Captain Indonesia Oktoberiandi
KARAKTER PRAJURIT & KESELAMATAN TERBANG DAN KERJA
Captain Indonesia Oktoberiandi
“Ketika seseorang kehilangan hartanya, sebenarnya ia tidak kehilangan apapun. Ketika ia kehilangan kesehatannya, ia baru kehilangan sesuatu. Akan tetapi, ketika ia kehilangan karakter, ia pasti kehilangan semuanya” (William Franklin Graham, Jr.).
Operasi penerbangan baik sipil maupun militer merupakan kegiatan yang sarat dengan risiko yang dapat mengakibatkan accident maupun incident. Terjadinya accident maupun incident pada penerbangan militer pasti akan menurunkan kemampuan tempur organisasi yang bersangkutan secara signifikan di luar faktor musuh.
TNI Angkatan Udara sebagai komponen utama penyelenggara pertahanan negara di dan melalui udara dalam melaksanakan tugasnya sangat dipengaruhi oleh kondisi alutsista, sistem kodalnya, dan paling utama dipengaruhi oleh personel yang mengawakinya.
Sementara dalam dunia kerja selain penerbangan di lingkungan TNI Angkatan Udara, juga banyak prajurit yang bermasalah. Banyak yang bermasalah karena narkoba, ada yang bermasalah dengan rumah tangga, ada yang bermasalah dengan atasan atau bawahan di kantor dan ada yang bermasalah dengan aturan yang diterapkan.
Dari sekian banyak permasalahan tersebut, yang menjadi faktor utamanya adalah manusianya (Human Factor). Ada suatu hal yang mungkin belum dikaji secara mendalam mengapa manusia menjadi faktor utama yang mengancam Keselamatan Terbang dan Kerja di lingkungan TNI Angkatan Udara, yaitu Karakter Prajurit TNI Angkatan Udara itu sendiri.
KARAKTER
Kata karakter berasal dari bahasa inggris, character yang artinya adalah perilaku. Orang Indonesia lebih banyak menggunakan kosa kata karakter bagi yang berperilaku baik dan tabiat bagi yang suka berperilaku buruk.
Karakter adalah kumpulan dari tingkah laku baik dari seorang anak manusia yang merupakan perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi dan tugasnya mengemban amanah dan tanggung jawab. Sementara tabiat mengindikasikan sejumlah perangai buruk seseorang.
Jika kita berbicara karakter prajurit, maka sejatinya kita berbicara pada wilayah perilaku dari prajurit. Karakter prajurit adalah sejumlah sifat baik yang menjadi perilaku prajurit tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun barbangsa dan bernegara.
Misalnya disiplin, yang merupakan ciri khas dari seorang prajurit. Namun, jika ada seorang prajurit yang selalu terlambat datang ke kantor tanpa ada keterangan yang jelas, maka disiplin baginya baru sekadar menjadi nilai, belum menjadi perilaku. Mungkin banyak kita menemukan banyak prajurit yang tetap tidak disiplin namun mengakunya disiplin.
Karakter merupakan sesuatu yang harusnnya kita ketahui sebagai seorang prajurit, walaupun banyak orang di negeri kita ini tidak mau tahu.
KECERDASAN DAN PERILAKU PRAJURIT
Semua prajurit TNI Angkatan Udara merupakan orang yang memiliki kecerdasan yang mumpuni. Karena untuk menjadi prajurit TNI Angkatan Udara, dia sudah melalui berbagai tes, dari tes akademik, tes psikologi, tes kesehatan jiwa, tes kesehatan jasmani, psikotes dan tes mental dan ideologi. Setiap tes tersebut punya standar yang tinggi. Seorang prajurit TNI Angkatan Udara tentu sudah melalui dan lulus tes-tes tersebut, dengan arti kata dia cerdas.
Kecerdasan prajurit dengan perilakunya merupakan suatu hal yang berbeda. Namun kecerdasan prajurit dan perilaku prajurit memiliki hubungan yang unik. Ada prajurit yang karena kecerdasannya tersebut menjadi arogan. Karena cerdasnya, maka perilaku buruknya menjadi-jadi. Kehidupan prajurit yang sudah diatur dengan aturan yang super ketat, masih bisa dicari selanya agar dia bisa berbuat seenaknya tapi tidak ketahuan. Dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang cerdas. Prajurit seperti ini jelas membahayakan bagi Keselamatan Terbang dan Kerja di lingkungan TNI Angkatan Udara.
Jika dia seorang air crew, maka potensi accident maupun incident terhadap dirinya, alutsista yang diawakinya, penumpang pesawatnya dan manusia lainnya sangat besar. Kalau dia bekerja di staf, pasti akan menimbulkan masalah dalam pelaksanaan tugas, peran dan fungsinya dan berpotensi merugikan TNI Angkatan Udara, rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Prajurit seperti ini sangat tidak diharapkan oleh rakyat.
Prajurit yang cerdas, rendah hati dan berbudi baik, itulah yang diharapkan oleh rakyat. Prajurit seperti ini akan diterima di lingkungan manapun dia barada. Prajurit seperti ini hidupnya selamat dan menyelamatkan.
CIRI – CIRI PRAJURIT YANG TIDAK BERKARAKTER
Dalam pelaksanaan tugas negara yang mulia, karakter merupakan sesuatu yang amatlah penting. Jika ada prajurit yang menganggap remeh karakter, maka akan ada yang terhambat dalam setiap usaha memajukan TNI Angkatan Udara. Akan banyak hal-hal yang melanggar dan menyimpang yang akan kita temukan, dan tentu hal tersebut sangat berbahaya bagi perkembangan TNI Angkatan Udara di masa mendatang.
Bagi kita prajurit TNI Angkatan Udara, yang sehari-hari bekerja dengan beban kerja yang cukup berat, yang tempo waktunya dihitung dengan satuan detik sehingga diperlukan konsentrasi yang tinggi dan kecermatan, karakter sangat diperlukan agar Keselamatan Terbang dan Kerja (Lambangja) terwujud.
Jika seorang prajurit tidak memiliki karakter, maka dia membahayakan kedinasan, membahayakan orang lain, rakyat dan juga bangsa dan negara ini. Ciri-cirinya antara lain sebagai berikut :
Dia senantiasa berbuat hal-hal yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, dia sengaja mencari celah atau peluang untuk berbuat hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan disiplin keprajuritan.
Prajurit yang tidak berkarakter tidak akan mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia akan menghindari bahkan mencari kambing hitam dari perbuatan yang dilakukannya. Dia suka melempar batu sembunyi tangan.
Prajurit yang tidak berkarakter akan mengorbankan orang lain, kesatuan bahkan bangsa dan negara ini untuk kepentingan pribadinya. Dia akan sengaja menjual rahasia Tentara kepada musuh negara. Dia sejatinya merupakan musuh dalam selimut.
Prajurit yang tidak berkarakter akan melanggar setiap hal yang sebenarnya sudah diwajibkan kepadanya sebagai seorang prajurit, seperti bersikap kasar kepada rakyat, suka merendahkan kehormatan wanita, berbuat seenaknya dan bangga melakukan hal-hal negatif di depan umum, suka memamerkan apa yang dimilikinya dengan cara yang tidak sesuai aturan kepada masyarakat sekelilingnya, dia dengan senang hati melakukan hal-hal yang merugikan rakyat, kadang tanpa ragu menakuti dan menyakiti hati rakyat dan tidak peduli dengan kesulitan yang dialami oleh rakyat di lingkungannya.
Prajurit yang tidak berkarakter tidak merasa bahwa dia sebagai prajurit merupakan bagian dari warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dia memposisikan dirinya lebih tinggi dari rakyat, lebih terhormat dan harus ditakuti.
Dia bukanlah seorang patriot yang diharapkan rakyat menjadi pendukung utama serta pembela ideologi negara yang akan bersedia bertanggungjawab dan tidak mengenal menyerah dalam berjuang untuk kebenaran.
Dia bukanlah seorang kesatria bangsa, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia tidak akan berpihak kepada kejujuran, kebenaran dan keadilan. Dia akan tekut-takut melakukan apalagi membela kejujuran, kebenaran dan keadilan. Justru prajurit yang tidak berkarakter ini kadang menjadi bagian terciptanya ketidakjujuran, ketidakbenaran dan ketidakadilan tersebut. Dia bukanlah seorang bhayangkari negara dan bangsa Indonesia.
Prajurit yang tidak berkarakter akan “mempermainkan” kedisiplinan, tidak akan patuh dan taat kepada pimpinannya, dan tidak akan menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit.
Prajurit yang tidak berkarakter mengenyampingkan keperwiraan dalam melaksanakan tugas dan tidak akan siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa.
PRAJURIT SEJATI
Di Official Fanpage Facebook TNI Angkatan Udara, beberapa kali di-share tulisan yang berbunyi:
“Bagi prajurit TNI Angkatan Udara, dalam melaksanakan tugas, tidak ada teman yang abadi, dan juga tidak ada musuh yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan, yaitu kepentingan rakyat, bangsa dan negara Indonesia.”
Kata-kata ini menunjukkan tugas dan tanggung jawab dari seorang prajurit sejati. Kata-kata ini menunjukkan sikap dan tekad seorang prajurit yang berkarakter. Jadi prajurit yang berkarakter itulah prajurit sejati.
Prajurit sejati akan memahami siapa dirinya, siapa jati dirinya. Dia menyadari bahwa dia berasal dari rakyat, digaji oleh rakyat, dan sejatinya dia berjuang untuk kepentingan rakyat. Terbaik bagi rakyat, terbaik baginya. Baginya rakyat adalah segala-galanya. Dia tak pernah dan tak akan pernah menyakiti rakyat.
Prajurit sejati menyadari bahwa dia adalah Tentara Pejuang, yang senantiasa berjuang untuk menegakkan dan mempertahankan NKRI. Dia berjuang tanpa mengenal menyerah. Mereka rela berkorban, mengabdi tanpa pamrih demi tercapainya kepentingan dan tujuan nasional. Prajurit sejati menyadari bahwa dia adalah Tentara Nasional, yang bertugas dan mengabdikan dirinya hanya demi kepentingan negara. Kepentingan nasional di atas kepentingan daerah, suku, ras dan golongan serta agama. Dia adalah prajurit yang memberikan kesetiaannya hanya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dia selalu berupaya dan berusaha secara sungguh-sungguh membangun dan mengembangkan kekuatan nasional sehingga dapat setara bahkan lebih dibanding negara lainnya.
Prajurit sejati menyadari bahwa dia harus menjadi Tentara yang Profesional. Dia mengasah diri agar mahir menggunakan peralatan militer yang diamanahkan rakyat kepadanya. Dia mahir bergerak dan mampu melaksanakan tugas secara terukur serta memenuhi nilai-nilai akuntabilitas. Untuk mencapai tingkat professional, dia senantiasa dididik dan dilatih dalam menggunakan senjata dan peralatan militer dengan baik, dilatih manuver taktik secara baik, dididik dalam ilmu pengetahuan dan teknologi secara baik, dipersenjatai dan dilengkapi dengan baik dengan baik dan kesejahteraannya dijamin oleh negara sehingga dia mahir bertempur untuk melindungi rakyat, mempertahankan negara dan bangsa.
HAKIKAT KARAKTER
Jadi, jika ada orang Indonesia berjuang untuk Indonesia, itulah karakter. Prajurit TNI Angkatan Udara yang berucap, berbuat dan bertindak sesuai dengan doktrin Swa Bhuwana Paksa, itulah karakter. Seorang Penerbang TNI Angkatan Udara yang menerbangkan pesawatnya sesuai dengan yang diamanahkan Sapta Marga, itulah karakter. Seorang prajurit TNI Angkatan Udara yang bekerja sesuai dengan amanah UU TNI No. 34 Tahun 2004 yang merupakan pedoman yang harus ditaati oleh setiap prajurit TNI, itulah karakter. Bila ada prajurit TNI Angkatan Udara yang cerdas, memahami semua aturan yang melekat kepadanya serta mentaatinya, itulah prajurit yang berkarakter.
Jika ada prajurit TNI Angkatan Udara yang bangga dengan seragamnya, namun dia tidak tahu tugas dan tanggung jawabnya, itu bukan prajurit yang berkarakter. Jika ada prajurit TNI Angkatan Udara yang segala perbuatannya tidak berpedoman atau bertentangan dengan Doktrin Swa Bhuwana Paksa, dia bukanlah prajurit TNI AU sejati, karena prajurit TNI AU sejati akan senantiasa berpedoman pada Doktrin Swa Bhuwana Paksa.
Ada anekdot di masyarakat kita seperti ini, “KTP(Kartu Tanda Penduduk) nya saja yang Indonesia, sementara yang dilakukannya bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Ngakunya saja alat pertahanan negara, tapi UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan itu sendiri tidak pernah dibacanya. Namanya saja Prajurit TNI, tapi UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI dan Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma (Tridek) hanya diucapkan saja, tapi tidak dilaksanakan. Katanya saja prajuirt TNI Angkatan Udara, Doktrin Swa Bhuwana Paksa saja tidak tahu”.
KESIMPULAN
Tanpa karakter, seorang prajurit TNI Angkatan Udara tidak bisa membedakan antara kepentingan dinas dan kepentingan pribadi. Prajurit yang tidak berkarakter tidak bisa membedakan antara Pemimpin dan Bos serta “melayani” dan “dilayani”.
Tanpa karakter, kita prajurit TNI Angkatan Udara sangat sulit untuk mewujudkan “Zero Accident”. Keselamatan Terbang dan Kerja yang selalu kita kampanyekan dalam berbagai apel, upacara, seminar dan berbagai forum lainnya akan sia-sia.
Oleh karena itu, satu-satunya jalan agar Keselamatan Terbang dan Kerja bisa terwujud di lingkungan TNI Angkatan Udara yang kita cintai ini adalah membangun karakter prajurit. Membangun karakter prajurit, otomatis kita membangun karakter TNI Angkatan Udara. Karakter akan menjadikan TNI Angkatan Udara kuat dan hebat. Dan jika semua komponen bangsa kita memiliki karakter, maka Indonesia Jaya bukan hanya sekadar mimpi belaka.
Salam Indonesia Jaya!
Referensi :
1. Road To Zero Accident TNI AU 2006-2010, For a Better Air Force, Dislambangjaau, 2007.
2. Best Practice Character Building, Menuju Indonesia Lebih Baik, Erie Sudewo, 2011.
3. Safety First, Oktoberiandi, Majalah Suara Angkasa, edisi 29 Juli 2011.
4. Upaya Meningkatkan Pencapaian Zero Accident Dalam Rangka Mempertahankan Kesiapan Operasional Pesawat TNI AU Pada Masa Mendatang, Lettu PNB Oktoberiandi, Karmil UKP 1 April 2012.
5. Disiplin Sebagai Fondasi Keselamatan Terbang dan Kerja, Kapten PNB Oktoberiandi, Majalah Suara Angkasa, edisi Juli 2014.
6. Human Factor, Kapten PNB Oktoberiandi, Majalah Suara Angkasa, edisi Januari 2014.