Pendirian Paguron TRIRASA Bandung

Awal mula Jurus ini tersebar dan berkembang berawal dari Mama Kosim yang lahir di Pagaruyung Sumatra Barat. Karena Beliau mengajarkan Jurus ini ke Pihak diluar keluarganya maka beliau diusir oleh keluarganya, Mama Qosimpun pergi dari rumahnya pergi merantau ke pulau jawa.

Sesampainya di Jakarta beliau ikut menumpang pada sebuah truk perkebunan teh dan sampai di Cianjur, disana lalu ia meminta pekerjaan pada seorang mandor perkebunan teh dan diapun diterima bekerja diperkebunan teh itu. pada saat mengirimkan teh ke Batavia, seorang Belanda yang pada saat itu menjadi pengawas pekerjaan, menyuruh Kosim dengan kakinya, serentak Mama Qosim marah dan menepak kaki Orang Belanda itu sampai hampir jatuh. Orang Belanda itupun marah lalu menyerang Mama Kosim tetapi belum sampai orang Belanda itu menyentuh tubuh Mama Kosim, Mama Kosim secara reflek menggunakan jurus dua "Jeblag" sehingga orang Belanda itu terpental jauh. Dari situlah Mama Kosim ketahuan memiliki kemampuan lain, sehingga dari situ banyak yang hendak berguru padanya.

Salah satu murid yang dianggap berhasil adalah Mama Haji Ibrahim dari Cianjur, beliau lalu membuka paguron di Cianjur. dari banyak murid yang belajar di Paguronya, yang paling menonjol ada 3 (tiga) orang yaitu Aki Badri, Nampon dan Bah Bejo.

Nampon banyak berperan pada penyebaran jurus ini jawa barat, Bah Bejo konon pulang ke daerah "jawa" (jawa tengah/jawa timur) juga mengajarkan jurus ini di daerahnya sementara Aki Badri pada 20 tahun kebelakang ketahuan beliau juga sempat mengajarkan jurusnya di daerahnya.

Nampon menikah dengan orang Padalarang di daerah Jawa Barat lalu semenjak itu beliau tinggal disana. pada mulanya Nampon tidak akan mengajarkan Jurus ini ke orang lain namun pada saat setelah menikah beliau belum dikaruniai anak dari situ Nampon berjanji kalau nanti dikaruniai seorang anak beliau akan mengajarkan Jurus ini kepada orang lain.

Waktu berselang Nampon-pun dikaruniai seorang anak, pada saat anaknya lahir beliau sangat girang, lalu teringat akan janjinya "kalau dikaruniai anak beliau akan mengajarkan Jurus ini kepada orang lain", lalu beliau pergi kepasar dan menantang pada siapapun untuk menunjukan kemampuannya, dari sanalah Nampon mulai membuka Paguron Jurusnya.

Nampon adalah seorang yang anti Belanda, beliau sering bentrok dan diburu oleh Belanda setiap kali beliau lari kesuatu daerah dia menggalang orang-orang dan mengajarkan Jurus, sehingga semakin lama banyak perguruan yang dia dirikan. Beliau pernah tertangkap dan diasingkan ke Digul tapi setelah beberapa waktu diapun kembali ke kampungnya padalarang.

Ketenaran Nampon mulai menyebar ke banyak wilayah di jawa barat, hal ini terdengar oleh KH. Thamim dari Bandung tepatnya jalan Kopo, pada saat itu Thamim menguasai beberapa bidang keilmuan yaitu Cimande, Karimadi, dan jurus timbangan. mendengar ketenaran Nampon beliau lalu pergi ke Padalarang untuk menguji ilmunya.

Sesampainya di padalarang beliau menemui Nampon dan langsung menantang Nampon untuk bertarung, pada saat saat akan bertarung Thamim berucap "kalau saya kalah, saya akan berguru padamu tetapi kalau kamu kalah kamu yang harus berguru kepada saya", Namponpun menerima tantangan itu.

Dalam pertarungan itu ternyata hasilnya Thamim dapat dikalahkan oleh Nampon, lalu sesuai perjanjian Thamim-pun berguru dan menjadi murid dari Nampon.

Tahap demi tahap Thamim mengikuti dan melatihkan ajaran Jurus dari Nampon, hingga pada suatu saat beliau diangkat menjadi pelatih. Pada saat itu ada beberapa Padepokan yang Nampon bentuk lalu Nampon menugaskan Thamim untuk melatih di beberapa tempat didikannya.

Waktu berlalu setelah lama thamim menjadi pelatih di beberapa paguron Nampon beliaupun meniatkan untuk membuka Paguron sendiri di tempatnya tinggal, lalu disampaikanyalah niatan-nya itu kepada Nampon dan Nampon mengijinkannya.

Mulailah Thamim membuka Paguron ditempatnya, disana kebanyakan yang menjadi muridnya adalah dari kalangan mahasiswa terutama dari ITB, Awal mula Jurus ini tersebar dan berkembang berawal dari Mama Kosim yang lahir di Pagaruyung Sumatra Barat. Karena Beliau mengajarkan Jurus ini ke Pihak diluar keluarganya maka beliau diusir oleh keluarganya, Mama Qosimpun pergi dari rumahnya pergi merantau ke pulau jawa.

Sesampainya di Jakarta beliau ikut menumpang pada sebuah truk perkebunan teh dan sampai di Cianjur, disana lalu ia meminta pekerjaan pada seorang mandor perkebunan teh dan diapun diterima bekerja diperkebunan teh itu. pada saat mengirimkan teh ke Batavia, seorang Belanda yang pada saat itu menjadi pengawas pekerjaan, menyuruh Kosim dengan kakinya, serentak Mama Qosim marah dan menepak kaki Orang Belanda itu sampai hampir jatuh. Orang Belanda itupun marah lalu menyerang Mama Kosim tetapi belum sampai orang Belanda itu menyentuh tubuh Mama Kosim, Mama Kosim secara reflek menggunakan jurus dua "Jeblag" sehingga orang Belanda itu terpental jauh. Dari situlah Mama Kosim ketahuan memiliki kemampuan lain, sehingga dari situ banyak yang hendak berguru padanya.

Salah satu murid yang dianggap berhasil adalah Mama Haji Ibrahim dari Cianjur, beliau lalu membuka paguron di Cianjur. dari banyak murid yang belajar di Paguronya, yang paling menonjol ada 3 (tiga) orang yaitu Aki Badri, Nampon dan Bah Bejo.

Nampon banyak berperan pada penyebaran jurus ini jawa barat, Bah Bejo konon pulang ke daerah "jawa" (jawa tengah/jawa timur) juga mengajarkan jurus ini di daerahnya sementara Aki Badri pada 20 tahun kebelakang ketahuan beliau juga sempat mengajarkan jurusnya di daerahnya.

Nampon menikah dengan orang Padalarang di daerah Jawa Barat lalu semenjak itu beliau tinggal disana. pada mulanya Nampon tidak akan mengajarkan Jurus ini ke orang lain namun pada saat setelah menikah beliau belum dikaruniai anak dari situ Nampon berjanji kalau nanti dikaruniai seorang anak beliau akan mengajarkan Jurus ini kepada orang lain.

Waktu berselang Nampon-pun dikaruniai seorang anak, pada saat anaknya lahir beliau sangat girang, lalu teringat akan janjinya "kalau dikaruniai anak beliau akan mengajarkan Jurus ini kepada orang lain", lalu beliau pergi kepasar dan menantang pada siapapun untuk menunjukan kemampuannya, dari sanalah Nampon mulai membuka Paguron Jurusnya.

Nampon adalah seorang yang anti Belanda, beliau sering bentrok dan diburu oleh Belanda setiap kali beliau lari kesuatu daerah dia menggalang orang-orang dan mengajarkan Jurus, sehingga semakin lama banyak perguruan yang dia dirikan. Beliau pernah tertangkap dan diasingkan ke Digul tapi setelah beberapa waktu diapun kembali ke kampungnya padalarang.

Ketenaran Nampon mulai menyebar ke banyak wilayah di jawa barat, hal ini terdengar oleh KH. Thamim dari Bandung tepatnya jalan Kopo, pada saat itu Thamim menguasai beberapa bidang keilmuan yaitu Cimande, Karimadi, dan jurus timbangan. mendengar ketenaran Nampon beliau lalu pergi ke Padalarang untuk menguji ilmunya.

Sesampainya di padalarang beliau menemui Nampon dan langsung menantang Nampon untuk bertarung, pada saat saat akan bertarung Thamim berucap "kalau saya kalah, saya akan berguru padamu tetapi kalau kamu kalah kamu yang harus berguru kepada saya", Nampon pun menerima tantangan itu.

Dalam pertarungan itu ternyata hasilnya Thamim dapat dikalahkan oleh Nampon, lalu sesuai perjanjian Thamim-pun berguru dan menjadi murid dari Nampon.

Tahap demi tahap Thamim mengikuti dan melatihkan ajaran Jurus dari Nampon, hingga pada suatu saat beliau diangkat menjadi pelatih. Pada saat itu ada beberapa Padepokan yang Nampon bentuk lalu Nampon menugaskan Thamim untuk melatih di beberapa tempat didikannya.

Waktu berlalu setelah lama thamim menjadi pelatih di beberapa paguron Nampon beliaupun meniatkan untuk membuka Paguron sendiri di tempatnya tinggal, lalu disampaikanyalah niatan-nya itu kepada Nampon dan Nampon mengijinkannya.

Pada tahun 1937-an Mulailah Thamim membuka Paguron ditempatnya yaitu di Jl. Kopo, disana kebanyakan yang menjadi muridnya adalah dari kalangan mahasiswa terutama dari ITB, Nampon sesekali datang ke sana dan mengajarkan ilmunya, nama paguron tidak menggunakan nama baru tapi menggunakan nama yang nampon gunakan untuk paguronya yaitu TRI RASA.