Nolpitos Hendri

A. Masa Kanak-kanak Penulis dilahirkan di Kampung Dalam, sebuah desa kecil dalam kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Tepat pada hari Sabtu pukul 10.00 WIB pada tanggal 7 Juli 1980. Orangtuanya Sy Bagindo Rajo dan Juraiana memberinya nama Nolpitos Hendri. Pada masa kanak-kanak, kehidupan Pitos (panggilan akrab) begitu menggembirakan. Pitos terbiasa bergembala sapi (lembu) bersama nenek, ke sawah dan tidak lupa bermain dengan teman sebaya. Bergembala adalah suatu pekerjaan yang sangat menyenangkan dan menggembirakan dan ke sawah juga tidak lebih menyenangkan. Kegiatan itu dilakukan pada siang hari, sedangkan pada malam hari penulis pergi mengaji ke surau bersama teman-teman. Awal mengaji penulis belajar dengan Juz Amma, kemudian setelah menamatkan Juz Amma baru melanjutkan mengaji Al Quran Karim. Pitos menamatkan Al Quran (katam quran) pada umur dua belas tahun tepatnya pada waktu Pitos berada di kelas lima Sekolah Dasar. Dalam katam quran ini penulis bersama lima belas orang teman lainnya.

B. Masa Sekolah Pitos masuk Sekolah Dasar pada tahun 1987 di Sekolah Dasar 35 Desa Kampung Dalam. Pada masa Sekolah Dasar ini Pitos lebih suka belajar matematika, membaca dan agama. Peringkat yang Pitos dapat memang tidak begitu menggembirakan. Selama berada di Sekolah Dasar hanya satu kali meraih juara III, selebihnya hanya mendapat sepuluh besar. Pada akhir di Sekolah Dasar Pitos mendapat Nilai Ebtanas Murni (NEM) tiga puluh tiga koma tiga lima (33,35). Setelah menamatkan Sekolah Dasar Pitos melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah di Palangki. Pada masa ini Pitos tidak banyak menggapai prestasi yang gemilang. Itu mungkin disebabkan pergaulan Pitos dengan anak-anak kampung tersebut yang sering bermain dan bolos sekolah. Pada akhir di Madrasah Tsanawiyah ini Pitos mendapat Nilai Ebtanas Murni dua puluh delapan koma dua tujuh (28,07). Dari Madrasah Tsanawiyah ini Pitos melanjutkan ke Madrasah Aliyah juga di Palangki. Suasana di sekolah ini tidak jauh berbeda dengan suasana sebelumnya. Jaraknya hanya sepuluh meter saja, yang hanya dibatasi pagar kawat dan selokan. Di sekolah ini Pitos suka berteman dengan orang-orang yang pintar. Pada kelas tiga, penulis mengambil jurusan IPA (ilmu pengetahuan alam), dan tamat dengan nilai NEM (nilai ebtanas murni) tiga puluh tujuh koma tiga lima (37,35).

C. Masa-masa jadi Mahasiswa Baru tamat di Madrasah Aliyah, bapak Pitos dinobatkan hulubalang di sukunya dengan gelar Bagindo Rajo. Maka pada saat penobatan itu Pitos diberi gelar pula dengan gelar Gorak Alam. Karena adat di Ranah Minang, seorang anak laki-laki kalau sudah besar harus diberi gelar sebagaimana kata pepatah “Ketek banamo gadang bagala”. Maka Pitos di kampung dipanggil dengan gelar Gorak Alam, walau kadang orang juga memanggil nama. Pada waktu berada di kelas III Madrasah Aliyah Pitos mengikuti seleksi PMDK salah satu perguruan tinggi Islam yaitu IAIN Imam Bonjol Padang. Dengan rahmat Tuhan yang maha kuasa, Pitos dinyatakan lulus dalam seleksi. Dengan hal itu Pitos diizinkan oleh orang tua untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi ini penulis mengambil Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab. Awal perkuliahan di sini diawalai dengan OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus). Salah satu program Badan Eksekutif Mahasiswa Institut yang bekerja sama dengan Rektor serta seleruh Dekan di lingkungan IAIN Imam Bonjol Padang. OSPEK ini di adakan pada bulan Agustus tahun 1999. Dalam masa OSPEK ini berbagai kegiatan, pergenalan organisasi diadakan, baik itu kegiatan intra maupun ekstra, organisasi intra maupun ekstra, UKK, UKM dan sebagainya. Selama pelaksanaan OSPEK tersebut Pitos tertarik kepada sebuah organisasi yang begitu populer dan ekslusif di kalangan mahasiswa yaitu Resimen Mahasiswa (MENWA). Masa OSPEK pun berlalu, perkuliahan pun di mulai. Satu tahun perkuliahan di mulai, Resimen Mahasiswa membuka kesempatan bagi mahasiswa baru untuk mendaftar sebagai Camen (calon menwa). Maka tanpa pikir panjang, Pitos pun mendaftar sebelum terlebih dahulu melengkapi syarat-syaratnya. Hari-hari pun berlalu dan sampailah pada waktunya tes. Tes pun berjalan dengan lancar dan saatnya menunggu hasil. Tidak lama waktu berselang, hasil tes pun di umumkan dan penulis dinyatakan lulus sebagai camen. Pada bulan Agustus 2001, waktunya untuk Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil), yang diadakan di Secata B Padang Panjang selama tiga minggu. Dalam Diksarmil tersebut, berbagai kegiatan diajarkan kepada Camen, mulai dari bongkar pasang senjata, sampai taktik tempur gelirya, mulai dari baris berbaris sampai turun naik tali (Snepring), mulai dari push up sampai beladiri militer. Sekembalinya dari Diksarmil ini, Camen sudah dinyatakan sebagai anggota Resimen Mahasiswa Satuan 103 Mahasakti IAIN Imam Bonjol Padang khususnya, Resimen Maharuyung Sumatera Barat umumnya. Pernyataan diterima sebagai anggota ini ditandai dengan pemakaian Baret Ungu (Baret Resimen). Sebelum itu diadakan acara pengambilan baret pada malam hari dengan melalui beberapa rintangan dan ketangkasan medan serta kekuatan fisik. Demi tercapainya sebuah cita-cita maka anggota baru dituntut untuk mengembangkan apa-apa yang telah didapat selama pendidikan tersebut. Terutama dalam bidang beladiri, untuk itu seluruh anggota baru diwajibkan untuk belajar beladiri pada UKM Beladiri Tarung Derajat Satlat 07 IAIN Imam Bonjol Padang. Selain dari itu, untuk mengembangkan cakrawala berfikir, maka Pitos memasuki sebuah organisasi ekstra yaitu HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Dua tahun berselang, kegiatan demi kegiatan Pitos ikuti, baik dalam Resimen Mahasiswa, Tarung Derajat maupun di HMI. Pada tahun 2003 bulan Februari, Pitos mengikuti sebuah evens tingkat regional yaitu Kejuaraan Antar Satlat Se-Sumatera Keluarga Olahraga Tarung Derajat (KODRAT) yang diadakan di GOR Universitas Andalas Padang, turun di kelas 56-58 kilogram. Pada kejuaraan ini Pitos belum meraih prestasi. Pada evens selanjutnya di Kota Bukittinggi yaitu Kejurda Fordekok I Keluarga Olahraga Tarung Derajat, Pitos kembali ikut mewakili Kota Solok pada kelas yang sama. Kejurda ini diangkat oleh Pengcab Kota Bukittinggi di GOR Bukit Ngarai pada Juli 2003. Pada evens ini Pitos mendapatkan Mendali Perak setelah menghadapi petarung dari Payakumbuh pada final. Kemudian evens selanjutnya yang Pitos ikuti adalah Porda IX di Kabupaten Solok pada Februari 2004. Pada evens ini Pitos menyumbangkan Mendali Perunggu untuk Kabupaten Padang Pariaman setelah menghadapi petarung dari Kota Payakumbuh pada Semi Final. Evens yang terakhir kali penulis ikuti adalah Porprov X Sumbar yang diadakan di Muaro Sijunjung. Pada evens ini Pitos mewakili Kota Pariaman, namun penulis tidak bisa menyumbangkan mendali karena cedera kaki.

D. Masa dewasa Lulus dengan membawa gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) dari IAIN Imam Bonjol Padang tahun 2005 dengan IPK 3.42, Pitos belajar menjadi seorang pengusaha dengan kakak angkat di sebuah usaha kecil konter handphone dan aksesoris. Kemudian mendapat kesempatan bergabung menjadi jurnalis di koran daerah di Sumbar yakni Posmetro Padang. Saat menjadi jurnalis ini, Pitos menemukan seorang perempuan pujaan hatinya untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya yakni Azmiati SPd yang tinggal di Pekanbaru. Menemukan pujaan hati, Pitos pun meninggalkan pekerjaanya sebagai jurnalis di Posmetro Padang dan melangsungkan pernikahan dengan Azmiati pada tanggal 6 Juli 2008 di Pekanbaru. Mulai tahun 2008 itu, Pitos hijrah ke Pekanbaru dan mendapat kesempatan membangun media dengan nama Riau Pesisir bersama jurnalis kawakan di Riau. Tahun 2009 Pitos dikaruniai seorang anak perempuan yang ia berinama Firsty Hasanah Pitos dan ia pun memilih resign dari Riau Pesisir, dan kemudian diberikan kesempatan bergabung menjadi jurnalis di Tribun Pekanbaru yang merupakan media massa group Kompas Gramedia. Saat di Tribun Pekanbaru ini pula, Pitos bergabung dengan organisasi jurnalis Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Hingga sekarang (2016), Pitos berkarier di Tribun Pekanbaru dan sudah dikaruniai anak kedua yang diberinama Khalifah Ilham Pitos.

E. Prinsip Hidup Dalam hidup dan kehidupan, manusia mempunyai sesuatu yang dijadikan motivasi. Baik itu berupa prinsip maupun itu berupa seseorang. Sebuah prinsip bisa membuat seseorang menjadi orang sukses dan berhasil dalam mencapai cita-cita untuk masa depannya. Keberadaan seseorang disampingnya juga bisa membuat seseorang itu berhasil mencapai cita-citanya. Karena sebuah prinsip adalah sebuah dasar dalam bertindak dan berbuat untuk mencapai sebuah tujuan dan cita-cita. Dalam menjalani hidup, Pitos memiliki prinsip “Dengan keikhlasan dan kesabaran ia akan mampu menghadapi apapun cobaan dan ujian dalam hidup, kalau ujian dan cobaan itu sebesar bumi, maka kesabaran itu harus sebesar alam semesta”. “Jadilah seperti gunung yang tidak goyah diterpa badai dan topan”. “Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna, namun tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia dan makhluk lainnya, maka jadilah seorang yang bisa diterima oleh manusia lainnya, jadilah pembuat senyum dan penyejuk hati bagi orang lain”. Orang yang menjadi semangat dan motivasi Pitos dalam menjalani hidup, pertama adalah kedua orangtuanya. Baginya, kedua orangtuanya adalah manusia yang harus ia hormati dan bahagiakan, dan ia berbuat yang terbaik untuk kedua orangtuanya. Kasih sayang dan cintanya yang terbesar dalah untuk kedua orangtuanya, ia tidak ingin air mata jatuh dari pelupuk mata kedua orangtuanya karena ulahnya. Apapun kepahitan hidup yang ia rasakan dan hadapi, ia hadapi sendiri dan tentunya berbagi dengan orang kedua yang menjadi semangat dan motivasinya yakni Istrinya Tercinta dan sepasang anaknya. Kerasnya kehidupan yang ia rasakan seperti tidak berbekas saat ia berkumpul dengan keluarganya, hanya senyum dan tawa serta kasih sayang yang ia sisakan. F. Penyuka Puisi Hadir sebagai ciptaan Tuhan dengan tampang yang sering dikatakan orang sangar, Pitos tidaklah larut dengan perkataan orang itu. Hal itu dianggapnya sebuah gurauan untuk hiburan dalam pergaulan. Baginya, dirinya adalah ciptaan Tuhan yang sempurna, dikaruniai rambut ikal hitam, cambang, kumis dan jenggot. Karunia itu membuatnya sering dikatakan sangar, namun ia berbuat untuk mematahkan kata-kata itu dengan kesukaannya bergurau dan berkomunikasi dengan banyak orang. Di balik tampangnya yang dikatakan sangar itu, Pitos merupakan seorang penyuka puisi. Puluhan puisi pun sudah ia buat, selain untuk menghibur dirinya sendiri, juga untuk menghibur dan memberikan inspirasi bagi orang lain. Di antara puisinya itu ada di bawah ini:

  • Menapak Masa Depan *

Karya : Nolpitos Hendri, S.Hum

Kisi-kisi hatiku diselimuti dengan sutra cinta Bekas-bekas luka di kalbuku disiram dengan kasih Sudut-sudut fikiran kotorku kubasuh dengan zikir Hingga damai di hati dapat kunikmati

Kawan…! Tolehkanlah mukamu dari yang nista Hadapkanlah wajahmu ke arah kiblat Agar kau bisa melihat Tuhan

Biarkan gemuruh ombak menghempas pantai Tunggu badai menjadi riak Jangan bunuh benih cinta di hatimu Semailah kebajikan Semailah perhatian Agar tumbuh kasih Agar tumbuh cinta Jadilah hamba yang mengabdi Jadilah anak yang berbakti Jadikan hidupmu berarti

Tapaki masa depan dengan fikiran jernih Arungi samudera cita dengan pengalaman Agar tak tersandung di batu yang sama Agar tak ada penyesalan Agar tak menyalahkan diri sendiri Berhenti berharap Agar tak ada kekecewaan Agar hati tak terluka Agar kita selalu bersama Tuhan


  • Jiwa yang Terpental *

Karya : Nolpitos Hendri, S.Hum

Di saat ku menapaki jalan imajinasi Banyak kutemui jiwa yang terpental Terpental dari jasad yang penuh fatamorgana Dari jasad yang hampa dengan iman

Mereka mengadu kepadaku Mereka kecewa dengan jasadnya Yang tak punya perasaan Tak punya kasih Tak punya sayang Apalagi punya cinta

Mereka merasa tak punya arti Dan terabaikan Serta terlupakan Mereka berpesan Wahai manusia…! Jadilah umat yang beriman Jadilah insan yang punya kasih Insan yang punya sayang Dan insan yang punya cinta Sadarlah dari mimpi yang tak pasti Bangkitlah dari kemerosotan iman Berdirilah dari kajatuhan kasih Bangunlah dari kehampaan sayang

Tapaki masa depan dengan cinta Dengan semua itu dunia akan damai Hidup akan terasa berarti Hati akan tenang Tak akan ada kekecewaan Takkan ada hati yang terluka

Dengan itu Tuhan akan melimpahkan anugerah-Nya Bencana takkan datang silih berganti Takkan ada lagi jiwa yang dikorbankan Sadarlah…! Sadarlah…! Sadarlah…! Sadarlah wahai manusia…!


  • Hayalan dan Kenyataan *

Karya : Nolpitos Hendri, S.Hum

Terpaan badai silih berganti Bencana sering terjadi Berkacalah…!

Beningnya laut diterpa matahari Bak mutiara yang berkilauan Niat hati hendak memungut Niat hati hendak memetik Kiranya itu hanya hayalan Nyatanya itu hanya angan

Semilirnya angin laut Sejuknya hawa pegunungan Tetes-tetes embun pagi Menidurkan mata yang terpana Membelai kulit yang mulus Menelusuri ruang-ruang terlarang Meraba benda-benda tersembunyi Mencium si molek rupa Menggetarkan seluruh tubuh Menghempaskan jasad yang tersulap Di atas peraduan kasih Di ranjang-ranjang kemesraan Dalam lorong-lorong kenikmatan

Hingga kicauan burung camar membangunkan Mengabarkan bencana Akhirnya hatipun terluka Kecewa dan merana Terjatuh ke dalam lumpur beronak Kikislah harapan selama ini