Pengguna:Kris Simbolon/Henri Guillaume

Henri Guillaume
Informasi pribadi
Lahir(1865-Missing required parameter 1=day!-00)Parameter harus diisi 1 — 12 1865
Vlissingen, Belanda
WafatParameter harus diisi 1 — 12 1929(1929-Missing required parameter 1=day!-00) (umur 63–64)
Belanda
Pasangan hidup
Anna Mohri

Henri Guillaume (disingkat H. Guillaume; 1865–1929) adalah misionaris Belanda yang awalnya bekerja untuk Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) di Tapanuli, kemudian untuk Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) di Tanah Karo dan terakhir untuk RMG di Simalungun. Hasil penginjilannya di Tanah Karo adalah cikal bakal berdirinya Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), sementara hasil penginjilannya di Simalungun merupakan cikal bakal berdirinya Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS).

Kehidupan awal sunting

Henri Guillaume lahir pada tahun 1865 di Vlissingen, Belanda. Pada usia 13 tahun, Henri sudah putus sekolah dan mulai bekerja di toko. Ia sempat bergabung dengan militer hingga berpangkat sersan sebelum akhirnya berhenti.

Karya misi sunting

Sibolga sunting

Buluh Awar sunting

Bukum sunting

 
Pemukiman masyarakat Batak Karo di Bukum c. 1900.
 
Rumah Sibayak Pa Mbelgah Karokaro Purba di Kabanjahe antara tahun 1918 dan 1919.

Siantar sunting

Guillaume turut menjadi negosiator RMG untuk Tuan Sang Naualuh Damanik bersama dengan August Theist dan Meissel. Berdasarkan laporan mereka, Tuan Sang Naualuh telah beragama Islam dan mereka mendapati Tuan Sang Naulauh sedang berjudi di istana bersama teman-temannya dari Mandailing dan Angkola serta seorang haji yang sudah tua.[1]

Purba Saribu sunting

 
Pemukiman masyarakat Batak Simalungun di Purba Saribu c. 1920.

Guillaume ditempatkan di Purba Saribu mulai tahun 1905. Izin ini diberikan oleh Tuan Rahalim Purba Pakpak sesuai negosiasi yang dilakukan Nommensen dengannya pada awal Maret 1903 di Haranggaol. Guillaume berkotbah kepada penduduk sekitar Purba Saribu dan Haranggaol pada hari pekan.

Awalnya, Guillaume menetap di Harangan Sigiringgiring, kemudian atas permohonannya kepada Tuan Rahalim, ia mendapat sebidang tanah untuk dijadikan tempat tinggal di Purba Saribu. Di lokasi tempat tinggalnya yang baru, Guillaume menanam mangga dan bawang. Selain itu, Guillaume juga mulai membuka sekolah pada 10 Juni 1905. Di sini, ia dibantu oleh guru-guru zending, yakni Guru Andreas Simangunsong, Guru Johannes Munthe, dan Guru Johannes Panggabean.[2]

Referensi sunting

Daftar pustaka sunting