ghoni (Guru Sekumpul), KH Maemoen Zubair, serta para Ulama dan Aulia’ lainnya mengakui keabsahan nasab Habaib Baalawi sebagai Dzurriyyah Nabi Muhammad SAW dan saling menghormati satu sama lainnya. Bahkan Ketum PBNU juga meyakini Ba Alawi. Lucunya penerjemah kitab yang dipakai Imamuddin juga mengirim surat meyakini Ba Alawi.


https://islami.co/jawaban-untuk-kiai-imaduddin-dan-krt-faqih-wirahadiningrat-jawaban-empat-tulisan-sekaligus/

Tulisan Rumail Abbas (Gusdurian) Penelitian saya ke Turki, Jordan, Jeddah, dan Madinah mengantarkan saya pada beberapa pengurus niqobah, atau tokoh yang menyambungkan saya dengan niqobat di Timur Tengah. Bahkan saya ngopi di kantor Direktur Dar Al-Ifta’ Jordania (semacam MUI di bawah otoritas kerajaan, dan niqobah di Jordania berada di bawahnya secara administratif), negara yang berkali-kali disebut Raden Faqih dalam uraian tes DNA. Menempuh wawancara terbuka dengan pakar dan informan utama (metodologi kuantitatif memang harus melakukan ini, Kiai Imad!), saya menanyakan otentisasi Baalawi sebagai keturunan Rasul. Niqobah Hijaz, melalui Ibrahim bin Manshur, tidak meragukan kabilah Baalawi. Bahkan ia mengatakan Baalawi terlalu sulit untuk di-ibthal karena kemasyhurannya di Hijaz, Yaman, dan Oman (tasamu’ yang susah untuk dirontokkan, seperti kepopuleran Kaesang yang mau dibatalkan sebagai anak Jokowi). Niqobah Jordania, Turki, Mesir, Iran, dan Irak pun tidak meragukan Baalawi sebagai asyraf. Negara yang terakhir disebut, yaitu Irak, jauh lebih keren karena Diwan Al-Sadah Al-Uraidli masih berdiri di Najaf sampai sekarang. Niqobah ini mencatat kabilah-kabilah yang menjadi keturunan Imam Ali Al-Uraidli (ibn Ja’far Al-Shodiq), memiliki musyajjar yang mencatat Imam Ubaidillah ibn Ahmad Al-Muhajir sebagai sosok historis, dan menyebut Baalawi sebagai abna’ al-‘amm (putra-putri paman kami).


https://beritajatim.com/postingan-anda/mengakhiri-polemik-nasab-ba-alawi/ Sebetulnya banyak sekali di antara ahli nasab dan sejarawan yang telah menulis dan menetapkan nasab moyang marga Ba Alawi, diantara mereka adalah:

1. Imam Bahauddin Al-Janadi, Muhammad bin Yusuf Al-Yamani (w 730an H) -beliau tokoh muktamad perihal nasab- menyebut dalam kitab: “As-Suluk fi Tabaqat Al-Ulama wal Muluk” Juz 2 Hal 135-136.

2. Imam Ibn Tabataba, Yahya bin Muhammad bin Alqasim, (w 478 H) dalam kitab: “Abna’ al-Imam fi Misr was Syam” Hal 167.

3. Imam Ibnu Inabah Jamaluddin Ahmad bin Ali bin Husain Al-Hasani As-Syi’iy As-Syahiir (w 820 H), dalam kitab: “Umdatuttalib fi Ansabi Abi Talib” hal 225.

4. Sayyid Muhammad Al-Kadzim, ibn Abil Futuh bin Sulaiman Al-Yamani Al-Musawi, (w 880 H) dalam kitab An-Nafhah Al-Anbariyah.

5. Imam Al-Amidi An-Najfi, Muhammad bin Ahmad bin Amiduddin Al-Husaini An-Nassabah (w 927 H), dalam kitab Al-Musyajjar Al-Kassyaf hal 52 (dalam manuskripnya, sebagaimana dituturkan oleh Hamzah Al-Kattani dalam As-Summ Az-Zu’af)

6. Imam Murtadlo Az-Zabidi, Muhammad bin Muhammad Al Husaini, pensyarah Ihya’ Ulumiddin (w 1205 H) dalam tahqiqannya atas Al-Musyajjar tersebut.

7. Imam Syamsuddin As-Sakhawi, Abul Khair Muhammad bin Abdurrahman (w 902), menyebut dalam kitab: “Ad-Dlou’ Al-Lami” Juz 5 Hal 59.

Dan masih banyak lagi ulama lainnya seperti Imam Ibn Hajar Al-Haitami (w 974 H), Ibn Syadzqam (1080an )  Sirojuddin Ar-Rifa’i (w 885 H), Al-Muhibbi (w 1111  Abu Alamah Al-Muayyadi (w 1044 H) Muhammad Zabarah (w 1381 H), Murtadla Az-Zabidi 1205 H), Abu Salim Al-Ayasyi ( w 1090 H), Al-Ahdal (w 903 H), Ibn Al-Muhib At-Thabari (w 117 H), Abul Fadl Al-Muradi (w 1206 H), Abd Bawazir  Yahya Hamiduddin (w 194 M),  An-Nabha (w 1350 H), Abdu Al-Ghazi (w Abad 13an)  Abdul Hafidz Al-F