Galang Bagus Satria
Pesan baru | Kirim surel | Profil singkat | Arsip pembicaraan | Bak pasir |
Pengguna ini adalah peserta kompetisi Proyek Ganesha |
Halo! Perkenalkan, nama saya Galang Bagus Satria. Saya adalah peserta kompetisi Proyek Ganesha.
Rencana Revisi Artikel yang Sudah Ada di Wikipedia
sunting- Herakleitos (terakhir kerja 25 September 2017, sedang dikerjakan, tidak dihentikan) Tahap kerja sekarang: koreksi kalimat, penambahan detil-detil minor, serta penambahan referensi dan pranala luar. Target pengerjaan berikutnya: merevisi informasi kehidupan pribadi Herakleitos terlebih dahulu. Target pengerjaan di masa depan: merevisi deskripsi tentang inti berbagai macam pemikiran Herakleitos Yang harus dilakukan (buat saya terutama untuk revisi): mempelajari Herakleitos lagi dari sumber-sumbernya baik fragmen langsung pemikiran Herakleitos maupun komentar peneliti modern atasnya. Diperkirakan memakan waktu tertentu sebelum dapat merevisi lagi artikel Herakleitos dalam rencana pengerjaan di atas
Misi Satu: Buat Dua Artikel Rintisan dengan Topik Ilmu Sosial
suntingMisi Dua: Buat Tiga Artikel Rintisan dengan Tema Jerman, Topik Bebas
suntingTes latihan footnotes dan referensi
suntingBagaimana membuat template sfn dan memasukkan catatan kaki yang pendek di artikel wikipedia?
Referensi berarti referensi; hanya daftar referensi yang dipakai dalam kerja pengutipan. Ia tidak dipakai untuk menunjukkan halaman mana saja dari referensi yang dikutip pada artikel.
Maka, penggunaan catatan kaki menjadi penting dengan menyediakan dalam daftar tersendiri sumber yang dikutip beserta halamannya, tanpa harus menginput seluruh informasi sumber seperti yang diperlukan dalam template cite book.
Adanya template sfn dalam wikipedia bahasa Indonesia akan sangat membantu. Atau sudah ada tapi saya tidak cermat mencari?
Idea sebagai dunia idea bisa diatribusikan pada kontribusi neo-Platonis atau tradisi pemikiran Platonis Tengah (abad satu SM-tiga M) yang mengembangkan penafsiran eklektis dari karya Platon dalam spekulasi metafisis hakikat dan struktur dunia. Namun tergagasnya konsep dunia idea tidak lain bersumber dari karya Platon sendiri, dan dapat dijelaskan lewat cabang perkembangan pemahaman Platon atas Idea. Seperti Platon, neo-Platonis seperti Plotinus juga memahami dunia dalam dua jenis kenyataan: ranah ‘Being’ yang berisi Forma abadi dan tak berubah, dan ranah ‘Becoming’ yang berisi objek pengalaman inderawi sehari-hari yang selalu berubah-ubah. Platon membuat distingsi atas objek kenyataan: objek sensibel di ranah Kemenjadian dan objek intelijibel di ranah Ada. Plotinus membuat distingsi dalam skema kenyataannya yang disebut ‘hypostases’ atau tatanan kenyataan yang ditingkat dalam hirarki, membagi dunia menjadi dua garis besar jenis: dunia intelijibel yang terdiri atas tingkat kenyataan Yang-Satu, Ada, Jiwa, dan dunia sensibel yang terdiri atas tingkat kenyataan organisme, tubuh, benda-benda. Tetapi, distingsi Platon pertama-tama adalah separasi objek secara epistemologis di mana pembedaan objek menjadi intelijibel dan sensibel tidak mesti meniscayakan adanya eksistensi Idea sebagai objek intelijibel yang terpisah dari objek sensibel. Idea bisa saja ditemukan pada objek yang sama, dan distingsi Platon lebih berkenaan dengan cara akses yang membedakan dua kualitas objek: yang sensibel dipersepsi lewat indera tubuh, sementara Idea-nya dipahami lewat akal; memahami Idea hanya mungkin menggunakan akal daripada indera tubuh. Memang, Platon sempat tertarik melakukan separasi ontologis Idea, tetapi pasca dialog Parmenides, dapat terlihat bila Platon memiliki keraguan dengan makna Idea tersebut. Namun persis inilah yang diteruskan neo-Platonis seperti Plotinus, mempertahankan apabila Idea yang menjadi prinsip hal partikular mesti terpisah dari hal partikular, menciptakan separasi ontologis yang terwujud dalam hypostases-nya antara Idea dan hal sensibel. Plotinus juga menyetujui asumsi Aristoteles bila Ada dan kesatuan koekstensif, dan menggunakannya untuk menjelaskan bila Idea yang lebih ‘satu’ lebih riil daripada hal sensibel, sebab Idea yang satu memiliki cara berada swadaya dan mampu merealisasikan dirinya sendiri daripada hal sensibel yang membutuhkan prinsip secara eksternal agar eksis. Maka, bagi Plotinus terdapatlah Idea dalam tingkat dunianya sendiri yang eksis lewat dirinya sendiri, menghasilkan dualisme dunia antara eksisten yang intelijibel dan yang sensibel. Konsepsi ini kemudian memengaruhi teologi Kristen dan bertahan hingga baru-baru saja diketahui bila gagasan dunia Idea ini adalah tafsir kreatif neo-Platonis atas teks-teks Platon.
Catatan
suntingReferensi
sunting- Emilsson, Eyjólfur (1999). "Neo-Platonism". Dalam Furley, David. Routledge History of Philosophy Volume 2: From Aristotle to Augustine. London: Routledge. ISBN 0-203-05817-8.
- Devereux, Daniel (2003). The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Malden: Blackwell Publishing. ISBN 978-0-631-22215-6.