KDI

' 'DR. H. Deding Ishak, S.H., M.M' '. (lahir di Bandung,Jawa Barat, 04 Juni 1962; umur 58 tahun)

' 'KANG DEDING ISHAK (KDI)' ' adalah seorang wakil rakyat, penyandang gelar doktor bidang kebijakan publik, pucuk pimpinan Ormas besar dan pemangku sebuah lembaga pendidikan tinggi agama Islam. Dengan kapasitas intelektual dan pengalaman politik sejak muda yang dimilikinya, kang Deding telah mengabdikan dirinya untuk masyarakat, bangsa dan agama.

Sebelum meniti karir dibidang politik, sejak mahasiswa, putra dari ' ' 'KH. R. Totoh Abdul Fatah[1]' ' (mantan Ketua Umum MUI Jawa Barat, Ketua MUI Pusat, anggota MPR RI dan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat) ini sudah menjadi guru honorer dan menjadi kepala sekolah di MA Al-Jawami. Kemudian pada tahun 1993, menjadi PNS di lingkungan Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Barat sebagai Kasubsi Penyuluhan bidang Penais hingga tahun 1997, yang kemudian mutasi menjadi dosen di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung sampai tahun 1999.

Selain menjadi Dosen, cucu dari K.H. Muhammad Sudja'i[2] yang dikenal dengan Mama Sindangsari (pendiri Pondok Pesantren Al-Jawami[3], Cileunyi, Bandung dan Ketua MUI Jawa Barat pertama) ini mendapat kepercayaan dari Golkar untuk mulai mengabdi dalam bidang politik sebagai anggota DPRD Jawa Barat dari tahun 1997-2004 (selama dua periode).

Ketika menjadi anggota DPRD Jawa Barat, Ketua Umum PP Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2009-2017 ini ditempatkan di Komisi D (bidang pembangunan dan infrastruktur) yang ikut merumuskan dan mengawasi pembangunan jalan di wilayah Jawa Barat bagian selatan. Kemudian menjadi anggota Komisi E (bidang kesra) untuk memajukan bidang pendidikan, keagamaan, sosial, keluarga berencana, pemuda dan olahraga. Tugas yang berhasil dilaksanakan antara lain dipercaya sebagai Ketua Panitia Anggaran dan berhasil mendorong terwujudnya Pusat Dakwah Islam (PUSDAI), menyusun mushaf sundawi, gerakan santri raksa desa, poskestren, pendirian 300 BMT, peningkatan alokasi anggaran untuk bidang pendidikan, keagamaan, kesehatan dan sosial selama kepemimpinan gubernur H.R. Nuryana yang dilanjutkan oleh gubernur H. Dani Setiawan.

Karir politik kang Deding Ishak terbilang mulus, setelah memutuskan berkiprah sebagai anggota DPRD, suami dari Hj. Rachmayani Dewi, SH., Sp.N. ini dipercaya oleh pimpinan partai untuk berkiprah ditingkat nasional sebagai anggota DPRRI hasil pemilu 2004 yang ditekuninya sebagai ladang pengabdian hingga sekarang ini, periode 2014-2019. Dimulai sebagai anggota Komis VIII bidang agama, sosial, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, penanggulangan bencana, termasuk pengelolaan zakat dan wakaf. Keberhasilan selama 2 tahun menjalankan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan antara lain lahirnya UU rencana jangka panjang, UU penanggulangan bencana, dan peningkatan anggaran mitra kerja, khususnya anggaran kementerian agama dibawah menteri Maftuh Basuni.

Selanjutnya hampir 8 tahun, Kang Deding dipercaya menjadi anggota Komisi III bidang hukum, keamanan dan HAM yang bermitra dengan Kapolri, Jaksa Agung, Menteri Hukum dan HAM, Mahkamah Agung, KPK dan LPSK. Selama di Komisi III, kang Deding Ishak selain menjadi sekretaris Poksi, juga dipercaya sebagai Deputi Polhukam Fraksi Partai Golkar DPR-RI. KDI juga aktif mendorong kinerja mitra kerja Komisi III seperti Kepolisian, Kejaksaan dan Peradilan, khususnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pemberantasan korupsi.

Dari awal menjadi anggota parlemen, kang Deding Ishak memandang pendidikan sebagai kunci kemajuan bangsa. Dengan kapabilitas intelektualnya sebagai akademisi dan pemangku lembaga pendidikan, ayah empat anak ini bertekad untuk menjadikan pembangunan bidang pendidikan sebagai panglima menuju Indonesia emas. Keberpihakan terhadap dunia pendidikan - termasuk

perhatian yang besar terhadap kemajuan pendidikan keagamaan - telah dibuktikan ketika menjadi pimpinan panitia anggaran di DPRD Jawa Barat dan dilanjutkan saat menjadi anggota Komisi VIII DPR-RI yang mampu meningkatkan anggaran Departemen Agama RI hingga 9 triliun pada saat itu.

Sejak terpilih kembali sebagai anggota DPR RI Periode 2014-2019, kang Deding Ishak dipercaya sebagai Wakil Ketua Komisi VIII. Dengan demikian, intensitas kinerja kang Deding Ishak semakin meningkat, baik tugas-tugas di senayan maupun penyerapan aspirasi dengan cara rajin turun ke daerah pemilihan Kab. Cianjur dan Kota Bogor untuk menyajikan program bagi masyarakat miskin, kaum dhuafa dan wong cilik, antara lain: Program Keluarga Harapan (PKH); Kelompok Usaha Bersama (KUBE); penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RUTILAHU); program keserasian sosial; pembentukan kampung siaga bencana; pelatihan mitigasi bencana bagi santri, pemuda dan mahasiswa; bantuan sembako; santunan sosial; pembinaan majelis taklim; bantuan untuk pesantren, madrasah, masjid dan mushalla; pemberian program Indonesia Pintar; Bidikmisi kepada para mahasiswa kurang mampu; santunan, dukungan dan beasiswa bagi penyandang disabilitas; hingga mengawal, mengalokasikan anggaran dan mencairkan tunggakan sertifikasi dan inpasing guru honorer se-Indonesia.

Selain itu, sebagai Ketua Panitia Kerja BPIH, Kang Deding juga berhasil menurunkan biaya perjalanan ibadah haji Tahun 2017 dan untuk pertama kalinya, berhasil meningkatkan fasilitas di arofah dan mina. Saat ini, kang Deding dipercaya sebagai Panitia Kerja untuk menyusun Undang-undang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Relasi dan hubungan dengan berbagai tokoh ulama dan masyarakat mewarnai perjalanan karir Kang Deding Ishak, antara lain: H.R. Nuryana, H. Nurhaman, KH. R. Abdul Halim (Ketua MUI Cianjur), KH. Adam Ibrahim (Ketua MUI Kota Bogor) hingga KH. Khoerul Anam MZD. Tokoh Nasional yang sering diminta pandangan dan nasihatnya antara lain: KH. Ma’ruf Amin (Ketua MUI/Rais ‘Am PB NU), Dr. KH. Din Syamsudin, Prof. Dr. KH. Maman Abdurrahman, Prof. Dr. Ginanjar Kartasasmita, Prof. Dr. Didi Turmudi dan Hj. Popong Otje Djundjunan yang semuanya menjadi guru, senior dan pembimbing Kang deding.

Motto hidupnya adalah: khairunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat bagi manusia lain). Sedangkan politik menurut Kang Deding adalah lahan pengabdian dalam rangka fastabiqul khairat atau berlomba-lomba berbuat kebajikan.

Dengan seabreg pengalaman dan aktivitas yang digelutinya, KDI dikenal sebagai pribadi yang humble, santun, cerdas dan argumentatif dalam menyampaikan ide, gagasan, pemikiran dan karya nyata di tengah-tengah masyarakat.

  1. ^ "Totoh Abdul Fatah Ghazali". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2018-02-05. 
  2. ^ "Profil K.H Muhammad Sudja'i". Diakses tanggal 2020-03-09. 
  3. ^ DIA, Yayasan (2019-03-05). "Pesantren Sindangsari Al-Jawami Kab Bandung". Pesantren Sindangsari Al-Jawami Kab Bandung (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-09.