Koes Lawe
Koes Lawe | |
---|---|
Sunting kotak info • L • B |
Biografi
suntingKoes Lawe adalah seorang pria berdarah Jawa kelahiran 1986 desa Lebung Lawe (Sipat Lawe pada tahun -2010 sebelum pemecahan wilayah ) kecamatan Buay Bahuga (yang dulunya Bahuga sebelum pemecahan wilayah), kabupaten Way Kanan-Lampung. Ia anak bungsu dari 6 saudara pasangan suami istri bapak Meslan-ibu Simpen. Ia menempuh pendidikan pertama pada tahun 1991-1997 diSDN 06 Suka Agung dan terakhir diSMPN 03 Bahuga tahun 1997-2000
Perjalanan Hidup
suntingSetelah menempuh pendidikan menengah pertama ia memulai kehidupan dengan berPetualang kebeberapa daerah dengan status Merantau, dan ada kalanya pulang kekampung halaman sampai sekarang. Perjalanan hidup yang suram ia lalui berawal dari kurangnya perhatian dari orangtua. Semasa ia dilahirkan ia merasa mendapat kasih sayang dari neneknya bernama Karsinem (wafat 1990). 4 tahun berjalan sepeninggalan neneknya ia merasa kesepian dikarenakan ditinggalkan harta yang paling berharga yakni Kasih sayang. Setelah sepeninggalan nenek tercinta iapun mengalami Depresi berkepanjangan yang menyebabkan sempat mengalami keterbelakangan mental. Sedikit demi sedikit ia mencoba bangkit dari keterpurukan jiwa dimulai selepas menempuh pendidikan. Ia mengawali proses pencarian jati diri dengan mulai bergaul dan berkomunikasi dengan orang yang lebih dewasa dan memulai petualangan kedaerah-daerah dimana daerah tersebut bukan bagian dari tradisi dan kebiasaannya. Dari pengalaman tersebut ia mendapati banyak wawasan yg sangat berhaga karna ia mengenal sesuatu yang sangat ia idamkan semasa hidupnya yang tidak ia dapati dari keluarganya. Tak sedikit orang yang menjadikan bagian keluarga sebagai Anak angkat, Saudara angkat, bahkan Sahabat terdekat. Kebahagiaan pun muncul dan mulai menumbuhkan rasa percaya diri untuk melanjutkan hidupnya. Dengan berbekal kepercayaan diri dan kecintaannya pada dunia bebas ia berkeliling pulau Sumatera dengan dalih Merantau, akan tetapi penghasilan bukan prioritasnya. Kekeluargaan adalah tujuan utama dari petualangannya tersebut. Pada bulan maret 2010 ia berniat pulang kampung dengan tujuan menemui keluarganya akan tetapi keluarganya tersebut belum bisa mengagap Kedewasaannya. Lalu iapun kembali memulai menjejakkan kaki kedunia petualangan dan sesekali pulang kekampung halamannya. Biar bagaimanapun ia mencintai keluarganya. Karena mengalami konflik yang masih berkepanjangan dalam keluarganya ia memutuskan untuk mengesampingkan masa depan demi mewujudkan impian dalam hatinya, diawali tahun 2015 ia menjejakkan kaki di tanah Ogan sampai sekarang.