Pembicaraan Wikipedia:Pedoman penamaan/Tokoh

IMHO, sebisa mungkin tidak usah membuat subhalaman tambahan untuk topik yang sama. Satukan saja dulu, kecuali jika memang nanti panjang. •• ivanlanin 10:29, 18 November 2009 (UTC)

Keberatan dengan Pedoman 1

sunting

Bagaimana kalau sang tokoh mengambil inisiatif "memodernkan" ejaan namanya sendiri? Sebagai contoh, Sukarno sebenarnya kemudian mengeja namanya dengan u, bukan oe. Karena alasan itu saya biasanya juga menuliskannya sebagai "Sukarno". Saya kira banyak tokoh-tokoh lain yang bersikap serupa. Gombang (bicara) 19:02, 22 Januari 2010 (UTC)

maaf, kenapa penamaan dengan penyebutan kok disamakan ? contoh mengenai Soekarno lihat:   salam Omdo (bicara) 04:56, 2 Februari 2010 (UTC)

Itu tandatangan. Bagaimana dia menuliskan namanya sendiri? Tandatangan tidak harus sama dengan ejaan bahasa Indonesia. Ada yang pakai tanda tangan huruf Arab atau Jawa misalnya. Gombang (bicara) 05:02, 2 Februari 2010 (UTC)

Jadi, "Megawati S(u)karnoputri"? Atau itu termasuk perkecualian?
bennylin
04:32, 2 Februari 2010 (UTC)
Contoh, Susilo Bambang (J)udho(j)ono, beliau lahir pada 9 September 1949, apakah harus kaku mengikuti Ejaan Republik? Reindra (bicara) 16:55, 1 Februari 2010 (UTC)
Perkecualian pasti ada. Tinggal dilengkapi:
"Pengecualian: Jika tokoh lahir setelah 1947 tetapi memang namanya menggunakan ejaan lama, maka juga ditulis sebagaimana adanya, tidak "di-modern-kan". Demikian juga setelah 1972 orang masih menggunakan nama ejaan lama karena masih terbawa bahasa cara ejaan lama. Jika tokoh tersebut merupakan Presiden RI tokoh internasional yang saat ini masih hidup, maka namanya dieja menurut ejaan Indonesia baru.
bennylin
04:32, 2 Februari 2010 (UTC)

Menurut saya tuliskan sebagaimana dia mengeja namanya saja, bila datanya diketahui. Ada juga kok orang kelahiran pasca-1972 yang mengeja namanya dengan gaya Van Ophuijsen (ada teman saya yang begitu). Soal Pak SBY, saya kira dia memang memodernkan namanya sendiri.

Kalau saya lebih cenderung memodernkan seluruh ejaan nama, dengan kekecualian bila orang yang bersangkutan memang mempertahankan ejaan lama. Gombang (bicara) 04:41, 2 Februari 2010 (UTC)

Ini mungkin bisa jadi pertimbangan: tulisan Ajip Rosidi di Pikiran Rakyat tentang ejaan nama Gombang (bicara) 09:20, 19 Maret 2010 (UTC)

Trims Bung Bennylin & Bung Gombang, bahkan Pak Ajip Rosidi juga memandang EYD masih mengalami "kekacauan". EYD masih bercermin kepada prinsip How do you spell it?. Pada saat yang sama bahasa Indonesia memiliki watak tersendiri yang berbeda dari bahasa asing, misalnya Belanda, Jepang, atau Inggris. Ya sudah lah saya ikut saja. Reindra (bicara) 17:10, 29 Maret 2010 (UTC)
Megawati Sukarnoputri lahir tahun 1947 sudah benar ejaannya, sementara ayahnya pakai oe Soekarno. SBY punya tujuan pribadi sehingga merubah namanya. Jadi ikuti yang umum saja seperti Bill Clinton di AS.  Sanko  bicara  06:19, 15 Juni 2011 (UTC)
Saya cukup yakin Sukarno mengeja namanya dengan u (berbeda dengan Soeharto). Tapi lupa baca di mana tentang hal ini. Kalau bertemu nanti langsung saya ubah saja deh :D. Pada umumnya pedoman ini tidak sesuai dengan yang beredar di masyarakat: bapak saya misalnya mengeja namanya dengan ejaan Republik, padahal dia lahir sebelum 1947. Gombang (bicara) 04:56, 22 Juni 2011 (UTC)
@Gombang: Apakah baca buku biografi Sukarno terjemahan Cindy Adams? Ezagren (메시지를 보내) 20 Agustus 2018 11.52 (UTC)Balas

Lebih baik pakai EYD

sunting

Saya juga berkeberatan terhadap pedoman nomor 1. Lebih baik kita seragamkan pada EYD, seperti penamaannya di Wikipedia Inggris. Sebab terasa tidak konsisten dan pilih kasih bila kita mengikuti pedoman nomor satu. Seolah-olah kita bergantung pada apakah tokoh tersebut menuliskan namanya dengan ejaan anu atau itu. Lebih baik kita ikuti penamaan pada buku-buku pelajaran sejarah dan poster pahlawan (yang biasanya ditempel di dinding kelas). Atau kita ikuti penamaannya menurut Ensklipoedia Indonesia. -- Adiputra बिचर -- 6 April 2013 11.22 (UTC)Balas

Ini tokoh yg lahir di era ejaan van op, tapi vokal /oe/ kini ditulis /u/:
Sutan Syahrir; Djuanda; Burhanudin Harahap; Syafruddin Prawiranegara; Sultan Hamid
Lihat sendiri di Wikipedia. Bung Karno sdh berwasiat tentang cara penulisan namanya, supaya meninggalkan ejaan warisan Belanda. Lantas, kenapa kita mesti ngotot pakai /oe/?! Ezagren (메시지를 보내) 20 Agustus 2018 11.52 (UTC)Balas

Tambahan

sunting

Mungkin perlu dipertimbangkan apakah seluruh nama baik itu nanti-nya "berguna" dan/atau hanya sekedar "Vanitas" harus di {{Wikify}} ? belakangan ini hampir seluruh pengguna me-{{wikifisasi}} nama yang ada dalam artikel, baik itu yang nanti-nya layak untuk dibuat artikelnya maupun hanya sebagai "tugas" {{wikifisasi}} saja. Salam — Tjmoel  bicara 06:42, 23 Januari 2010 (UTC)

Tingkatkan status?

sunting

Bagaimana dengan proposal ini? Sejak dibuat tanggal 17 November 2009, terakhir ada penambahan berarti adalah pada 24 April 2012. Apakah sudah bisa memasuki tahap voting? Atau sementara ditingkatkan dulu statusnya jadi {{pedoman}} sebelum dijadikan {{kebijakan}}? (sehubungan dengan permintaan di WP:PPP. ‑Bennylin musyawarah 17.46, 15 Januari 2013 (WIB)

Perlu didiskusikan lagi. Misalnya mengenai nama seniman. Kadangkala Wikipedia Indonesia ini masih rancu mengenai penamaan seniman/artis. Yang ini pakai nama populer, yang itu tidak. Terutama artikel biografi tokoh Indonesia. Contohnya artikel tentang pelawak dan musikus. Artikel tentang pelawak pakai nama tenarnya, tapi artikel musikus kadang pakai nama tenar, kadang tidak. Khususnya personel grup musik dari Indonesia, kok banyak judul artikelnya pakai nama lengkap? Ini harus dibuatkan pedomannya. -- Adiputra बिचर -- 23 Januari 2013 03.34 (UTC)Balas

Nama Tionghoa nya saling bertentangan antara poin 1 dan 2

sunting

Di point satu ditulis sebaiknya menggunakan tulisan "Kong Hu Cu" daripada "Gongfuzi". Tapi di point 2 ditulis sebaiknya pakai "pinyin" jangan "Wade -Giles". Sebenarnya, "Gongfuzi" itu cara penulisan "pinyin". Jika dikatakan bahwa penulisan "pinyin" itu lebih jarang dipakai, sebenarnya tidak juga, malah sebenarnya sekarang ini metode tulisan pinyin lebih banyak digunakan oleh pengguna bahasa cina di Indo. Hanya saja, bagi yang tidak mengerti (bukan pengguna) mungkin bingung antara perbedaan penulisan pinyin dengan Hokkien. Pinyin itu adalah penulisan (bahasa) nasional, sementara Hokkien adalah bahasa (penulisan) daerah, sama seperti Bahasa Indonesia dengan Bahasa Jawa, jadi tidak bisa disamakan. Contoh: Nama Fu De Zhen Shen (pinyin) dalam tulisan Hokkiennya menjadi Hok Tek Cen Sin, sangat jauh berbeda (baik pelafalan maupun tulisannya); atau marga Zhang dalam bahasa Hokkien menjadi Tio. Saya lebih setuju penulisan menggunakan metode penulisan pinyin (karena mempermudah pencarian artikel dalam bahasa lain, misalnya Inggris), karena:

  1. Tulisan tersebut merupakan bentuk baku di dunia, sehingga mempermudah mencari artikel di internet (terutama artikel dalam bahasa lain).
  2. Jika menggunakan tata-bahasa Indonesia, seringkali terjadi kerancuan penulisan. Misalnya: yang benar adalah Kong Tek Cun Ong atau Kong Tik Cun Ong? Khong Hu Cu atau Kong Hu Cu? Tik Liong Tian atau Tek Long Tian? Dan sebagainya.
  3. Bisa digunakan bantuan REDIRECT link atau mencantumkan nama lain pada artikel yang bersangkutan (sehingga bisa muncul dalam "pencarian") jika ditakutkan pengguna wikipedia tidak menemukan artikel yang bersangkutan.

Jadi secara garis besar saya menyetujui isi ketentuan penulisan, kecuali untuk Nama Tionghoa yang perlu dibahas lebih lanjut. Sampai ada ketentuan yang pasti, saya tidak memberikan persetujuan/tidak-setuju dulu :) Okkisafire (bicara) 30 Maret 2013 03.40 (UTC)Balas

Silakan disunting bagian mana yang menurut Anda saling bertentangan, sehingga tidak saling bertentangan lagi. Ini Wiki, ensiklopedia bebas yang bisa disunting siapa saja.   SpartacksCompatriot lapak stensil 30 Maret 2013 03.44 (UTC)Balas

Saya meralat menjadi lebih mengutamakan cara penulisan pinyin. Semoga disetujui, krn pertimbangan2 saya berikut ini:

  1. Di hape dan peralatan elektronik lain, pilihan bahasa yg digunakan adl "pinyin". Jadi org2 tua yg modern sudah terbiasa menggunakan "pinyin".
  2. Pelajaran bahasa mandarin skrg ini juga mengajarkan dg penulisan "pinyin". Jd anak2 muda juga terbiasa menggunakan "pinyin".
  3. Yg belum terbiasa biasanya adl org2 yg masih "tidak modern", tp biasanya mereka juga bukan pengguna teknologi modern (internet salah satunya). Sekalipun demikian, saya biasanya juga membuat halaman pengalihan. Misalnya: artikel Chen Fu Zhen Ren saya buatkan halaman pengalihan dalam bahasa Hokkien, yaitu Tan Hu Cin Jin.
  4. Cara penulisan selain "pinyin", "Wade-Giles", dan lain2 tdk memiliki standar yg jelas. Misalnya: ada yg menulis Te, Tee, atau Tik. Jadi jika tdk menggunakan standar justru malah akan semakin beragam variasinya.Tapi "Wade-Giles" sendiri kelihatannya skrg sudah banyak ditinggalkan, penggunanya terutama adl bangsa Barat, jadi semakin tidak cocok dengan logat Indonesia.
  5. Penulisan nama Tionghoa dg cara Indonesia biasanya merupakan terjemahan dr bahasa daerah Hokkien, bukan bahasa nasional, krn sebagian besar suku China yg ada di Indonesia berasal dari Fujian. Contoh: gojing\gojeng\goceng (lima ribu) adl bahasa Hokkien, sementara dlm bhs nasional mandarin seharusnya (pinyin) "wucian". Jika demikian, sebenarnya ada banyak bahasa2 daerah cina lain yg bisa digunakan dan justru semakin membingungkan. Penulisan "pinyin" mrpk standar penulisan yg digunakan utk bahasa nasional, jd lebih tegas pemisahannya.

Semoga pendapat saya disetujui :) Okkisafire (bicara) 30 Maret 2013 06.11 (UTC)Balas

Oh ya, satu lagi: penggunaan "pinyin" sbg nama artikel saya pikir juga bakal mempermudah pengguna Wikipedia yg tdk berbahasa mandarin. Soalnya rata2 artikel sekarang sudah menggunakan ejaan "pinyin". Mereka kemungkinan besar tidak akan tahu bahwa nama Mao Zedong seharusnya dibaca Mao Tzetung. Jika memaksa menggunakan tulisan yang "diindonesiakan", malah akan membuat pengguna Wikipedia tidak menemukan artikel yg mrk cari.Okkisafire (bicara) 30 Maret 2013 06.39 (UTC)Balas

Banyak tokoh Zaman Tiga Negara ditulis dengan pinyin. Tapi nama Zheng He ditulis dengan Wade-Giles. Mungkin, ada beberapa artikel dengan kasus serupa bertebaran. Menimbang pendapat Anda, sejujurnya saya lebih akrab dengan ejaan Cheng Ho daripada Zheng He. Kasus-kasus ini perlu ditelaah terlebih dahulu. Lalu, tinggal diaplikasikan, sehingga semua judul memakai pinyin. Lalu mengenai preferensi bahasa, bahasa manakah yang mau dipakai standar. Sebab nama Sun Wukong, ditulis dengan Hokkien. Salam. -- Adiputra बिचर -- 30 Maret 2013 07.48 (UTC)Balas
Saya juga lbh akrab dg versi Cheng Ho drpd Zheng He :D soalnya kebanyakan menggunakan bahasa Hokkien. Tp rasanya aneh kalau lbh memilih menggunakan bahasa daerah Hokkien drpd bhs nasionalnyan, toh bahasa Hokkien juga hanya "lebih" umum digunakan di Indo, sementara di luar negeri juga tidak terlalu. Saya pikir yg lbh perlu dirundingkan adl penggunaan pinyin dg wade-giles, meskipun tampaknya pinyin memang jauh lebih umum digunakan skrg. Mengenai Sun Wukong, sepertinya itu pinyin lo, Hokkiennya adl Sun Gokong. Media2 yg banyak digunakan, paling mudah adalah game2, semuanya menggunakan tata bahasa pinyin: Guan Yu, Zhang Fei, Liu Bang, Taiyi, Huangdi, Liu Bei, Zhuge Liang, Cao Cao, dsb. Saya pikir kok lebih up to date untuk masa sekarang ini. Org2 malah jarang (atau tidak) mengerti jika digunakan nama spt: Kwan I, Song Kui, Kian Hai Tek, dsb. Paling mudah mungkin adl membuat halaman pengalihan saja utk nama dalam "bahasa daerah"nya.Okkisafire (bicara) 30 Maret 2013 09.48 (UTC)Balas
Di Wikipedia Indonesia ini, memang ada yg pakai Hokkien. Contohnya Cheng Ho dan Sun Go Kong. Zheng He dan Sun Wukong cuma jadi pengalihan saja. Jadi, kalau mau diseragamkan, maka kita (mau tak mau) pakai Pinyin. Coba Anda telusuri lagi, siapa tahu ada nama-nama Hokkien yg cenderung digunakan daripada Pinyin. Kalau kita buat "pengecualian", maka harus dipertimbangkan apa saja yg jadi pengecualian itu. Kalau begini, inkonsistensi jadi bisa ditoleransi. -- Adiputra बिचर -- 30 Maret 2013 10.44 (UTC)Balas
Sejauh ini yg saya tahu adl nama2 Klenteng, sebagian besar didaftarkan resmi di pemerintah dg nama Hokkien.Cuma beberapa saja yg menggunakan nama sanskerta. Beberapa sastrawan tionghoa-indonesia kuno juga kelihatannya lbh terkenal dg nama Hokkien mereka, meski bentuk pinyin nya juga ada, hanya saja tidak lumrah.Tidak banyak sih sastrawannya, saya tidak hafal, kelihatannya mereka memang dari suku Fujian.Tapi yg sudah modern, atau sastrawan dr luar negeri, tdk pakai nama Fujian.Okkisafire (bicara) 30 Maret 2013 11.45 (UTC)Balas
Berarti kalau lebih cenderung ke Pinyin, judul artikel yang berbahasa Hokkien juga harus diubah. Karena sekarang belum ada konsensus, mungkin bisa didiamkan dahulu. -- Adiputra बिचर -- 30 Maret 2013 14.54 (UTC)Balas
Ikut berpendapat ya. Kalau nama-nama tersebut sudah terkenal di Indonesia dengan nama non Mandarin (Hokkien, Hakka, atau lainnya) maka itu yg perlu didahulukan karena Wikipedia ini pembaca mayoritasnya adalah komunitas di Indonesia. Contoh: Sam Kok, Sun Go Kong, Cheng Ho, Pai Su Cen, I Tsing, Sam Pek Eng Tay. Di paragraf awal lalu dimasukkan aksara Hanzi dan ejaan Pinyinnya, serta dibuatkan halaman peralihan. Untuk kasus2 tertentu mungkin ada pengecualiannya, misalnya Mao Zedong mungkin lebih didahulukan daripada ejaan lama yang kita pakai dulu (Mao Tse-tung/Mao Ce Tung). Demikian pendapat saya. Salam, Naval Scene (bicara) 19 Juni 2013 05.39 (UTC)Balas

Penamaan tokoh Latin

sunting

Menurut saya, penamaan tokoh Latin (pra-abad 15) tidak diberi keterangan dan penjelasan yang cukup, padahal banyak terjadi inkonsistensi dalam penamaan tokoh Latin di Wikipedia bahasa Indonesia. Maka dari itu seharusnya dibuat ketetapan yang jelas mengenai penamaan tokoh Latin. Dari beberapa bagian dalam pedoman penamaan, saya berasumsi bahwa penamaan tokoh Latin harus menggunakan nama aslinya dalam bahasa Latin. Namun bagaiamana dengan nama yang mengandung huruf yang ada dalam aksara Latin yang digunakan oleh bahasa Indonesia namun memiliki pengucapan yang berbeda? Apakah harus diubah hurufnya? Jika diubah maka harus diberi semacam daftar agar pengguna lain tidak bingung ketika membuat artikel atau menulis nama tokoh Latin.

Saya juga mempertanyakan contoh yang diberikan, yaitu Ptolemy. Ptolemy beretnis Yunani dan hidup dalam budaya Yunani meski berkewarganegaraan Romawi. Ini dapat menimbulkan ambiguitas dalam identitas dan penamannya. Untuk nama Latin, seharusnya diberikan contoh nama tokoh yang tidak memiliki kemungkinan ambiguitas. Terlebih lagi, sebagian besar nama Ptolemy yang terkenal justru merupakan orang Yunani (khususnya para penguasa diansti Ptolemaik), dan hanya ada sedikit tokoh Romawi terkenal dengan nama Ptolemy sebelum abad ke-15. Selain itu, nama Latinnya pun membuat saya agak ragu. Nama Latinnya ditampilkan Ptolemeus, sementara di Wikipedia bahasa Latin namanya ditulis Ptolemaeus. Lalu yang dijadikan patokan penamannya apa? alagos 30 Maret 2013 05.03 (UTC)Balas

Menurut saya, disesuaikan saja dengan cara-cara yang dilakukan oleh para penerjemah Alkitab ke dalam bahasa Indonesia. Metode penyerapannya merujuk pada bahasa Belanda, sedangkan bahasa Belanda merujuk pada bahasa Latin (atau bahkan Yunani). Tempo hari saya sempat berpikir untuk mengajukan usulan penghapusan pada halaman Daftar kata serapan dari bahasa Yunani dalam bahasa Indonesia, karena sebenarnya tidak ada serapan langsung dari bahasa Yunani dan Latin, dalam artian tidak ada jika tidak diperkenalkan oleh para misionaris, atau jika kita tidak belajar ke Eropa. Kata-kata seperti demokrasi, stadion, filosofi, dsb. memang merupakan kata dari bahasa Yunani dan Latin, tapi kita mengetahui[keberadaan]nya dalam bahasa Inggris (democracy, stadium, philosophy) atau Belanda (democratie, stadion, filosofie). Kembali ke opini di pendahuluan, kenapa mesti Belanda? Mungkin, karena Belanda adalah jembatan penghubung terawal antara Indonesia dengan pengetahuan dari Barat (dan menyesuaikan nama-nama tokoh Alkitab dengan nama Arab atau menyerapnya). Selain itu, mungkin karena banyaknya misionaris Belanda. Ini sekadar opini setelah saya mengamati penyerapan tokoh-tokoh Alkitab. Kalau ada yang bisa memberikan pencerahan, alangkah bagusnya.
Mengenai Ptolemy, memang dalam bahasa Latin ditulis Ptolemaeus, karena ae dibaca [ɛ], awalnya dari diftong [aj]. Ini ortografi yang membuat satu huruf dibaca sebagai satu kesatuan, sama seperti ny untuk konsonan [ɲ] dalam bahasa kita. Di pedoman penyerapan istilah 'kan sudah tertulis, bahwa 'ae' menjadi 'e', kecuali bila huruf 'e' ikut dibaca.
Demikian tanggapan saya. Mohon maaf bila ada kesalahan. Ingatlah bahwa kita berada dalam proses saling berbagi ilmu. Salam. -- Adiputra बिचर -- 30 Maret 2013 07.26 (UTC)Balas
Saya menyimpulkan bahwa usulan om Adiputra adalah sebagai berikut: yang menjadi patokan awal adalah nama tokoh yang bersangkutan dalam bahasa Belanda, kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dengan berpedoman pada penerjemahan alkitab. Kalau begitu tolong buat pedomannya di sini agar dapat kita diskusikan bersama, karena saya kurang memahami nama-nama dalam Alkitab. alagos 30 Maret 2013 08.41 (UTC)Balas
Rencana bikin pedoman itu sempat terbengkalai. Penelitian juga tidak berlanjut. Akan saya usahakan agar terealisasi, tapi tidak dalam waktu dekat. Kadangkala saat saya menelusuri buku-buku sejarah, ada inkonsistensi pula. Misalnya di buku A ditulis Justinian, tapi di buku B ditulis Justinianus. Padahal seharusnya Yustinianus, menimbang bahwa J dalam ortografi Latin adalah semivokal, bukan konsonan afrikat sebagaimana J dalam ortografi Indonesia. Jadi, di luar Wikipedia pun tampaknya belum dibuat konsensus untuk hal ini, atau mungkin belum ada kesepakatan. Yang saya takutkan dalam hal ini adalah kita semua saling tengok, maksudnya buku anu mengutip dari Wikipedia, sedangkan Wikipedia mengutip dari buku anu.
Untuk pengguna yang paham tentang penyerapan istilah, saya mohon bantuannya. -- Adiputra बिचर -- 30 Maret 2013 10.55 (UTC)Balas
Menurut saya dibuat saja dulu pedomannya walaupun masih kasar, Om, agar bisa didiskusikan lebih jauh lagi. Misalnya Om Adi membuat daftar huruf yang harus diubah dari nama dalam bahasa Belanda ketika diadaptasi menjadi bahasa Indonesia, contohnya J menjadi Y, C menjadi K, AE menjadi E, beserta contoh nama-namanya, seperti Justinianus menjadi Yustinianus, Trajanus menjadi Trayanus, Julius Caesar menjadi Yulius Kesar, dsb. Sementara mengenai buku-buku sejarah, saya juga menyadari adanya inkonsistensi penyerapan, oleh karena itu untuk perumusan pedoman ini menurut saya kita tidak perlu mengutip buku sejarah. alagos 30 Maret 2013 12.07 (UTC)Balas

Alasan Charles dari Wales

sunting

Apa sebenarnya alasan pedoman pada penulisan nama seperti Charles dari Wales dan bukan Charles, Pangeran Wales? Padahal anaknya ditulis sebagai Pangeran William, Adipati Cambridge dan Pangeran Henry dari Wales. Lalu dari Jepang mengapa Masako Owada, bukan Putri Mahkota Masako (en:Crown Princess Masako)? Lalu, ada Aiko dari Jepang (en:Aiko, Princess Toshi). Ada banyak sekali perempuan bernama Aiko di Jepang.

Bagaimana sebetulnya peraturan penulisan gelar kebangsawanan? Kalau peraturan melarang gelar kebangsawanan adalah hasil konsensus bertahun-tahun yang lalu, mengapa tidak diperbarui sekarang? Mengikuti Wikipedia bahasa Inggris tidak ada salahnya. Midori (bicara) 31 Maret 2013 10.04 (UTC)Balas

Banyak penamaan artikel di Wikipedia Indonesia berkiblat ke Wikipedia Inggris. Saya belum sempat mengecek, mungkin Charles dari Wales dan Aiko dari Jepang dibuat saat artikel di Wikipedia Inggris berjudul Charles of Wales dan Aiko of Japan. Wikipedia di sana juga dinamis, dan kita sekadar mengikuti saja. Kalau dipindahkan sekarang, silakan. Tapi jika kita sekadar ikut-ikutan, berarti kita tidak punya otonomi bukan? Artinya, kita memindahkan artikel di sini setiap ada perubahan penulisan judul di sana. -- Adiputra बिचर -- 2 April 2013 02.07 (UTC)Balas
Untuk urusan Charles, menurut saya format "Charles dari Wales" menunjukkan bahwa orang bernama Charles merupakan penguasa monarki Wales (cf. Elizabeth II dari Britania Raya), sedangkan sebenarnya kan tidak demikian (tidak ada monarki Wales), oleh karena itu lebih tepat "Charles, Pangeran Wales", dan format "<nama> dari <monarki>" hanya diperuntukkan untuk penguasa monarki saja. Ini hanya pandangan sekilas saya. Kemudian yang penting juga adalah adanya artikel yang menjelaskan tentang gelarnya tersebut, sehingga tidak rancu; apa itu "Kepangeranan Wales", apa itu "Kadipaten Cambridge", dll. Mengenai "Pangeran Henry dari Wales" saya masih belum tahu pasti judul yang tepat apa. ‑Bennylin bicara 16.28, 3 April 2013 (WIB)
Tambahan: Salah satu alasan perlunya imbuhan "dari <nama monarki>" karena pada zaman dulu kan banyak penguasa dengan nama-nama yang kurang lebih sama. Tapi kalau zaman sekarang kan biasanya (1) penguasa monarki mencari nama yang unik untuk anak-anak mereka, dan (2) monarki-monarki yang tersisa semakin sedikit, dan (3) kita memakai nama-nama dalam bahasa asli mereka (beda dengan en.wp yang meng-inggriskan nama-namanya). Jadi mungkin Pangeran Charles, Pangeran Henry, Pangeran William saja sudah cukup, dan tokoh-tokoh sejarah yang lain dengan nama dan gelar yang sama dapat "digeser" ke daftar disambiguasi. ‑Bennylin komunikasi 16.32, 3 April 2013 (WIB)

Apakah untuk kata Duchess dapat diartikan sebagai "Adipati" dan "Empress" sebagai "Kaisar" seperti pada Catherine, Duchess of Cambridge  Azmi   Bicara  8 Juli 2013 13.36 (UTC)Balas

Nama lengkap vs nama populer

sunting

Saya tidak sepakat dengan pedoman nomor 3: Tuliskan nama lengkap tapi saya lebih sependapat dengan penulisan nama populer. Berikut argumentasi saya saat mempertahankan nama W. S. Rendra ketimbang menuliskan nama lengkapnya.  Marfiadi   Bicara  10 Mei 2013 07.06 (UTC)Balas

Judul artikel ini harusnya W. S. Rendra saja, karena sudah diatur dalam kebijakan Wikipedia:Naming conventions (common names) di EN, yang intinya: "bila tidak menimbulkan konflik dengan judul artikel lain, judul artikel cukup nama umum (common name) saja". Dalam kebijakan tsb diberikan contoh:

Apalagi untuk para tokoh yang memiliki nama populer (populer pseudonym) yang khusus, ditulis dengan nama populernya:

Untuk kasus yang mirip W. S. Rendra, saya pilihkan beberapa contoh dari para penyair Amerika Serikat

bahkan yang paling ekstrim

 Marfiadi   Bicara  03:49, 14 November 2007 (UTC)

Kalau "nama umum"nya menyangkut gelar bagaimana? (misalnya monarki, seperti kasus Pangeran Charles di atas). Kemudian, kalau "nama umum"nya lebih dari satu variasi? Tapi selain dari itu, sudah saya tambahkan. ‑Bennylin cakap 14.56, 10 Mei 2013 (WIB)

Rasanya untuk gelar kebangsawanan juga sudah dibahas di Wikipedia:Naming conventions (royalty and nobility)  Marfiadi   Bicara  22 Juni 2013 08.03 (UTC)Balas

Kalau Anda mampu menerjemahkan, bersediakah Anda sedikit membantu pada peraturan nama kebangsawanan? Maksudnya jangan sampai kebebasan menulis dihalang-halangi oleh peraturan yang salah. Midori (bicara) 22 Juni 2013 09.40 (UTC)Balas

Alih aksara kritis Indonesia untuk Nama Arab

sunting

Saya memodifikasi sedikit bagian Nama Arab, dengan tujuan memprioritaskan penggunaan alih aksara kritis Indonesia. Bahkan sebenarnya untuk alih aksara Bahasa Arab secara keseluruhan di WBI ini, saya mengusulkan alih aksara kritis Indonesia sebagai standarnya. Ini karena alih aksara kritis Indonesia sudah lama dipakai oleh badan2 resmi yg mengurus penerbitan dlm bahasa Arab di Indonesia dan pemakaiannya saya rasa lebih meluas daripada alih aksara Qalam. Demikian usulan saya. Salam, Naval Scene (bicara) 19 Juni 2013 06.00 (UTC)Balas

@Naval Scene: Numpang tanya, alih aksara kritis Indonesia ini sumbernya dari mana ya? Aku sendiri juga sering melihat penggunaannya di buku-buku Indonesia, tapi sempat ada diskusi di Wikipedia:Warung_Kopi_(Lain-lain)#Masjid_Al-Aqsha, yang ketemu sumber resminya cuma pedoman pemerintah yang memakai diakritik seperti ṣ, ż dan sebagainya. HaEr48 (bicara) 1 Desember 2018 06.49 (UTC)Balas
Memang sepatutnya begitu toh? Pakai tanda diakritik kan? Coba begini saja, sy lihat penulisan Wiki luar tdk sprt d Indonesia langsung as-Siddiq belaka, kerna alasan keringkasan dan kecocokan dgn lisan/bahasa mereka. Naah, di Wiki kita, menulis dgn diakritik itu jarang terpakai kerna alasan bahwa di sini memang penulisan dgn metode begitu jarang diperkenalkan. Maka dari itu, terserah pula dgn teman² lain. Perlukah pakai konsensus utk menulis dgn diakritik, ataukah kelaknya biar saja sebagaimana begini. Salam. --AMA Ptk (bicara) 1 Desember 2018 07.28 (UTC)Balas

Pengecualian yang tidak jelas

sunting

Menurut saya, pada bagian "Pedoman umum" subbagian "2. Gelar tidak ditulis" masih kurang jelas pada poin "Pengecualian". Jika tidak dapat dirumuskan pengecualiannya, sebaiknya artikel-artikel yang sekarang masuk dalam pengecualian diubah sesuai pedoman. Salam. ·· KℇℵℭK 2 November 2013 15.45 (UTC)Balas

Charles dari Wales kemungkinan memang harus dipindahkan ke Charles, Pangeran dari Wales. Apa maksudnya Anda dengan "Jika tidak dapat dirumuskan pengecualiannya"? Midori (bicara) 3 November 2013 00.14 (UTC)Balas

Pedoman penamaan tokoh

sunting

Halo teman-teman tadi ada pengguna yang mengusulkan pedoman nama tokoh di [1]. Mari kita membuka lagi diskusi yang dulu pernah dibahas @Bennylin, Ustad abu gosok, NFarras, David Wadie Fisher-Freberg, Veracious, Putri Ramadhani, dan Raja Nine to Five: Urang Depok (Silakan Bertamu) 26 Juli 2022 07.06 (UTC)Balas

@Urang Depok Masih belum jelas. Bisakah tunjuk bagiannya? Ada banyak sekali topik di halaman tersebut. Dedhert.Jr (bicara) 26 Juli 2022 07.10 (UTC)Balas
Bagian Penulisan nama halaman yang benar yang disulkan oleh @Lazuardi Lazuardi Urang Depok (bicara) 26 Juli 2022 07.34 (UTC)Balas
Kembali ke halaman Wikipedia "Pedoman penamaan/Tokoh".